5 tahun silam....
Suara dentuman dari sound system samping panggung cukup memekakkan telinga gadis itu, namun ia harus bertahan karena tugasnya ini.
Matanya kembali menyorot hiruk pikuk gedung tersebut, terlihat beberapa anak-anak berlarian dengan riang menggunakan toga kecil. Senyum riang mereka membuat gadis ini ikut tersenyum, tak terasa satu tahun sudah ia lalui membersamai anak-anak yang kini mulai beranjak besar.
Senyum gadis ini tidak luntur sama sekali, ia masih tidak menyangka akan menyelesaikan tugasnya dalam mengantarkan anak-anak didiknya naik ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sepertinya senyum itu mulai luntur ketika sebuah instrumen syahdu mengiringi langkah setiap anak-anak yang digandeng kedua orang tuanya untuk mengucapkan salam perpisahan.
Mata gadis ini mulai berkaca-kaca, ada sedikit rasa sesak yang bercampur bahagia melihat dan mendengar perpisahan itu. Tangan mungil menarik tangan gadis ini, membuatnya sedikit tersentak.
"Bunda Nara, terima kasih ya." Sebuah ungkapan singkat dari seorang gadis mungil, membuat senyum Nara kembali tercetak.
Ucapan perpisahan kembali menghampiri Nara, setelah empat tahun lalu memutuskan menjadi guru TK, empat kali pula Nara mendengar ucapan perpisahan dari anak-anak didiknya.
Nara harus siap jika hari perpisahan ini terjadi, karena bagaimanapun anak-anak ini harus tumbuh menjadi orang sukses, ia cukup bangga karena mampu mengantarkan anak-anak untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.
***
Setelah sehari penuh Nara disibukkan dengan acara perpisahan, kini Nara berada di toko bunga yang terlihat cukup ramai. Memiliki 6 karyawan di setiap cabangnya membuat Nara harus ekstra memperhatikan nya, terlihat ia selalu mengunjungi toko pusatnya untuk melihat bagaimana perkembangan usaha yang telah ia bangun lima tahun lalu.
"Bu Bos, kenapa ke sini? Nggak capek dari sekolah," ucap seorang perempuan yang tengah sibuk merangkai buket bunga ditangannya.
"Justru karena saya nggak capek, saya ke sini biar capek," cetus Nara.
Bukan pemandangan asing lagi, jika Nara selaku pemilik toko selalu ikut membantu pekerjaan karyawannya.
Nara melihat seluruh buket bunga yang telah siap dikemas dan dikirim, ia memeriksa satu per satu memastikan tidak ada yang kurang atau cacat saat dikirim.
"Sal, ini dikirim ke hotel Biantara?" Sebuah buket bunga mawar dengan diameter cukup besar menarik perhatian Nara.
"Iya, Bu. Nanti saya yang kirim ke sana," jawab Faisal.
"Ini kan sudah malam, dan sebenarnya sudah waktunya kalian pulang. Gimana kalau saya saja yang antar ke sana, kan searah dengan rumah saya." Lagi-lagi Nara menawarkan sebuah bantuan yang membuat kurirnya tidak enak hati.
"Jangan, Bu. Biar saya saja, ini tugas saya," tolak Faisal.
Nara berdecak. "Saya tahu kamu capek, jadi jangan menolak. Kamu antar pesanan yang searah dengan rumahmu, biar ini saya yang antar."
"Tapi, Bu...." Nara tidak menggubris, ia langsung membawa buket bunga itu dan memasukkannya ke dalam kotak lalu diikatkan ke joke motornya.
Faisal hanya bisa menghela napas, memiliki bos muda dengan sifat yang sedikit keras kepala membuatnya harus bersabar, meski hal ini cukup meringankan pekerjaannya tapi tetap saja ia merasa tidak enak hati dan berpikir hanya makan gaji buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA
CasualeNarayya Maharani Dirgantara, seorang gadis yang biasa dipanggil Nara. Kehidupannya yang penuh kedamaian dan kebahagiaan, tiba-tiba dihancurkan sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan. Masa depan yang telah ia rajut dengan begitu indah, rusak seket...