Kadang kita terlalu sibuk mencari kebahagiaan yang besar, hingga melupakan keindahan dalam momen-momen kecil.
-Number of Time-
Aiko berdiri tegak di depan gerbang yang banyak dilalui kendaraan. Suasana sore yang semakin redup membuat gelisah. "Jin mana, ya?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan-mencari di antara kerumunan siswa yang berhamburan. Arloji putih di pergelangan tangan mulai terasa berat, mengingatkannya pada waktu yang terus berjalan.
Perhatiannya teralihkan pada siluet yang semakin mendekat. Namun, saat sosok itu semakin jelas terlihat, senyum Aiko memudar perlahan. Itu bukan orang yang dia tunggu.
"Aiko? Belum pulang?" tanya Rizky yang baru saja menghampiri.
Aiko menoleh ke arah Rizky dengan senyum palsu yang tergantung di bibirnya. "Oh, iya. Cuma sedang menunggu seseorang," jawabnya singkat, berusaha menyembunyikan kekecewaan yang merayap di dalam dirinya.
Sang lawan bicara mengangguk paham, mata cowok itu menyorot ke sekeliling. "Siapa yang kamu tunggu?"
Aiko tersenyum tipis. "Ada." Ia menyelipkan anakan rambut ke belakang telinga. "Kamu sendiri kenapa belum balik, Ky?" tanyanya.
"Kebetulan abis ini mau ada rapat OSIS. Padahal aku udah nggak menjabat, tapi diundang. Jadi, aku ikut aja."
Aiko hanya ber-oh panjang sebagai jawaban. Beberapa saat kemudian, sosok yang berjalan mendekati mereka sontak mengalihkan perhatian.
Tak menghiraukan keberadaan Rizky, Jin bertanya, "Jadi, kapan kita pulang?"
Aiko mengulum senyum, lalu mengangguk. "Ayo, sekarang," sahutnya antusias. Cewek berambut cokelat itu menoleh sejenak ke arah Rizky. "Ky, aku duluan, ya."
Rizky mengangguk dan menatap kepergian Aiko dengan Jin Hotaru. Tangannya diam-diam sudah terkepal erat. "Kok bisa dia pulang sama manusia nggak jelas itu?" Ia mendecih. "Aku nggak akan biarin mereka dekat."
***
Dengan hati-hati, Jin menyentuh bagian atas pintu angkot saat Aiko hendak turun. Mereka berdua melangkah bersama setelah sampai di tujuan.
"Itu, di sana!" seru Aiko. Disertai mata yang berbinar, ia menunjuk ke arah ALFAtihah di seberang jalan. Namun, jalanan penuh akan kendaraan yang berlalu-lalang, membuat Aiko terhenti di trotoar sembari menggaruk kepala yang tak gatal.
Tiba-tiba, sebuah tangan yang menggenggam erat lengan Aiko membuatnya terlonjak.
Jin tersenyum, tangannya yang hangat menenangkan Aiko saat mereka menyeberang jalan bersama. Sesampainya di sana, Aiko masih terdiam.
"Kamu mau beli apa?" tanya Jin memecah keheningan.
Aiko yang sedari tadi terdiam akhirnya tersadar. "Ayo, masuk. Temenin aku," jawabnya gugup.
Cowok di sampingnya mengangguk sambil tersenyum. Ia mengikuti langkah Aiko menuju ALFAtihah yang dipenuhi oleh makanan dan minuman, hari itu cukup ramai dikunjungi orang.
Tiba-tiba, Jin kembali menggenggam tangan Aiko erat. Aiko terdiam sejenak, merasa tidak nyaman atas perlakuan tersebut.
"Jin, lepaskan. Ini di tempat umum, malu!" gerutu Aiko
Lawan bicara tampak menggeleng. "Nggak. Nanti kita bisa terpisah. Di sini ramai, aku takut kehilanganmu karena kamu pendek," jawab Jin santai.
Aiko membelalak. "Apa yang kamu katakan!?" desisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number of Time
RomanceKeanehan terjadi pada Aiko Masayu setelah mengalami sebuah insiden. Cewek pintar itu mendadak memiliki kemampuan tahu sisa waktu hidup seseorang. Ia dapat melihat angka kematian yang ada di tangan manusia. Namun, angka yang berjalan pada tangannya b...