Memayungi hati dengan cinta kepada seseorang yang tidak pantas adalah sebuah kesakitan yang terdalam.
-Number of Time-
Suasana menjadi semakin tegang dengan kegelapan yang menyelimuti. Jin mematung, matanya tak berkedip saat menatap dua sosok di hadapannya. Seolah ada pisau yang menusuk di dalam dada, ia tetap berusaha menahan diri agar terlihat tenang.
Jin berdiri di hadapan Ayahnya dengan napas yang berat, mencoba menahan gelombang emosi yang memenuhi dirinya.
David mengatupkan bibir. Ia justru menoleh ke arah Bu Neisya yang berada di sampingnya tanpa menjawab pertanyaan putranya.
"Dari kapan Ayah menikah dengan Bu Neisya?" suaranya terdengar rapuh, tapi pertanyaannya begitu tajam.
David hanya menatap hampa ke arah Bu Neisya yang berdiri di sisinya, seolah berharap ia akan menemukan jawaban di wajah wanita itu.
"Ayah, mengapa diam aja?" Jin melangkah maju, menatap ayahnya penuh kekecewaan. "JAWAB, AYAH! KAPAN KALIAN MENIKAH!?" desaknya disertai frustrasi yang memuncak.
David menundukkan, lalu mengangkat kepalanya kembali. "Sudah dua tahun, Jin," jawabnya pelan.
Jin merasakan dunianya hancur berkeping-keping mendengar jawaban itu. Hati yang dulu utuh, kini terasa hancur, memenuhi dirinya dengan rasa sakit yang tak terkatakan.
"Jadi Ayah selingkuh selama ini? Selama bersama mama dulu, Ayah udah menikah diam-diam sama guru yang nggak bertanggung jawab ini!?" serunya penuh amarah, tatapannya menusuk tajam ke arah Bu Neisya.
David terdiam sejenak, kemudian mendelik. "Jangan mengucap sembarangan seperti itu!" katanya bernada tinggi. "Ayah merasa nyaman dengan Bu Neisya. Bu Neisya jauh lebih cantik daripada mamamu dulu!" balasnya, berusaha mempertahankan diri meskipun hatinya penuh keputusasaan.
Ditemani amarah yang membara, Jin menarik kerah kemeja ayahnya tanpa ragu. "Aku benar-benar nggak percaya ini! Mulai sekarang, kamu bukan ayahku lagi!" teriaknya sambil melepaskan genggamannya dengan kasar.
David tersenyum sinis. "Sejak dulu, Ayah nggak pernah menganggapmu sebagai anak, Jin." Ia tertawa kecil, napasnya terengah-engah. "Sejak kamu dan mamamu datang ke hidupku, semuanya terasa kacau. Aku nggak pernah mencintai mamamu," ungkap David dengan tegas.
Jin merasakan hantaman demi hantaman emosi yang tak terkira. Ia mundur beberapa langkah, matanya memancarkan kekecewaan dan keputusasaan. Memayungi hati dengan cinta kepada seseorang yang tidak pantas adalah kesakitan terdalam yang Jin rasakan. "Jangan pernah kembali ke rumah. Kamu bukan siapa-siapaku lagi," ujarnya dengan suara gemetar.
David menggeleng. "Aku nggak akan kembali ke rumah yang penuh tekanan seperti itu, Jin. Apa lagi yang kamu inginkan dari keberadaanku di sini? Cepat pergi!" usirnya dengan nada pahit.
Dengan amarah yang meluap-luap dan rasa terkejut yang melingkupi, Jin membalikkan tubuh. Ia tak ingin lagi berada di tempat ini, di tengah kehancuran yang menjadi kenyataan. Hal-hal yang sebelumnya hanya menjadi dugaan, kini terungkap dengan jelas di depan matanya.
Langit mulai meredup, menghias awan-awan dengan warna gelap. Ia merekatkan jaket sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha melawan kegigihan udara yang semakin menusuk.
Setiap langkahnya terasa seperti beban berat di pundaknya, melangkah di jalanan yang sepi dan sunyi. Kabut tipis mulai menyelinap, mengaburkan pandangannya. Jin merasa sendiri, terasing di tengah hiruk-pikuk kota yang sekarang terdiam.
Tiba-tiba, rintik hujan mulai menari di atas atap-atap bangunan. Jin menoleh ke atas, membiarkan tetesan-tetesan dingin menerpa wajahnya. Hujan adalah pertemanan yang lama dinantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number of Time
RomanceKeanehan terjadi pada Aiko Masayu setelah mengalami sebuah insiden. Cewek pintar itu mendadak memiliki kemampuan tahu sisa waktu hidup seseorang. Ia dapat melihat angka kematian yang ada di tangan manusia. Namun, angka yang berjalan pada tangannya b...