Tak disangka pertandingan sore tadi terasa cukup melelahkan. Dengan sepeda hitamnya Bena masuk ke pelataran rumah. Sambil sedikit melirik ke arah jendela kamar Mara yang berada di lantai dua. Berharap jika sahabatnya itu akan menemuinya. Sehingga ia bisa mengembalikan energi yang terkuras habis hari ini.
Bena memarkirkan sepedanya, dan segera masuk untuk membersihkan diri. Namun, langkahnya terhenti di depan pintu. Ia memikirkan Mara yang tidak berpamitan bahkan tidak mencarinya terlebih dahulu saat sebelum pulang sekolah. Sungguh, rasanya pulang sekolah tanpa Mara sangatlah aneh.
"Apa nanti habis mandi aku ke sana aja, ya?" gumamnya.
•◡•
Malam itu, Mara hanya di rumah saja. Ia tidak bermain bersama Bena karena tidak mau mengganggu tetangganya itu. Bena sudah melewati hari yang melelahkan di sekolah. Dan ia tidak mau menambah rasa lelah Bena dengan kehadirannya yang cukup berisik. Menonton tv menjadi pilihannya saat ini, meskipun diiringi suara teriakan sang kakak saat bermain game.
Walaupun tengah berusaha menonton dengan tenang, nyatanya ada saja yang menjadi halangan. Il Yas muncul secara tiba-tiba sambil tetap membawa stik gamenya, menuju ke arah Mara dengan kursi beroda warna coklat gelap favoritnya. Perasaan Mara sudah tidak enak saat melihat wajah cerah kakaknya. Dengan senyum yang manis dan bukannya raut yang sinis. Mara menaruh penuh rasa curiga untuk itu.
"Mara, adikku yang maniss.." panggil Il Yas dengan lembut.
Dipanggil dengan nada manis seperti itu, membuat Mara menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia telah menebak segala peluang yang akan dilakukan Il Yas padanya.
"Apa?"
"Beliin Abang tahu tek di pertigaan dong, cantik." Perintahnya dengan pujian. Tak lupa mengedipkan mata genitnya beberapa kali. Antara berusaha membujuk atau memang sengaja pamer jika ia memiliki bulu mata lebih panjang dari pada adiknya.
*Tahu Tek : Makanan khas Surabaya yang berisi potongan lontong, tahu goreng, irisan kentang, timun dan toge mini yang disiram dengan bumbu kacang campuran petis. Juga ditambah kerupuk sebagai pelengkapnya. Disebut tahu tek karena tidak menggunakan pisau untuk memotong lontong dan juga tahu, melainkan menggunakan gunting. Sehingga terdengar bunyi tek tek saat proses pemotongan dilakukan.
"Udah Mara duga, perasaan Mara emang udah nggak enak sejak awal." Lirih Mara. "Kenapa nggak beli sendiri, sih?"
"Mara nggak liat Abang lagi main game?" sanggahnya tak masuk akal.
"Abang juga nggak liat, Mara lagi nonton tv?"
"Ayo dong adikku yang cantik, manis, dan baik hati. Tolonglah Abangmu yang tengah kelaparan" bujuknya tak henti.
"Kalau gini aja baru memuji. Yaudah, cabe berapa?" walaupun dengan kesal, rupanya Mara tetap berangkat untuk memenuhi perintah sang kakak.
"Kaya biasanya. Tahu tek di pertigaan, ya? Jangan lupa kerupuknya yang banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekaman Niskala
Fiksi Penggemar'Jangan terlalu memakai perasaan,' katanya. Hingga aku tersadar, perasaan itu tidak ada padanya. 'Aku menyukai hujan, tetapi tidak dengan awan hitam.' Ucapku seolah sedang berpillih kasih. Kemudian engkau menjawab, 'Bukankah awan hitam yang mengiri...