Sebagai orang introver, melihat keramaian akan menguras seluruh energinya. Namun kali ini, ia membawa baterai untuk jiwanya sendiri. Ali Nando hadir sebagai baterai panel suryanya yang mampu membuatnya tetap bersinar terang. Mereka berdua menikmati lagu-lagu lawas dengan penuh sukacita. Tanpa sadar, Ali Nando menggenggam tangan Vanka dengan lembut. Tatapannya malu-malu menatap Vanka. Entah mengapa semuanya menjadi canggung di mata Vanka. Ia refleks melepaskan genggaman Ali Nando. Ia belum siap untuk segalanya yang serba mendadak. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.
Vanka mulai terlihat lelah. Namun, Ali Nando bersedia menyudahi acara musik itu demi Vanka. Ali Nando mengajak Vanka untuk pulang. Di saat mereka berjalan menuju parkiran, tidak sengaja Ali Nando menabrak bahu seseorang wanita. "Maaf, Mbak."
Wanita itu memutar badannya. "Kak, Vanka?" ucap Emily. Ia menatap Ali Nando dengan semangat. Kedua alisnya naik turun. "Sama siapa, Kak?" tanyanya penasaran.
"Pa―" suara Ali Nando yang langsung diputus oleh Vanka. "Ali Nando. Teman sekolah pas SMP."
Ali Nando mengangguk kecewa. Raut wajahnya menjadi berubah muram.
Emily terlihat celingak-celinguk di area parkiran. Entah mencari siapa. Sampai pada mobil SUV hitam mengkilap terparkir di seberangnya. Hatinya mulai tenang. Emily melambaikan tangannya tinggi, menandakan dirinya sedang menunggu orang itu. Orang itu keluar dari mobilnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya sendiri. Ia datang bersama anak laki-laki bertubuh jangkung, rambut keriting, dan kulit kecokelatan. Jari Ali Nando tampak menunjuk Bastian. "Bukannya itu Bastian?"
"Kakak kenal sama Bastian?" tanya Emily kepada Ali Nando heran.
Ali Nando mengangguk. "Iya. Kami pernah bertemu di Blok M Square dan GOR."
Entah pertemuan ini layak disebut sebagai takdir yang direncakan atau sebuah pertanda yang seharusnya tidak boleh disatukan. Layaknya garis persegi dengan empat sisi sama panjangnya. Antara sisi cinta, ambisi, masa lalu, dan harapan. Seperti inilah cara mereka bertemu.
***
"Iya, aku sama Bima lagi di jalan. Sabar ya," ucap Bastian di dalam mobil. Setelah turnamen berakhir, ia langsung meluncur ke musik festival tempat Emily siaran.
Rencananya setelah acara musik festival berakhir, ia akan meminta putus dengan Emily. Ia sudah bertekad pada dirinya sendiri. Pokoknya hari ini harus berjalan sesuai dengan rencananya.
Ini menjadi kali pertama Bima bertemu dengan Emily. Selama ini ia hanya melihatnya di televisi saja. Bima terlihat antusias. Mereka akhirnya bertegur sapa. Namun, ada sesuatu yang membuat alisnya bertaut. Bastian mendapati seorang pria yang waktu itu ia pernah temui di Blok M Square. Dugaannya benar. Pria itu masih mengingatnya dengan jelas. Lantas apa hubungan pria ini dengan Vanka? Apakah kekasihnya? Bastian diam mengamati.
Emily terlihat baik di depan Bima. Namun, pikiran Bastian masih tidak fokus akan kejadian tadi. Ia berusaha mengulik lewat Emily. "Itu tadi siapa, Mil?" tanya Bastian.
Emily bersemangat menjawab. "Kak Ali Nando kalau nggak salah." Emily terkekeh. "Tadi kayaknya dia mau bilang pacarnya Kak Vanka, deh. Tapi, sama Kak Vanka langsung disanggah gitu jadi teman SMP." Emily berjalan lurus. "Aku tebak, sih, bentar lagi mereka pacaran." Lalu menatap Bastian. "Kamu ngapain ke Blok M Square?"
Kini giliran Bastian yang bingung menjawabnya. Ia tergagap dan garuk-garuk kepala. "Aku lagi cari buku bekas. Buku taekwondo." Bastian terpaksa berbohong agar tak ketahuan.
"Oh," respons Emily singkat. Ia mendapatkan waktu istirahat selama setengah jam sebelum naik ke atas panggung. Emily menikmati waktu istirahatnya bersama Bima dan Bastian menonton pertunjukan Andra and The BackBone.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello You Apps! [COMPLETED]
RomanceTivanka adalah seorang penulis novel fiksi yang sangat terkenal. Pada buku kesepuluhnya, ia menuliskan sebuah cerita romansa yang menceritakan tentang 'cinta monyetnya' semasa sekolah yaitu Ali. Tivanka secara eksplisit memasukkan nama Ali ke dalam...