Buku Warisan

24 0 0
                                    

Ah, sungguh pagi hari yang cerah di Musim Gugur. Baik anak-anak maupun orang dewasa seharusnya bahagia karena dapat bangun menikmati dedaunan kuning kemerahan dan udara yang sejuk, tapi tidak di Riverway.

Para tetangga berkerumun di depan rumah pasangan suami-istri Faye. Mereka semua berebut ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Anjing pasangan itu, si Sober, melolong begitu keras di pagi buta sehingga mengejutkan warga yang lain. Mereka buru-buru keluar rumah tanpa repot-repot berpakaian rapi, lalu mendapati rumah pasangan Faye sudah tidak keruan.

Pagarnya dibobol dengan paksa, dan pintu depan rumah itu lepas dari engselnya. Di teras dan pekarangan, hiasan lentera Halloween yang masih panas berserakan. Bunga-bunga juga dicabut dengan paksa. Noda mengerikan seperti bekas sayatan mewarnai dinding rumah. Tubuh pasangan Faye ditemukan di dekat ruang makan, masing-masing sudah tak bernyawa. Para tetangga yang masuk ke rumah itu mengatakan, bahwa jenazah keduanya meninggal secara tidak wajar. Hanya ditemukan satu luka sayatan di lengan kiri masing-masing korban, dan lukanya tidak dalam. Ada kemungkinan luka tersebut dihasilkan pisau belati yang diberi racun. Tapi orang-orang sudah bisa menduga pelakunya, mengingat sore yang lalu ada seorang pemuda asing yang membuat Mr Faye naik pitam. Mungkin ada sangkut-pautnya kedatangan pemuda itu dengan peristiwa mengerikan ini.

Mr Faye, bagi orang-orang tertentu, terkenal galak dan pemarah, tapi dia tidak pernah sampai membuat orang dendam kepadanya. Ada yang menyesalkan kematiannya, tapi ada juga yang menanggapinya dengan gelengan biasa, termasuk diantaranya penghuni rumah Pepperwhite.

"Well, sudah kuduga. Sejak awal aku mengenal mereka, sudah ada firasat yang mengatakan bahwa pasangan Faye memang tidak beruntung," celetuk Catherine sambil menyiangi rumput bandel di sela-sela petak sayuran.

"Hus, Cathy! Jangan bicara begitu. Mereka hanya kebetulan saja mendapat suatu musibah," tukas Gwyneth yang baru selesai menyapu halaman. "Lagipula, kenapa orang-orang desa suka membesar-besarkan masalah? Soal kutukan—atau apapun itu—yang diterima suami-istri Faye—sungguh tidak pantas!"

"Aye, begitulah. Oh, aku akan mengecek supnya," kata Catherine. Tapi bari setengah jalan, ia berhenti dan menoleh dengan skeptis. "Sudahkah Nona Muda Pepperwhite bangun?"

"Aku tidak tahu, mungkin sudah," jawab Gwyneth tak peduli. "Kuharap dia tidak coba-coba ikut campur juga dalam masalah ini. Setiap kali ada kejadian yang menarik perhatian, Rosie selalu ingin tahu, persis ibunya. Omong-omong, kau pernah mendengar dongeng tentang Jack si Pembunuh?"

"Oh, Gwyn, dongeng itu kan hanya modal orang tua menakut-nakuti anak saja!" cetus Catherine. "Memangnya ada kaitan apa antara dongeng itu dengan musibah suami-istri Faye?"

"Well, hanya menimbang-nimbang," kata Gwyneth santai. "Siapa tahu memang Jack si Pembunuh itu pelakunya!"

Sementara itu, Rosie Pepperwhite—yang sedari pagi buta memang sudah bangun—tengah menyelinap diantara kerumunan orang yang berdatangan ke rumah pasangan Faye. Bayangan melihat keadaan kedua jenazah itu saja sudah membuat Rosie mual, tapi tidak menyurutkan niatnya untuk menyelidiki. Hubungan peristiwa kemarin sore dengan pembunuhan ini memang sangat erat, terutama mengenai bahaya yang diperingatkan laki-laki asing itu kepada suami-istri Faye.

Tak tahan berlama-lama diantara kerumunan, Rosie bergegas pulang. Sambil menyiram tanaman, ia membiarkan otaknya berputar kencang.

Satu hal yang masih membuat Rosie penasaran, kapankah pembunuhan itu dilakukan? Jika lewat tengah malam, mestinya saat itu lentera-lentera sudah dimatikan, karena Rosie ingat tidak bisa melihat apa-apa melewati jendela kamarnya. Dan mengapa dia tidak mendengar keributan di rumah itu? Padahal jika adanya pembunuhan, keributan pasti sudah terjadi sebelum dimulai, kecuali pasangan itu dibunuh saat tertidur pulas.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now