Terkadang seseorang memiliki sisi yang tidak terduga dari kepribadian mereka.
-Number of Time-
Suara serangga semakin menambah suasana sepi tanpa hiruk-pikuk aktivitas manusia. Cahaya lampu jalan yang suram mengarahkan jalur di malam yang gelap. Dikarenakan letak rumah Aiko yang memasuki gang, ia dan Jin terpaksa turun karena tidak cukup ruang untuk dilewati taksi.
Sambil memegang lengan Aiko, Jin ikut melangkah perlahan. Derap kaki mereka bergema di antara bangunan-bangunan yang sunyi di gang tersebut. Meskipun gelap, keberadaan Jin memberi Aiko sedikit kelegaan.
Tak lama, sampailah mereka pada tujuan utama—rumah Aiko. Aiko mendaratkan tubuh di kursi depan rumah. Ia memberi kode pada Jin agar duduk di kursi sebelahnya.
"Makasih banyak ya, Jin," ucap Aiko sembari merekatkan mantelnya.
"Aku hanya melakukan semampuku," sahut Jin. Matanya menelusuri setiap detail rumah Aiko yang sederhana, tetapi terlihat hangat.
"Oh, iya. Di mana orang tua kamu?" tanya Jin.
Aiko tersenyum singkat. "Ada mama di dalam, lagi istirahat." Ia menghela napas. "Tapi, aku belum membelikan mama obat," lanjutnya.
Jin menautkan alis. "Obat? Mamamu sakit?"
Sang lawan bicara mengangguk perlahan. "Iya, sakitnya udah lama. Kadang-kadang susah mendapatkan obatnya." Suaranya penuh dengan kekhawatiran yang tersamar di balik kerelaannya untuk memberikan informasi.
Jin manggut-manggut paham. "Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan buat bilang padaku, ya?" tawarnya lembut.
Aiko terhenyak. "Makasih. Tapi belum perlu, kok. Aku akan berusaha," kata cewek itu sembari tersenyum tipis, menunjukkan keteguhan dan tekadnya untuk menghadapi situasi tersebut sendiri.
"Terus gimana cara kamu ngasih tau ke mamamu kalau tadi abis kecelakaan?" tanya Jin.
Aiko menangkup dagunya. "Akan kubicarakan itu besok. Biasanya jam segini mama udah tidur."
Jin mengangguk untuk kedua kali. "Udah larut banget, Aiko. Lebih baik istirahat di dalam. Angin malam nggak baik buat tubuhmu," ujarnya.
Terkadang seseorang memiliki sisi yang tidak terduga dari kepribadian mereka. Meskipun Jin Hotaru mungkin terlihat judes dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, tetapi dia masih memiliki letak kepedulian yang tulus, seperti yang terlihat dari perhatiannya pada Aiko.
"Tapi, kamu pulangnya gimana, Jin? Taksi yang bawa kita tadi udah pergi."
"Tenang aja. Aku ke depan gang, sambil nunggu taksi yang mau ku pesan. Kamu lebih baik istirahat. Dan kalau bisa besok nggak usah berangkat sekolah, pikirkan kondisimu," jawab Jin dengan ramah.
"Baiklah, aku masuk," jawab Aiko, tersenyum tipis pada Jin. "Terima kasih udah membantu dan mengantarku sampai rumah."
"Itu udah jadi tugasku, Aiko. Ku tunggu kamu masuk, setelah itu aku pergi," balas Jin.
Cowok tampan itu berdiri, membantu Aiko untuk masuk ke dalam rumah. Sebelum pintu benar-benar tertutup, kedua pipi Aiko terdorong naik. "Hati-hati. Sampai bertemu besok," ucapnya.
Jin membalas senyuman cewek di hadapannya. "Pasti, Aiko. Sampai besok," sahut Jin seraya melambaikan tangan. Ia menunggu sejenak sampai pintu tertutup rapat, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya berbalik dan melangkah menjauh.
Berjalan di bawah langit gelap, bintang-bintang menjadi pemandu di kegelapan. Tanpa disadari, sudut bibir Jin sudah terangkat sedari tadi. Senyuman yang tak pernah muncul pada dirinya, kini kembali tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number of Time
RomanceKeanehan terjadi pada Aiko Masayu setelah mengalami sebuah insiden. Cewek pintar itu mendadak memiliki kemampuan tahu sisa waktu hidup seseorang. Ia dapat melihat angka kematian yang ada di tangan manusia. Namun, angka yang berjalan pada tangannya b...