16. Nasi Padang

16 11 25
                                    

Ada prakata yang mengatakan, jika seseorang memandang lebih dari lima detik, itu artinya dia tertarik sama orang itu.

-Number of Time-

Aiko menepis keringat yang sedikit mengaliri pelipis. Ia menghela napas panjang setelah selesai merapikan meja makan. Dengan piyama pinknya, Aiko sibuk menata makanan yang baru saja dibeli. Akan tetapi, pandangannya terpaku pada jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Saatnya makan malam, meskipun biasanya ini waktu untuk beristirahat.

Namun, suara familiar memecah kesunyian. "Boleh aku masuk?"

Aiko menoleh, terkejut melihat Jin keluar dari kamar mandi, mengenakan kaos oblong hitam yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Detik itu juga, Aiko tak bisa menahan tawa melihat Jin.

"Udah lihat dirimu?" Aiko terbahak, memegang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa. Sedangkan Jin hanya memandang heran.

"Apa ada yang lucu?" tanya cowok itu.

Aiko berusaha meredakan tawa. "Coba lihat baju yang kamu pakai. Aku rasa baju itu kurang cocok," cela Aiko.

Jin hanya mengangkat bahu. "Aku suka baju ini," jawabnya sambil meraba kain yang dikenakan. "Hangat."

Aiko menggeleng tak habis pikir. "Ayo, makan, sebelum larut malam," ajaknya sambil duduk.

Jin menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Aku nggak terbiasa makan malam."

Mendengar itu, Aiko kontan menautkan alis. "Kenapa? Aku udah siapin buat kamu, loh. Dengar kata mama tadi, kan? Makanannya buat aku sama kamu," balasnya heran.

Jin terdiam sejenak-mengingat momen yang membuatnya tidak nyaman di malam hari. Ia tersenyum tipis sembari duduk di depan Aiko. "Aku nggak terbiasa makan malam."

"Kenapa gitu?" tanya Aiko untuk kedua kali, ingin memahami lebih dalam.

Dalam benak Jin terputar sejenak akan kejadian yang membuatnya merasa gelisah di malam hari. "Bisa tidur dengan nyaman pun udah cukup bagiku, Aiko," jawabnya dengan lirih.

Aiko merasa ada yang tidak beres dengan Jin. "Sebenarnya apa yang terjadi di rumahmu, Jin?"

Jin tampak ragu saat menggeleng. "Ah, nggak ada yang spesial, Aiko."

"Nggak apa-apa, kalau begitu." Aiko mengambilkan piring untuk Jin dan meletakkan makanan di atasnya. "Ayo, makanlah."

Namun, Jin malah tersenyum menyeringai. Aiko yang memergoki kontan mengangkat satu alis. "Ada apa?" tanyanya, heran.

Jin menampilkan wajah datar. "Nggak ada apa-apa. Aku hanya merasa seperti memiliki istri."

Aiko melotot dan langsung menjewer telinga Jin, membuatnya meronta kesakitan.

"Enak digituin, hah?"

Jin meringis sambil menggosok-gosok telinganya yang memerah. "Jangan kasar begitu."

Aiko mendecak. "Dan kenapa kamu bicara seperti itu? Apa kamu mencoba untuk membuatku terbawa perasaan?"

Jin tersenyum genit. "Ah, udahlah. Nggak pa-pa kalau kamu beneran baper," timpalnya dengan enteng.

Number of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang