EFFORT

477 63 3
                                    

Nara melihat pantulan tubuhnya di cermin, ia membolak-balikkan tubuhnya sambil menilai bagaimana bentuk tubuhnya saat ini.

Ia mendengus ketika merasakan tubuhnya semakin membesar. "Jadi gendut gini sih," keluh Nara.

"Kamu jangan minta makan terus, aku jadi gendut gara-gara ini," sambungnya sambil mengelus perut buncitnya.

Bayi dalam kandungan seakan-akan merespon ucapan Nara, ada sedikit tendangan yang membuat perut Nara nyeri.

"Jangan ditendang, Nak...sakit nih."

Nara memutuskan duduk sambil menetralkan rasa sakit itu, ia sangat merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu hamil. Pantas saja kita sebagai anak tidak boleh menyakiti hati ibu, karena untuk melahirkan bayi ke dunia butuh usaha yang luar biasa.

Suara ketukan dari luar membuat Nara kembali berdiri dan membuka pintu tersebut.

"Iya, Mang?"

"Maaf, Mbak Nara. Di depan ada Mas Alif, katanya pengen ketemu Mbak Nara," ucap Mang Aji menunjuk Alif yang sedang berdiri di luar pagar kost.

"Oh, iya Mang. Makasih banyak, saya ke sana dulu," ucap Nara lalu melangkah menghampiri Alif.

"Aku telfon kamu kenapa nggak diangkat?" Alig langsung bertanya tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Kapan Mas Alif telfon?" Nara sedikit bingung karena sejak tadi, ia tidak menerima telfon dari siapapun itu.

"Baru aja." Nara mendengus mendengar jawaban Alif.

"Mana aku tau, nada dering ponsel ku senyapkan dari dulu," jawab Nara.

Alif hanya bisa menghela napas, kebiasaan Nara tidak pernah berubah selalu menonaktifkan nada dering ponselnya. Berbeda dengan Nara, justru ia meneliti pakaian Alif yang sedikit rapi karena memakai kemeja dan celana kain serta sepatu pantofel yang mengkilap.

"Mas baru pulang kerja?"

Alif mengangguk. "Kenapa ke sini? Seharusnya pulang dan istirahat," balas Nara.

"Memangnya aku nggak boleh ke sini?"

"Boleh, tapi Mas nggak capek?"

Alif menggeleng cepat. "Aku mau ketemu dedek bayi, kamu nggak lupa kan kalau hari ini jadwal periksa ke dokter sebelum nanti lahiran?"

Sontak Nara menepuk dahinya, ia hampir saja lupa akan jadwal periksa kandungannya.

"Kebiasaan, penyakit lupanya nggak hilang-hilang," ucap Alif sambil menepuk pelan kepala Nara.

Nara tersenyum malu. "Jadi Mas Alif mau nganterin aku periksa ke dokter?"

"Kalau udah di sini, tandanya apa? Udah buruan ganti baju, sekalian nanti setelah periksa pergi ke mall," ujar Alif lalu mendorong tubuhnya Nara masuk ke dalam kost.

"Ngapain ke mall?"

"Udah, nanti juga tau. Buruan ganti baju," titah Alif.

***

Musik disko begitu memekakkan gendang telinga laki-laki itu, dengan sedikit keras ia menerobos diantara kerumunan orang-orang yang mulai tidak sadarkan diri.

Ia berusaha menahan segala godaan di depan matanya demi menemui istrinya.

"Baskara," panggil seseorang membuat langkah laki-laki itu terhenti.

Mata Baskara seketika melotot ketika melihat istrinya duduk di atas pangkuan seorang laki-laki yang ia tahu, jika laki-laki ini mantan pacar dari istrinya.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang