Pesta Besar di Wye Dungeon

11 0 0
                                    

"Kepalamu harus sedikit naik. Angkat dagumu—yak—begitu. Kau harus selalu menjaga agar tubuhmu tidak membungkuk saat berjalan. NAY! Harus membusung! Melambailah! Melambai! Meliuk seperti angsa yang anggun!"

Pelajaran seni-berjalan-ala-putri-kerajaan Profesor Knightley menghabiskan waktu sampai pukul satu siang. Rosie sendiri bosan disuruh mengulang-ulang cara tersenyum dan menyapa para hadirin di pesta. Pinggangnya encok dan punggungnya terasa pegal. Yang terburuk adalah Knightley memaksa Rosie mengenakan sepasang clog yang buatannya kasar. Ujung tumit Rosie harus diperban karena lecet. Profesor yang temperamental itu bahkan tidak peduli. Ia berkali-kali menyuruh Rosie mengulang sampai Rosie bisa mempraktekkan cara berjalan dengan benar. Knightley menilai cara berjalan dan perilaku Rosie sama sekali tidak 'keputrian.' Dan baginya, hal itu bakal mencemarkan nama Wye Morton.

"Jangan mengecap kalau makan!"

"Jangan tertawa terlalu keras!"

"Jangan pasang muka bloon begitu kalau masuk ruang dansa!"

"Tamu yang baik tidak mengomentari tamu yang lain!"

"Harus selalu berjalan tegak!"

"Menari yang halus—seperti angsa yang anggun!"

"INGAT ITU! INGAT ITU BAIK-BAIK!"

Setelah waktu makan siang berlalu, Knightley menyuruhnya istirahat. Pukul tiga mereka kembali belajar. Rosie merebahkan diri di lantai altar. "Aaaargh, dasar Banshee tua ompong!" teriaknya sekeras mungkin. "Kalau sekali lagi kau menyuruhku berjalan seperti anjing laut—!"

Rosie menyentakkan clog—sepatu kayunya—sejauh mungkin. Salah satunya menghantam vas porselen biru berisi bunga-bunga imitasi. Vas itu terguling pecah. Rosie menarik napas dalam-dalam. Dia berpikir, apakah sebelumnya Camelia juga merasakan hal ini? Sepertinya tidak. Camelia lahir di lingkungan kastil yang ketat. Sudah pasti dia anggun dan gemulai secara alami. Banshee versus Catherine—hasilnya pasti seri!

"Baiklah, Pepperwhite," kata Rosie pada dirinya sendiri dengan muram. "Apapun hasilnya, manfaatkan waktu empat hari untuk memaksimalkan penyamaranmu hingga ke titik darah penghabisan!"

Dua hari setelahnya, Rosie sudah menampakkan perubahan yang cukup signifikan. Knightley telah menaikkan level latihan dansanya dengan mengundang seorang minstrel yang bermain mandolin. Meskipun masih ragu-ragu berdansa dengan musik, Rosie berusaha sekuat tenaga. Hasilnya, pada hari keempat, dia sudah menguasai lima rangkaian gerakan dansa. Kakinya yang lecet berangsur-angsur pulih. Bahkan, Rosie dengan percaya diri mengajak si minstrel menari bersamanya. Knightley menyaksikan keberhasilannya mendidik Camelia-yang-sebenarnya-Rosie dengan senyum terkembang. Aneh memang melihat wanita segalak Knightley bisa tersenyum. Menurut Rosie, Knightley terlihat jauh lebih cantik kalau mukanya cemberut. Tidak jelas apakah Rosie bergurau atau tidak.

Pada malam hari yang sudah ditentukan, pasukan Wye Morton sudah siap di depan gerbang kastil dengan carriage yang ditarik enam ekor kuda seputih salju. Raja Herbert mengenakan jubah hitam yang menutupi sebagian rompi bersulam emasnya. Rambutnya yang beruban disisir rapi. Di pinggangnya berkilau pedang yang pangkalnya berbentuk kepala naga emas. Dia tidak ikut naik carriage, melainkan berkuda bersama para pengawal di depan. Lord Swamprose tetap di kastil. Dia ditinggali tugas menjaga Wye Morton selama sang raja pergi.

Rosie memilih gaun berwarna emas yang berkelap-kelip dan menyanggul rambutnya tinggi-tinggi. Di lehernya masih tergantung kalung palsu Camelia dan kunci perak almanak. Untuk berjaga-jaga, Rosie menyelipkan belati di dalam sabuknya. Beruntung belati itu cukup kecil sehingga mudah disembunyikan. Maybelline ikut membantu merias Rosie. Kepulangannya dari rumah sang nenek membuatnya tampak kurang sehat. Tapi Rosie lega dia menampakkan sikap menyenangkan selama mereka mengobrol, dan tidak sekalipun diantara mereka menyangkutpautkan soal Kunci Merah dan Sihir Hitam. Rosie telah meminta Rowlish mengunci benda keramat itu di dalam peti yang diberi mantra gembok. Yang jadi masalah, Rowlish belum juga tampak batang hidungnya sampai detik-detik keberangkatan. Puddlepot masih enggan berurusan dengan pesta, tapi setelah Rosie meyakinkannya bahwa hewan tidak diperbolehkan masuk kastil, dia bisa mengelus dada dengan lega. Rosie berjanji akan membawakan hidangan pesta kepadanya. Puddlepot meloncat ke dalam carriage setelah Rosie melemparkan tas kulit berisi almanak ke bawah tempat duduk. Buster—yang sudah tidak jadi balon anjing—rupanya tidak suka Puddlepot diizinkan ikut pesta sementara dirinya tidak. Raja menyuruhnya tetap di kastil bersama Swamprose sebagai anjing pengawas.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now