Chapter 4

132 19 3
                                    

너 나의 조하해 자람이예요... 나의 세상앨 가진 남자...
.
Sakura menghentakkan kakinya kesal dengan sekardus minuman isotonic di tangannya. Sasori benar-benar memanfaatkan keadaan hatinya yang buruk untuk kepentingan pribadinya. Benar-benar kakak yang patut dicontoh. Ia meletakkan kasar kardus di kursi penonton dan mendengus ketika melihat laki-laki yang sedang dipikirkannya itu kini berlari kecil kearahnya diikuti beberapa orang di belakangnya. Wajah dan kaos yang dikenakannya basah oleh keringat setelah beberapa babak pertandingan yang mereka lalui.

"Kau sudah datang?"

Sasori bertanya acuh sambil membuka segel kardus isotonic, membuat Sakura mendengus karena diabaikan.

"Bagikan sama yang lain."

Sakura menatap tidak percaya pada Sasori yang kini melenggang duduk setelah dengan seenaknya memberi perintah padanya. Kakak laki-laki itu lebih memilih berbicara dengan seorang laki-laki di sebelahnya tanpa menghiraukannya sedikitpun. Memandangnya saja tidak. Tidak bisa berkata apapun lagi untuk melampiaskan kekesalannya, akhirnya ia hanya mampu mendengus kesal sebelum berjalan mengambil beberapa botol isotonic dan mulai membagikannya dengan muka yang cemberut sempurna. Ia mengerutkan alisnya ketika botol yang diulurkan pada Sasuke tidak di terima laki-laki itu. Pandangannya spontan teralih untuk menatap mata Sasuke yang juga tengah menatapnya.

"Cepat terima!"

Bentakannya spontan mengambil alih atensi Sasori untuk memandangnya. Dahi laki-laki itu mengerut samar melihat Sakura berdecak ketika Sasuke tidak juga menerimanya dan berjalan melewati laki-laki itu. Sasori spontan menahan lengan adiknya itu saat ia hendak melewatinya yang berada persis di sebelah Sasuke.

"Hey Sakura, siapa yang mengajarimu untuk kasar seperti itu?"

Sakura manyun ketika ia mendapati kakaknya itu menatapnya dengan tatapan heran.

"Bukannya kemarin kau yang penasaran menanyakan Sasuke terus. Kenapa sekarang bersikap begitu? Cepat berikan yang benar."

Ingin rasanya Sakura melempar Sasori yang memasang wajah jahilnyanya itu dengan botol di tangannya. Wajahnya memerah dan spontan melirik kearah Sasuke dan mendapati laki-laki itu menyeringai mendengar kata-kata kakaknya itu. Ia mengerjab gugup dan spontan membuang pandangannya kembali pada Sang Kakak.

"Siapa bilang aku penasaran!"

Sasori berdecak sambil mengorek telinganya yang berdengung karena teriakan tidak terima Sakura.

"Sudah sana berikan."

Sakura mendengus kuat-kuat saat kakaknya itu terlihat tidak menerima bantahannya. Dengan terpaksa ia kembali ke hadapan Sasuke dan menyodorkan botol di tangannya. Ia tidak mau menatap mata elang Sasuke yang kini mengunci lurus matanya yang bergerak tidak fokus.

"Ini."

Untuk beberapa saat Sasuke menatap wajah memerah Sakura sebelum mengalihkan pandangannya pada botol di tangan gadis itu. Tangannya bergerak perlahan mengambilnya dan kembali menatap adik Sasori itu.

"Aku senang mendengar kau penasaran denganku."

Satu perkataan yang sukses membuat menarik atensi Sakura. Wajah gadis itu memerah sempurna dengan mata yang mengunci mata elangnya.

"Aku sudah bilang tidak!"

Dan senyum Sasuke mengembang menatap gadis yang kini menghentakkan kakinya kesal meninggalkannya untuk kembali membagikan minuman isotonic pada team futsal mereka. Perlahan ia menunduk memandang botol di tangannya dan menatapnya penuh arti.

"Sekedar informasi, ia menamparku karenamu juga."

Sampai suara Sasori menarik perhatiannya untuk menatap ke arah laki-laki itu. Dan sebuah gumaman yang ia berikan sebagai jawaban, membuat kakak laki-laki Sakura itu berdecak kesal karena ketidak peduliannya.

****

"Kan aku sudah bilang aku mau tumis cumi-cumi sama brownis cokelat!"

"Kau tidak bosan makan itu-itu melulu? Pesan yang lain saja. Aku tidak suka itu."

"Ya sudah kau saja pesan yang lain sana!"

Sasuke mengulum senyum melihat percekcokan dua kakak beradik di depannya itu. Semenjak terakhir kali ia melihat gadis itu menangis dan membuang sebuah surat dari seseorang bernama Jong Woon, Sakura berubah menjadi orang yang tidak mudah dekat dengan orang baru atau tidak ia kenal. Namun melihat pemandangan di hadapannya kini, ia tahu Sakura masihlah sama seperti Sakura yang dulu. Suka bercanda pada orang-orang yang sudah dekat dengannya.

"Kau mau pesan apa Sasuke?"

Sampai suara Sasori menyadarkannya kembali pada kenyataan. Ia menoleh menatap kakak laki-laki Sakura itu.

"Samakan dengan kau saja."

Sasori mengangguk sebelum kembali menulis nota di tangannya dan memanggil waiters.

"Aku ke toilet dulu."

Sasori langsung melesat pergi tanpa mendengar jawaban dua orang yang ada bersamanya setelah ia memberikan nota pesanannya. Meninggalkan Sasuke yang bahkan tidak peduli dengan keberadaan laki-laki itu. Matanya memandang lurus pada gadis yang kini berkutat dengan ponselnya itu.

"Soal terakhir -"

"Tidak usah di bahas."

Sakura memotong cepat bahkan sebelum Sasuke sempat menyelesaikan ucapannya, membuat laki-laki itu menyeringai mendengarnya. Ia kemudian mengangguk menyerah. Tidak ingin membuat mood gadis itu hancur hanya karena kesalahan ucapannya.
Waiters datang tidak berapa lama kemudian, membawa pesanan mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, Sakura tanpa membuang waktu lagi langsung mengambil sumpit dan sudah akan mencicipi makanannya sebelum sebuah ide jahil melintas otaknya. Ia tersenyum licik sebelum meletakkan kembali sumpitnya sebelum mengambil garam dan menuangkannya ke dalam makanan milik Sasori, mengabaikan Sasuke yang kini menatapnya dengan alis yang berkerut dalam melihat tingkahnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Sakura hanya mengangkat bahunya acuh.

"Biarin, biar kapok."

Sasuke menyeringai. Ya. Sakura masih sama seperti dulu.

****

Minus 1k ya, mood lagi anjlok seanjlok-anjloknya... Dengan ini, semua sudah aku kembalikan padamu uri spesial yang tersayang...

Tertanda :

Anggota team pencari fakta yang lagi broken maeum level parah sampai uri oppadeulpun tidak mampu mengobati naei maeum. Sorry kalo amat sangat tidak lucu sama sekali...

난 목적을 잃어버린 작가 이 소설의
끝은 어떻게 마무리 지어야 해 -Fiction, Beast-

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang