Minat rakyat Moontrose, terutama yang bermukim di Capital dan Dungeontown, untuk menyaksikan Quadron sangat besar. Pada hari Rabu, mereka berduyun-duyun datang memenuhi Lapangan Dungeontown. Berbulan-bulan sebelumnya, sebuah konstruksi maze didirikan di lapangan mahaluas itu, sehingga rakyat dilarang mendekat. Rasa penasaran mereka akhirnya terpuaskan juga.
Menjelang pukul tiga sore, lapangan itu sudah dipenuhi orang-orang berpakaian indah-indah. Banyak diantara mereka dari golongan bangsawan. Kuda-kuda mereka dihiasi pita-pita dan mereka membawa panji-panji yang mewakili daerah asal mereka. Orang-orang yang datang dari Swamphill mengenakan jubah serba kuning dan membawa panji-panji bergambar bulrush, sejenis rumput air. Helm mereka digosok hingga mengkilat. Sebaliknya orang-orang yang datang dari Giggs, tetangga Summerwater, datang dengan pakaian seadanya. Mereka kebanyakan berprofesi sebagai tukang kayu, sehingga tidak punya cincin batu akik maupun zirah berkilauan. Bagi mereka, datang membawa kapak merupakan kebanggaan tersendiri, sama halnya dengan menyandang panji-panji bergambar kapak di bahu mereka. Jauh-jauh dari Meridian, datang orang-orang berpakaian hijau. West Meridian dan East Meridian dibedakan oleh warna bulu yang mereka gunakan sebagai hiasan kepala. Bangsawan West Meridian menggunakan bulu berwarna merah, sedangkan bangsawan dari negeri tetangga mereka menggunakan bulu berwarna biru. Para pejabat dari Home lain lagi. Rambut mereka diwarnai menggunakan cat khusus berwarna perak yang menggambarkan tingginya derajat mereka. Jubah dan mantel bulu mereka juga berwarna perak. Mereka membawa panji-panji bergambar Phoenix, hewan mistis yang menakjubkan itu.
Tribun-tribun penonton telah didesain sedemikian rupa sehingga mirip dengan amphiteatre, hanya saja bagian atasnya bergerigi seperti mahkota. Sorak-sorai bergemuruh, padahal pertandingan pertama belum dimulai. Tak jauh dari situ, di tenda khusus, para peserta berkumpul. Quintius Rose juga mewarnai rambutnya dengan cat perak. Lambang Phoenix merah delima tergambar di bagian depan zirah dan tamengnya. Gerak-geriknya tidak menunjukkan tanda-tanda demam panggung. Hamish MacDouvall dan Gerald MacLeod tetap diam seribu bahasa. Mereka hanya bicara dengan pendamping mereka saja. Dua peserta dari Meridian saling menggerutu tentang kebijakan turnamen yang tidak mengizinkan mereka pergi ke mana-mana sepanjang waktu. Namun tiap-tiap peserta sudah diberitahu oleh pendamping masing-masing tentang jalannya pertandingan pertama saat makan siang hari Selasa. Edward sudah siap dengan busur dan anak panahnya. Dia juga membawa pisau di dalam ikat pinggangnya untuk berjaga-jaga.
Lord Hammerwich masuk ke tenda diikuti Gawain. Para peserta mengitarinya dengan sikap khidmat.
"Pertandingan pertama adalah melewati labirin," jelas Lord Hammerwich. "Kalian sudah bawa senjata masing-masing? Bagus. Kalian tidak akan dapat kesempatan dua kali dalam pertandingan ini. Kalian diminta menemukan sebutir permata warna-warni yang terdapat di suatu tempat di dalam labirin. Kalian juga akan menghadapi tantangan-tantangan tersendiri dalam labirin demi mendapatkan permata itu. Barang siapa yang berhasil menyelesaikan tantangan terlebih dahulu dengan membawa permata, dialah yang akan menjadi pemenangnya. Nah, kalian sudah sarapan, bukan? Silakan pergi ke lapangan dan ambil posisi masing-masing."
Wembley menoleh pada anak didiknya, Quintius, sambil menyeringai. Lorries dan ayahnya mengobrol dengan bahasa Lumbermill yang sukar dipahami menanggapi penjelasan Hammerwich. Dua peserta Meridian mulai bertengkar lagi. Edward memetik tali busurnya dengan mulut terkatup rapat. Tahu-tahu Gawain sudah berada di sampingnya.
"Kau pasti bisa melakukannya," kata Gawain padanya. "Trik melewati labirin adalah pikiran dan hati yang tenang. Jika kau berhasil mengalahkan sifat egoisme dan kebingungan, kau pasti bisa keluar sebagai pemenang."
"Well, aku hanya perlu sesuatu untuk dibawa dan sesuatu untuk ditembak," kata Edward sambil mendengus. "Omong-omong, apa sih yang menjadi tantangan dalam labirin itu? Singa? Beruang?"
YOU ARE READING
MAHKOTA BERDURI
FantasyRahasia apakah yang akan disingkap seorang ksatria dan seorang pemuda desa tentang dunia sihir yang penuh marabahaya? Dan benarkah bahaya itu juga mengancam hingga ke kaki singgasana Sang Raja? Dan mampukah seorang gadis remaja menghadapi bahaya it...