Hari-hari berlalu begitu saja, Nara tidak sabar lagi menanti kelahiran anak yang selama ini ia kandung. Kali ini hatinya begitu ikhlas, bahkan ia sudah siap untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak itu.
Nara tersenyum menatap pantulan wajahnya di cermin, sosok Nara yang dulu kini kembali datang. Senyuman yang sempat hilang kini hadir kembali, tak hanya itu kehadiran Alif juga membuat hidup Nara juga jauh lebih bahagia.
Alif selalu memiliki beribu cara untuk mengembalikan senyum Nara, ia rela menuruti semua permintaan Nara meski terkadang ia harus meninggalkan pekerjaannya, entah mengapa Nara kali ini merebut sebagian hidup Alif.
"Nak, kamu tenang aja. Meski nggak ada ayah kandungmu, tapi ada Om Alif yang siap menyambut kehadiran mu. Maafkan aku karena kamu harus lahir dari rahim aku, aku nggak jamin hidup kamu akan bahagia. Tapi aku akan mengusahakan kebahagiaan itu," ucap Nara sambil mengelus-elus perutnya.
***
Bagas terkejut ketika Alif menelfonnya dan memberitahukan jika Nara bersama dia. Alif juga menceritakan bagaimana ia bertemu Nara lalu membantu dan menjaga Nara setiap harinya.
Lif, lo serius? Nggak bercanda kan?
Bagas masih tidak percaya, jika sahabat lamanya yang menemukan dan menjaga Nara selama di Jakarta.
Serius, Gas...hari ini rencananya gue mau lihat dia di kost, soalnya tadi pagi dia minta beliin kelapa muda.
Bagas menahan haru, ia masih tidak menyangka.
Gue akan ke sana, gue mau lihat keadaan dia.
Jangan, Gas...lo pasti ingat pesan dia.
Tapi, Lif... sebentar lagi pasti Nara melahirkan, gue mau dampingi dia.
Bagas, kali ini tahan keinginan itu. Lo percaya sama gue, Nara baik-baik aja. Gue akan bantu lo, setelah dia melahirkan akan gue bujuk dia untuk pulang. Tapi untuk saat ini, lo boleh datang tapi jangan temui dia dulu.
Kenapa gitu, Lif? Gue kangen sama dia.
Iya, gue tahu. Tapi nggak sekarang, kita harus sama-sama jaga mental Nara baik saat melahirkan maupun pasca melahirkan.
Ya udah, kali ini gue nurut. Tapi kalau nanti Nara melahirkan lo harus kasih tau gue. Gue sama Ayah Bunda akan datang ke sana.
Iya, lo bisa datang sekitar tanggal 21 sampai 26, itu tanggal yang ditentukan dokter karena insyaAllah Nara akan melahirkan secara normal. Jadi lo bisa pantau dari kejauhan.
Oke, makasih banyak. Makasih banyak karena lo udah mau bantu gue sama Ayah Bunda buat jaga Nara. Maaf kalau dulu gue terlalu keras dengan perasaan lo terhadap Nara. Kali ini gue nggak akan menghalangi perasaan itu, karena gue yakin lo bisa membahagiakan Nara.
Tentang perasaan bisa dibahas nanti, untuk saat ini keselamatan dan kesehatan Nara yang paling utama. Gue juga makasih karena udah percaya sama gue.
Iya, gue titip Nara. Jaga dia ya.
Telfon terputus setelah Bagas meminta Alif untuk menjaga Nara, tanpa diminta Alif sudah melakukan itu sejak dari awal mengenal Nara.
Alif menghela napas mengingat perkataan Bagas, ia juga teringat kejadian beberapa tahun lalu, di mana ia harus mengubur perasaannya karena secara terang-terangan menyatakan jika dirinya jatuh hati kepada sosok adik dari sahabatnya. Kepribadian Nara yang begitu ceria dan mudah bergaul membuat Alif menjatuhkan hati kepada perempuan itu.
Namun perasaan itu sempat ditentang oleh Bagas karena Nara sendiri baru saja lulus SMA. Karena memang sedari kecil Nara selalu dijaga apalagi berhubungan dengan laki-laki, meskipun begitu Nara tetaplah Nara yang memiliki sifat ramah tamah kepada siapapun sehingga memunculkan rasa yang berbeda dari hati Alif.
Diam-diam Alif mengagumi segala kepribadian Nara, entah itu baik ataupun buruk sampai pada akhirnya Bagas meminta kepada dirinya untuk menjauhi Nara, karena itulah Alif pergi ke Jakarta tanpa berpamitan kepada Nara yang tentunya membuat gadis ini bingung.
***
Nara kembali merasakan kontraksi di perutnya, ia mencoba menarik napas perlahan dan membuangnya. Ia merasakan ingin buang air, namun tubuhnya begitu lemah untuk berdiri.
Perlahan tangannya menggapai ponsel di nakas samping ranjang, ia berusaha mencari nomor Alif.
Setelah menemukan nomor itu, Nara segera melakukan panggilan kepada Alif.
Mas, sakit....
Halo, Nara... Kenapa?
Mass ...sakittt
Nara merasakan perutnya semakin sakit hingga tanpa sengaja menutup telfonnya. Alif yang sedang bekerja, mulai panik mendengar suara Nara yang terdengar merasakan kesakitan.
Ia segera membereskan semua barang di atas meja lalu segera izin kepada atasannya dan menyusul Nara di kost.
Dengan kecepatan tinggi, mobil Alif menyalib semua kendaraan yang menghalanginya, ia tidak peduli dengan nyawanya sendiri.
Sesampainya di kost Nara, Alif meminta izin kepada Mang Aji untuk masuk ke kamar Nara, dengan didampingi Mang Aji, Alif masuk ke dalam kamar tersebut.
Tubuh Nara terkulai lemas di atas kasur, bahkan terlihat air menjalar dari tubuh Nara.
"Ya Allah, Nara," pekik Alif, dengan cepat Alif menghampiri Nara.
"Ssshh...sakitt, Mas," lirih Nara.
"Kita ke rumah sakit. Mang Aji, tolong bawakan tas ini," pinta Alif menyerahkan satu tas yang telah dipersiapkan Nara dari seminggu lalu.
"Siap, Mas."
Kemudian Alif menggendong Nara menuju ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.
"Sabar ya, kita ke rumah sakit dulu," ucap Alif sambil menggenggam erat tangan Nara.
Tak lama sampailah mereka di rumah sakit.
"Pak, minta tolong...istri saya mau melahirkan," pekik Alif.
Selamat kah bayi yang Nara kandung??
Bagaimana kehidupan Nara setelah ini??
Tunggu kelanjutannya☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA
RandomNarayya Maharani Dirgantara, seorang gadis yang biasa dipanggil Nara. Kehidupannya yang penuh kedamaian dan kebahagiaan, tiba-tiba dihancurkan sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan. Masa depan yang telah ia rajut dengan begitu indah, rusak seket...