Montgomery meringkuk di tempat tidurnya lama sekali. Yang bisa dia dengar hanya suara binatang kecil dan serangga terbang yang melintas. Bunyi-bunyi lainnya hampir tak ada. Saat itu dia memperkirakan sudah masuk waktu dini hari. Tiba-tiba ia terkejut. Ada dengkuran rendah dari bawah kasurnya. Gideon tidur sambil mendengkur di kasur bawah. Ada alasan tertentu mengapa dia pindah ke kamar berkasur tingkat itu, salah satunya karena dia ingin mengamati.
Ada legenda yang mengatakan, bahwa setiap penyihir, saat tidur akan membuka identitas aslinya. Maka setelah terang-terangan Gideon menyatakan bahwa ayahnya seorang penyihir, Montgomery jadi berpikir dua kali, apa yang sebenarnya akan Gideon perbuat terhadap dirinya? Apakah dia akan dibunuh karena mengetahui rahasia kecil keluarga itu? Jadilah dia tetap membuka mata dan telinganya sepanjang malam, tak bisa tidur barang sebentar. Untungnya, selama ia terjaga, Gideon tidak menampakkan tanda-tanda apapun.
Tiba-tiba sang ksatria merasa haus, tapi sialnya air hanya ada di dapur, dan letaknya cukup jauh dari kamar. Mau tak mau dia harus keluar kamar.
Montgomery tak ingin membangunkan Gideon, jadi dia berusaha sebisa mungkin tidak membuat suara ketika turun dari kasur bagian atas. Diam-diam, dia membuka pintu yang suaranya agak berdecit itu, kemudian leluasa berjalan melewati lorong.
Montgomery tidak lupa membawa pemantik khusus yang digunakannya dalam perjalanan untuk membuat obor, sebab rumah kecil itu gelap gulita di malam hari. Awalnya ia berpikir bahwa ia sendiri lupa jalan menuju dapur, namun setelah dipikir ulang, ia memang berada di jalan yang benar. Adanya perabot perak di dinding itulah petunjuknya menuju dapur. Montgomery berjalan dalam diam, sesekali celingukan memastikan tak ada seorangpun yang mengikutinya. Bahkan ia takut Marion si pengasuh juga akan terbangun. Namun ketika ia melongok ke kamar yang lain, si pengasuh itu juga tidur pulas di sana. Tak lama kemudian, ia menemukan pintu yang ia yakini menuju dapur. Ia membukanya perlahan-lahan, dan seketika terperanjat.
Pintu itu membawanya ke sebuah ruangan asing. Dia tahu dia salah masuk ruang, tapi hal itu bukan alasan kuat untuk menyuruhnya mundur. Montgomery mengangkat obornya lebih tinggi, sampai sekelilingnya terlihat jelas. Ruangan itu hampir seluas dapur, hanya saja dengan lebih sedikit perabot. Dindingnya dipenuhi sarang laba-laba dan benda-benda menggantung aneh—bentuknya seperti alat membuat sepatu. Di tengah ruangan ada meja kecil dengan mesin berbentuk unik dengan roda di atasnya, yang menyambung pada belakang kursi. Montgomery mendekati meja itu, lalu mengenalinya sebagai mesin pemintal. Namun anehnya, jika mesin itu memang benar gunanya untuk memintal benang, mengapa ada potongan-potongan kulit di bawahnya? Sang ksatria mengenali kulit-kulit itu adalah bahan dasar membuat sepatu. Dia menatap kakinya sendiri—ternyata sepatu itu berasal dari bahan kulit yang sama. Dari semua fakta tersebut, sang ksatria menyadari inilah ruangan tempat ayah Gideon bekerja.
Ayah Gideon seorang penyihir, tapi mengapa ia tinggal di desa ini sebagai pengrajin sepatu?
"Master Gresham punya keinginan membangun hidup baru. Itulah kenapa dia tinggal di rumah ini dan menjalani pekerjaannya sekarang."
Sang ksatria tak perlu menoleh untuk memastikan siapa yang bicara padanya. Si pengasuh Marion-lah orangnya. Wanita itu begitu mengantuk, sehingga matanya yang kecil nyaris tertutup seutuhnya. Tapi suaranya yang tegas, meyakinkan bahwa ia juga mengalami malam yang sulit—seperti sang ksatria sendiri.
"Kau—kau bisa membaca pikiranku?" Montgomery bertanya, pasrah tertangkap basah.
"Tidak," sahut Marion. "Gestur tubuhmu yang menunjukkan bahwa kau terus dihantui rasa penasaran—yah, sebenarnya sudah tampak jelas sekali sejak kau siuman waktu itu."
"Well, baguslah," kata Montgomery. "Kau tadi mengatakan bahwa ayah Gideon ingin meloloskan diri. Boleh tahu dari siapa?"
Marion menggeleng. "Dia beberapa kali menyebut-nyebut tentang serangan. Tapi hari-hari terus berganti menjadi bulan, dan bulan-bulan menjadi tahun, sementara serangan yang dimaksudkan oleh Master Gresham tak juga datang—hingga kemarin sore..." Marion terisak. "Oh, Tuan Ksatria... aku minta maaf kalau kami... kalau aku..."
YOU ARE READING
MAHKOTA BERDURI
FantasiRahasia apakah yang akan disingkap seorang ksatria dan seorang pemuda desa tentang dunia sihir yang penuh marabahaya? Dan benarkah bahaya itu juga mengancam hingga ke kaki singgasana Sang Raja? Dan mampukah seorang gadis remaja menghadapi bahaya it...