BAB 21

434 28 1
                                    


PRINCE menatap kosong ke arah luar pintu rawat, berharap dia segera melihat tania datang untuk menjenguknya, prince tahu, bahwa dia salah dan dia bukan hanya menyakiti tania tapi juga adik iparnya—altezza. Di satu sisi ia tidak ingin tania sedih dan terluka, dan di sisi lain dia tidak ingin altezza membencinya. Prince bingung dengan hatinya sendiri, ada rasa peduli yang amat besar untuk altezza tapi prince masih mencintai tania.

Dika pernah berkata pada prince untuk tidak melakukan kesalahan yang akan membuatnya menyesal, dan prince baru saja melakukannya.

Prince sudah melihat sisi lemah altezza.

Tapi melihat sisi rapuh tania membuatnya seakan buta.

Prince terlalu mencintai tania, sampai sampai dia melukai orang lain. Tapi saat dia melakukan kesalahan, tania meninggalkan nya dengan gugatan cerai. Sakit rasanya. Prince berfikir apakah selama ini tania memiliki sedikit saja rasa sayangnya pada prince?, atau rasa tanggung jawabnya sebagai istri.

Tania tidak pernah memasakkan makanan kesukaan prince, tidak pernah menyambut kedatangan prince, tidak pernah begitu menghawatirkan prince dan bahkan tidak pernah merasa bersalah pada prince.

Apakah selama ini prince hanya mengalami cinta sepihak?. Tapi kenapa, kenapa prince cemburu atas perlakuan tania pada altezza, yang bahkan adik tania sendiri.

Tapi prince tidak menyangka bahwa altezza begitu mengkhawatirkan nya, bahkan sampai berjuang untuk menyelamatkan. Seakan prince menerima sesuatu yang tidak pernah tania berikan padanya.

Baik itu kasih sayang atau rasa tanggung jawab.

Mengingat nama altezza membuat prince merasa jauh lebih tenang. Entah ini karena rasa kagum atau bersalah tapi yakinlah bahwa detak jantung prince tidak normal saat memikirkan altezza. Bahkan saat ia mengingat kejadian malam itu. Saat altezza tidur dan tanpa berfikir jernih prince menciumnya.

"Napa lo!?" Tegur seseorang membuat fokus prince terputus. Lalu beralih menatap sosok altezza yang baru saja datang setelah 2 hari tidak mengunjunginya nya.

"Gimana keadaan lo? Udah baikkan?" Tanya altezza lalu memeriksa botol infus yang hampir habis.

"Rasanya masih sakit" Jawab prince tanpa mengalihkan tatapan nya pada altezza.

"Owh yah bentar lagi lo bakal di bawa ke ruang rontgen. Jadi pastiin lo siapin diri terlebih dahulu"

"Al"

"Hm"

"Tania ngak datang?" Tanya prince menghentikan aktivitas altezza.

Altezza menghela nafasnya lalu beralih menatap lelah prince. "Lo masih berharap sama dia? Jelas-jelas gugatan cerai lo udah tersebar di media lo masih tanyain dia? Lo pikir dia bakal datang ke sini terus nangis habis itu ajak rujuk karena takut lo mati?" Ucap altezza tanpa menjeda setiap kalimatnya.

Altezza menghembuskan nafasnya gusar lalu pergi dari ruangan prince.

Prince mengerutkan keningnya bingung. Padahal dia ingin tanya tania datang membawakan surat cerai atau tidak tapi melihat respon altezza yang seperti itu membuat prince bingung seakan dia telah melakukan kesalahan besar.

•••

Langkah altezza terhenti karena mendengar suara lonceng berbunyi.

Entah kenapa tiba tiba kepala altezza terasa pusing dan seakan tubuhnya di kendalikan oleh sesuatu yang membuat altezza berjalan entah kemana.

Pov tania

Tania kembali menelfon sahabatnya untuk bertanya perkembangan rencana mereka. Tentu saja Mutia menjawab dengan sangat mantap.

transmigrasi altezza BL (END✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang