Alif masih tidak menyangka akan bertemu dengan Nara setelah sekian tahun ia merantau ke Jakarta. Kini keduanya duduk saling berhadapan di salah satu cafe.
"Mas Alif ke mana aja?" Lagi-lagi Nara bertanya keberadaan Alif selama ini, karena sepuluh tahun lalu setelah ia dan Bagas lulus kuliah, Alif tidak pernah lagi menampakkan diri di hadapan Nara.
Alif tersenyum karena wajah penasaran Nara yang terlihat lucu. "Aku nggak ke mana-mana, aku di sini," balas Alif.
Nara mendengus, ia masih ingat jika laki-laki di hadapannya memiliki sifat yang sedikit mirip dengan kakaknya, yakni sama-sama jahil.
"Serius, Mas. Mas ke mana aja? Tiba-tiba hilang gitu aja, nggak pamit lagi."
"Aku merantau ke Jakarta, dan kenapa nggak pamit karena aku harus segera datang ke sini," jelas Alif.
Nara terlihat tidak puas dengan jawaban Alif. "Terus sekarang Mas Alif kerja di mana?"
"Di Kementerian BUMN," jawab Alif.
Nara mengangguk-anggukan kepalanya, ia sedikit penasaran dengan Alif namun segera ia tepis rasa penasaran itu.
Sedang Alif terfokus dengan perut buncit Nara, banyak pertanyaan yang menghampiri pikirannya. Hingga seorang pelayan membuat pikirannya buyar.
"Selamat menikmati," ucap pelayan tersebut.
"Iya, terima kasih Mbak," balas Nara.
"Minum, Mas." Nara menyodorkan satu gelas kopi susu yang Alif pesan.
"Ternyata kesukaannya Mas Alif nggak pernah berubah ya," cetus Nara sambil menikmati jus jambu kesukaannya.
"Namanya juga kesukaan, pasti nggak berubah," balas Alif.
Nara tersenyum manis, membuat Alif sedikit salah tingkah.
"Oh ya, suamimu nggak marah? Kalau aku ajak kamu keluar." Alif mencoba mengungkapkan isi kepalanya.
Nara terdiam, ia kembali menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Ia bingung harus menjawab apa pertanyaan itu.
"Enggak, aman aja, Mas." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Nara.
"Yakin?"
Nara mengangguk yakin, ia hanya bisa membatin, siapa juga yang akan marah jika ia keluar dengan laki-laki sebab dirinya pun tidak memiliki suami.
"Kandunganmu udah berapa bulan?"
"Udah masuk bulan ke delapan."
"Berarti sebentar lagi lahiran?" Alif terlihat begitu terkejut, bahkan tangannya melepas gelas begitu saja.
"Iya, memangnya kenapa, Mas?"
Alif menggeleng. "Kamu kapan nikahnya? Kenapa Bagas nggak kasih tau aku, kalau tau...aku pasti datang," ucap Alif dengan cepat.
Nara tertawa pelan, perkataan Alif membuat dirinya geli.
"Aku belum nikah, Mas," ungkap Nara.
***
Sejak tadi Baskara dibuat bingung karena permintaan sang istri yang sedikit menyulitkan, ia meminta Baskara untuk membelikan kerok telor khas Jakarta langsung di Jakarta.
"Mel, aku nggak bisa. Hari ini aku harus kampanye ke beberapa kecamatan," ucap Baskara mencoba membujuk istrinya.
Amelia menunjukkan wajah murungnya, dari kemarin ia sangat ingin makan makanan dari Jakarta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA
RandomNarayya Maharani Dirgantara, seorang gadis yang biasa dipanggil Nara. Kehidupannya yang penuh kedamaian dan kebahagiaan, tiba-tiba dihancurkan sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan. Masa depan yang telah ia rajut dengan begitu indah, rusak seket...