Teka-teki

7 0 0
                                    


Kalian pasti bertanya-tanya, bagaimana kelanjutan kisah Edward, sepupu William yang tinggal di Wye Dungeon? Apa saja yang terjadi padanya selagi William berpetualang bersama para pemburu dan akhirnya bertemu Rosie di Raventyr? Tenanglah. Kita akan sedikit menghitung mundur.

Wye Dungeon sebetulnya tempat membosankan bagi remaja seperti Edward yang suka mencari-cari masalah. Dimulai pada hari Senin pagi. Edward terbangun dengan kalap. Rupanya dia menghabiskan waktu semalaman di perpustakaan sampai tertidur pulas. Edward menguap lebar-lebar dan melemaskan tubuhnya. Ya ampun, dia membatin. Aku lupa, hari ini kan hari terakhirku berlatih bersama Gawain. Sebentar lagi aku sudah harus maju turnamen.

"Uaaah, turnamen!" dia kembali menguap.

Edward buru-buru keluar dari perputakaan dan menuju ke aula utama. Di tengah jalan dia bertemu pelayan kamar yang membawa baki berisi roti panggang, puding, sosis, dan segelas susu.

"Yang Mulia!" seru si pelayan. "Saya pikir Anda menghilang! Seluruh kastil khawatir sekali!"

"Aku tertidur di perpustakaan," ujar Edward, menguap lagi. Dia menyambar roti panggang dan susu dari baki. "Di mana Gawain? Aku harus bertemu dengannya."

"Lord Gawain sedang sibuk, Tuan," jawab si pelayan. "Beliau tidak bisa diganggu."

"Asal kau tahu saja, hari ini adalah latihan terakhirku bersama dia, karena besok dia harus mengurusi turnamen," kata Edward sambil mengunyah. "Pamanku membuat kesalahan besar. Menjadikan guruku sebagai wakil perdana menteri bukanlah ide yang bagus. Aku akan menemuinya sendiri kalau begitu."

"Ap—jangan!" si pelayan mencegah, tetapi sudah terlambat. Edward berjalan menaiki tangga, menuju ruang kerja Gawain. Si pelayan benar. Gawain tidak ada di sana. Edward mengeluh.

Sebab Edward ketiduran di perpustakaan adalah rasa ingin tahunya yang besar dan ingin segera memecahkan teka-teki surat Raja Vincent kepada Gawain. Dia membuka-buka buku dan naskah kuno, mencari istilah yang tepat untuk mengartikan surat sang raja. Tetapi sayang, semua kata yang dicobanya ternyata tidak masuk akal. Edward akhirnya jatuh tertidur karena kelelahan. Saat terbangun, dia bahkan masih merasa pusing karena tidak berhasil memecahkan teka-teki itu. Satu-satunya kalimat yang menurutnya sulit diterjemahkan adalah kalimat yang mengandung frase kupu-kupu api. Edward merasa dongkol. Harusnya dia bisa menanyakan tentang frase kepada William, yang memang pintar di bidang sastra, tapi sepupunya itu malah menghilang. Seluruh kastil geger sewaktu menyadari kepergiannya yang mendadak. Prajurit dikerahkan. Pengawal berpatroli siang-malam, berjaga-jaga kalau sampai kejadian yang sama terulang lagi. Tetapi sampai saat ini, belum ada kabar yang menyebutkan bahwa William terlihat, atau ditemukan dalam keadaan sebagaimana mestinya.

Sambil menatap tumpukan perkamen di meja Gawain, Edward tak bisa berhenti berpikir. Mungkinkah kepergian William ada sangkut-pautnya dengan menghilangnya putri kerajaan tetangga itu? Anehnya, meskipun demikian, Edward sama sekali tidak mengkhawatirkan sepupunya. Dia tahu sepupunya pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Yang perlu dia khawatirkan adalah ibunya, Lady Cassandra, yang terus menerus mengurung diri di dalam kamar. Tidak mau makan dan minum selama berhari-hari. Para pelayan sudah capek bolak-balik untuk menanyakan apakah beliau mau makan atau tidak. Lady Cassandra tetap menolak.

Ibu Edward dulunya wanita ceria dan lemah lembut yang dicintai rakyatnya. Namun sejak hari pertama penahanan Raja Eorland, beliau menjadi suka uring-uringan. Lama kelamaan beliau tidak mau lagi keluar kamar. Para pengurus kastil merasa cemas kalau-kalau kejadian ini berhubungan dengan hipotesis kuno: diguna-guna penyihir jahat.

Edward sendiri tidak percaya bahwa penyihir itu ada. Yang dia yakini, orang-orang jahat seperti itu pasti memiliki kemampuan khusus, tapi bukan menyihir.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now