Chapter 7

170 15 1
                                    

난 게속해소 말 또 사랑해요... 당신 말 나도 사랑해 손잭 없서 때까지.. Just for you...

"Bukankah kau juga akan seperti itu Sasuke? Apa yang kau anggap berharga akan kau tebus dengan pengorbanan yang mahal?"

Sasuke tersenyum simpul ketika kata-kata itu kembali terngiang di benaknya. Ia mendengus kecil sambil menerawang ke depan dengan tangan yang meremas kertas dalam genggamannya kini. Sebuah surat yang pernah ia ambil ketika Sakura membuangnya. Sebuah kertas kusam yang sudah termakan usia.

Park Jong Woon.

Sasuke tumbuh dengan talenta-talenta yang mungkin mampu iri membuat orang-orang disekelilingnya. Namun seumur hidupnya, ia tidak pernah merasakan hal yang sama pada seorang laki-laki yang bahkan tidak ia kenali sama sekali. Menjadi seseorang yang terlihat nyaris sempurna tidak lantas membuatnya mendapatkan segalanya. Termasuk hati seseorang yang entah sejak kapan mulai menyusup masuk menguasai sisi kosong dalam dirinya. Seseorang yang ia coba untuk mengubah cara berpikirnya, namun sepertinya, seseorang itulah yang justru mengubah cara pandangnya.

"Sasuke, kita diterima di Harvard. Aku baru saja mendapat e-mail. Perlukah memberitahu ayahmu?"

Sampai seseorang yang menerobos masuk ke kamarnya membuyarkan lamunannya. Ia tidak terkejut lagi ketika mendapati Deidara kini mendekatinya dengan sebuah kertas dalam genggamannya. Sasuke hanya menatap kertas yang kini disodorkan laki-laki itu dalam keterdiaman sebelum kembali menatap wajah sahabatnya itu.

"Deidara, kau punya kekasih?"

Pemuda yang langsung mengerutkan dahinya tidak mengerti ketika jawaban yang ia dapat dari laki-laki yang biasanya tidak pernah mau berbasa-basi itu keluar dari topic pembicaraan. Tidak biasanya Sasuke tidak fokus pada topic pembicaraan.

"Entahlah, tapi aku menyukainya."

Sasuke mengangguk sambil menerima kertas yang disodorkan laki-laki itu.

"Pernahkah kau melakukan hal gila hanya untuk menarik perhatiannya?"

Deidara terdiam sesaat mencoba membaca kemana arah pembicaraan mereka, namun akhirnya menjawab pertanyaan pemuda itu, ketika tidak satupun ide yang melintas di otaknya.

"Tentu, aku pernah berpura-pura menyukai seorang perempuan, agar ia cemburu."

Sasuke mengubah ekspresi datar di wajahnya seketika. Ucapan Deidara sedikit menarik perhatiannya.

"Lalu apa itu berhasil?"

Pemuda itu mengangkat bahunya acuh sebelum menjawab pertanyaan pemuda Uchiha itu dengan tidak yakin.

"Entahlah, setidaknya aku pernah berusaha."

Sasuke menyeringai ketika satu kesimpulan melintasi benaknya seketika, mendengar jawaban pemuda itu membuat Deidara berdecak kesal karena memahami makna dibalik seringai geli itu.

"Jadi apa aku harus memberitahu ayahmu?"

Sasuke tersenyum simpul sebelum menggeleng pelan.

"Katakan saja aku gagal."

Deidara kembali mengerutkan alisnya tidak mengerti. Seumur hidup, baru kali ini ia tidak mampu untuk memahami jalan pikiran Sasuke.

"Lebih daripada itu aku ingin kau mengirim file pendaftaranku ke emailku. Aku akan mendaftar ke universitas lain. Kalau kau mau lanjut ke Harvard tidak apa."

Deidara menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar keluar dari mulut seseorang yang tidak pernah melakukan hal-hal gila untuk sesuatu yang serius.

"Kau sudah gila? Harvard impianmu dari kecil."

Sasuke mengangkat bahunya acuh.

"Sama sepertimu, seseorang mengubah keputusanku."

"Apa maksud-"

Deidara menghentikan ucapannya seketika ketika sebuah pemahaman melintas otaknya.

"Jangan bilang ini karena seorang perempuan?"

Sasuke menyeringai menatap laki-laki itu. Tidak ada bantahan membuat Deidara menggeleng tidak habis pikir, ketika ia sudah mampu mengerti jalan pikiran laki-laki itu.

"Jesus, Sas, ini Harvard. Kita sedang berbicara tentang Harvard. Bukan cupcake yang kau berikan untuk Shisui dengan mudah saat kau membuatnya menangis, karena kau tahu mampu membeli lagi."

Sasuke terdiam sesaat mencerna ucapan sahabatnya itu sebelum mengangguk paham.

"Mungkin, gadis yang kau suka akan terpesona padamu kalau kau melakukan hal yang sama daripada sekedar membuatnya cemburu. Itu trik kuno."

Deidara tidak mampu berkata-kata lagi mendengar jawaban laki-laki itu. ia memejamkan matanya sebelum mengangguk sarkas.

"Aku yakin seratus persen kau gila."

Deidara mengatakan dengan mutlak mengabaikan Sasuke yang tersenyum simpul menatap tingkah lakunya.

"Aku anggap itu pujian."

"Sasuke!"

Dan bentakan pemuda itu mendinginkan udara di sekitar mereka seketika. Deidara masih dengan tatapan tidak mengertinya menatap oniks yang berpendar dingin itu. Senyum Sasuke musnah seketika menatap wajah tegang laki-laki itu. Beberapa saat sebelum akhirnya laki-laki Uchiha itu kembali berbicara. Sebuah jawaban yang semakin membuat laki-laki itu

"Kenapa kau begitu marah? Aku tidak merugikanmu dengan keputusanku."

"Tapi, Sas-"

"Deidara, seumur hidupmu, pernahkah kau melihatku melakukan sesuatu yang kuinginkan dengan hatiku?"

Deidara menatap lurus oniks Sasuke ketika jawaban itu memotong seketika bantahannya. Maniknya menyelami permata kelam itu berusaha mencari kelemahan yang mungkin mampu ia runtuhkan dengan sebuah pernyataan yang ia ulangi penuh penekanan.

"Harvard impianmu!"

"Kau tahu untuk siapa aku melakukan itu."

Kalimat itu membungkam Deidara seketika. Sudah tidak ada lagi yang mampu ia ucapkan membuat Sasuke mengembangkan senyum simpulnya.

"Kaa-san biar aku yang beritahu."

Dan pada akhirnya Deidara tahu bahwa percuma untuk meruntuhkan keputusan laki-laki itu. Ia hanya mampu menghela napas pasrah dan memilih untuk menyerah.

"Kau ingin mendaftar dimana?"

Sasuke terdiam untuk sesaat dengan tatapan mata yang menerawang kosong sebelum akhirnya menghela napas lirih seolah sedang meyakinkan dirinya sendiri dengan jawaban yang ia ucapkan. Meyakinkan dirinya untuk mengorbankan sesuatu pencapaian yang sudah ia genggam untuk seseorang yang mampu menarik seluruh atensinya.

"Seoul National University, South Korean."

***

Sebuah tulisan untuk mengenang uri nuna..

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang