3

597 35 14
                                        

Masya menatap pantulan dirinya di cermin. Berkali-kali dia mematut penampilannya, dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak terlewatkan. Juga make up natural ala Korea yang terpoles di wajahnya.

Seringai tersungging di sudut bibirnya. Kulitnya yang seputih susu begitu kontras dengan tuksedo hitam yang terbalut rapi di tubuhnya lengkap dengan kemeja berwarna putih. Rambut hitamnya tergerai hampir menutupi punggung.

Setelah beberapa saat Masya tersenyum pahit. 26 tahun usianya, memasuki senja masa remajanya. Waktu tidak pernah memberi jeda kepada kehidupan. Berlalu begitu cepat. Begitupun Masya, waktu membuatnya tumbuh menjadi wanita dewasa, rasanya baru kemarin dia memakai seragam putih abu-abu dan sekarang tiba-tiba dia sudah melewati usia 25.

Masya menghela nafas panjang dan berat.

Setelah beberapa saat Masya meraih tas laptop di atas tempat tidur lalu melenggang pergi keluar kamar.

"Neng makan dulu..!!" Seru mbak win dari meja makan saat melihat Masya menuruni tangga.

"Iya-iya mbak nih asya makan sekarang" timpal Masya sambil mendudukkan pantatnya di kursi.

Dengan lahap dia memakan nasi dan rendang.

"Masakan mbak memang paling best deh" puji Masya.

Mbak win tersenyum lebar. Mendengar pujian dari anak majikannya itu.

"Iya dong.. siapa dulu gitu" seloroh mbak win penuh percaya diri.

"Udah ah.. asya mau kerja dulu dadahhh mbak.."

Masya bangkit meraih tas laptop di kursi, berlalu menuju pintu. Di depan rumah mang Iwan sudah menunggu dengan mobil.

Masya melihat jam di pergelangan tangannya saat mobil memasuki parkiran kantor. Baru 7.15 masih terlalu pagi. Sepertinya dia terlalu antusias untuk hari pertamanya bekerja.

Masya memandang gedung tinggi menjulang di hadapannya. Gedung berwarna biru yang semuanya tertutupi kaca. Kantor barunya. Sebelumnya Masya berkerja di kantor pusat di new york namun setelah lulus kuliah dia di percaya untuk memegang jabatan manager di kantor cabang yang berada di Indonesia. Meraih posisi ini bukan hal yang mudah, apalagi sambil kuliah. Masya bekerja amat keras dari pagi sampai petang lalu belajar dari petang sampai malam. Seringkali dia hanya tidur tiga atau empat jam sehari. Seringkali dia tidur di meja kerjanya dengan laptop masih menyala. Apalagi saat memasuki semester akhir lebih tepatnya saat dia membuat skripsi. Dia bekerja bagaikan robot.

Si manusia mesin.
Julukan dari beberapa temannya. Masya sering kali hanya tersenyum saat ada yang mengatai-nya seperti itu.

Sebenarnya itu bukan tanpa alasan. Masya hanya merasa lebih baik ketika dia melakukan kegiatan. Setidaknya bayangan Clara tidak akan terlalu sering menyapa di saat dia sibuk. Meskipun di beberapa keadaan Masya tidak bisa mengelak saat kerinduan itu hadir menyapa. Di malam-malam gelap dan sepi Masya sering menangis sendiri saat Dia terlalu lelah dengan kehidupan. Sendirian dan kesepian. Namun hampir satu tahun ini ada seorang gadis yang mengisi harinya setidaknya bersama gadis itu dia tidak terlalu kesepian. Gadis cantik nan manis yang ceria. Yang berasal dari negara tirai bambu, China.

Masya mengenal Kiki saat menghadiri pesta ulang tahun mike. Salah satu teman satu angkatnya.

Jika bukan di paksa Mike dan Joana, Masya tidak akan datang ke pesta itu. Dia bukan seorang yang menyukai keramaian. Kepalanya akan langsung pusing dan sakit kepala ketika dia berada di antara orang-orang yang berdesak-desakan.

"Si introver sejati" ejek Joana. Yang hanya di balas seringai-an oleh Masya.

Dia hanya terduduk di sudut club saat Joana dan Mike turun ke dance floor menyatu dengan kerumunan orang-orang yang sedang menari mengikuti alunan musik yang di mainkan oleh sang DJ.

Aku, kamu dan logika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang