Buah dan Motivasi

5 0 0
                                    

Sebatang pohon willow di pinggir Sungai Pyre-Lenin mengangguk-anggukkan dahannya beriringan dengan tiupan angin. Daunnya telah rontok semua. Tidak ada lagi binatang yang terlihat memanjat-manjat diantara ranting berwarna cokelat. Semakin waktu mendekati Halloween, semakin sunyi pula keadaan hutan itu. Para penduduk Moontrose juga sudah bersiap-siap. Labu-labu di ladang sudah menguning keemasan. Memanggil-manggil petani untuk segera memetiknya—atau lebih tepatnya menggelindingkan labu-labu itu ke rumah masing-masing.

Di Wye Dungeon, keadaan jauh lebih suram daripada sebelumnya. Meskipun penduduk Southernshore awalnya bisa ditenangkan, mereka tetap saja berdemo. Malah, mereka juga didukung oleh Home, Lumbermill, dan Meridian. Keributan itu terus berlangsung hari demi hari, sehingga Gawain merasa pening menanganinya. Sementara, Lord Hammerwich berusaha berunding dengan panitia Quadron, lalu diputuskanlah bahwa pertandingan terakhir berupa duel pedang. Informasi ini cepat sekali ditanggapi rakyat Moontrose dan Highlands begitu menyebar. Malah, ada kelompok pemusik jalanan dari Highlands yang bertaruh bahwa Hamish yang bakal menghabisi nyawa Edward terlebih dahulu.

Edward menghabiskan waktunya dengan latihan pedang di halaman kastil. Gawain yang menjadi lawannya. Beberapa kali dia mencoba menyabet lengan Gawain, tapi selalu saja tebasan pedangnya dapat dielakkan. Gawain mengajari sambil mengoceh tentang pentingnya menyabet kaki lawan serta melindungi kaki sendiri. Kadang-kadang hal itu membantu, tapi menurut Edward dia jadi lebih sukar berkonsentrasi kalau Gawain mengomentari gerakannya. Setelah tiga kali mencoba dan gagal, Edward menyerah.

"Bagaimana kau bisa menyerah saat pertandingan nanti?" kata Gawain. "Hamish MacDouvall adalah lawan yang tangguh. Dia juga lebih berpengalaman darimu. Yang bisa kaulakukan cuma mengimbangi serangannya, tapi kalau kau saja tidak mengimbangi seranganku, itu sama saja dengan mengalah pada lawan."

"Sori, Gawain," kata Edward. "Tapi, bisakah kau berhenti berkomentar saat aku bergerak beberapa senti ke depan? Itu membuatku grogi, tahu!"

"Well," Gawain menyarungkan kembali pedangnya. "Masih ada sisa empat hari sebelum kau maju ke final. Paling tidak kau bias mempersiapkan mental, tapi kau harus tetap bisa mengimbangi MacDouvall."

Mereka kembali ke kastil pada jam makan siang. Lady Cassandra, ibu Edward, sedang berada di dapur berdiskusi dengan para pelayan dan Eleanor si juru masak tentang pesta Halloween yang semakin dekat. Tampak sekali suasana kastil sibuk. Rencananya, para Duke dari tujuh kerajaan yang mengikuti Quadron beserta keluarganya akan diundang pada pesta yang meriah itu. Dekorasi-dekorasi ruangan dipasang. Aula besar disulap menjadi ruang makan raksasa dengan meja-meja panjang. Dari balkon, terlihat panji-panji khusus berwarna ungu gelap yang digambari Jack si Kepala Labu menggantung.

Sementara Hamish lama tidak keluar kamarnya. Setiap kali tukang kebun datang membersihkan halaman, selalu ada laporan bahwa Hamish tidak kelihatan di manapun. Edward juga tidak mau repot-repot mencarinya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar kastil. Edward menyamar menjadi seorang bocah miskin suatu kali dan pergi ke sebuah kedai di Dungeontown. Seorang anak rupanya mengenalinya. Spontan orang-orang di sekitar Edward berebut ingin menjabat tangannya. Yang tidak dapat kesempatan jabat tangan mendoakannya supaya di final nanti dia bisa menghabisi Hamish. Sementara pria-pria Dungeontown meneriakkan nama Edward ke langit berkali-kali. Butuh waktu agak lama sebelum Edward bisa melepaskan diri dari fans-fans dadakan itu dan kembali ke kastil dengan selamat.

Lord Nicholas langsung mengamuk begitu tahu kemunculan Edward di Dungeontown memicu bentrok antara penduduk Moontrose dengan penduduk Highlands di Warhill. Untung saja bentrok itu berhasil dipadamkan oleh aparat setempat. Sebagai hukumannya, Edward hanya boleh keluar dari kastil apabila pengawal mengizinkannya. Yang konyol dari kisah ini adalah Edward tidak semudah itu patuh. Persahabatannya dengan Fergus selalu membuatnya lolos dari pengawasan ayahnya. Yah, meskipun tidak sering-sering.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now