Sore menunjukkan pukul 16.25, baru kali ini Malya pulang sekolah sesore ini.
"Assalamualaikum, Mah Lya pulang."
"Waalaikumsalam, tumben pulangnya agak telat Nak?" dibarengi dengan Malya salim.
"Iya maaf ya Mah, Lya main dulu sama Bagas," ucap Malya menyengir.
"Oalah, sama Kinan juga mainnya?"
Malya menggeleng. "Kinan nggak masuk sekolah, katanya dia lagi sakit Mah."
"Dia sakit apa?" tanya Mama cemas.
"Kinan bilang si demam biasa, nanti juga sembuh."
"Ya ampun, kalo dalam 2 hari dia nggak masuk sekolah, kamu jenguk Kinan ya," ucap Mama yang tangannya berada di pundak Malya.
Malya mengangguk Iya siap Mah, "Lya masuk ke kamar dulu ya," ucap Malya diberi anggukan dan senyum tipis Mama.
Malya pun beranjak ke kamar, lalu menaiki tangga, setibanya di kamar ia menggantungkan tas dibilik pintu dan beranjak ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian, setelah selesai mandi, ia berhias diri dan duduk di meja riasnya. Dihadapan cermin, ia pun menyisir rambut lebatnya dengan perlahan, tatapannya fokus pada dirinya dihadapan cermin. Sesaat ia tenggelam dalam lamunannya.
"Manis banget si kamu," gumam Malya. "Astaghfirullah, aku malah bayangin Bagas."
Malya melirik jam kecilnya yang menunjukkan pukul 16.55. Ia pun langsung beranjak dari kursi dan menuruni anak tangga. Terlihat Mama di sana sedang berada di ruang tamu.
Mama mendongak ke arah tangga. "Baru turun Nak."
"Maaf ya Mah hehe," ucap Malya menyengir yang dijawab oleh Mama satu deheman.
"Mama nonton apa? Kok serius amat." Malya pun duduk di samping Mama.
"Ini lho ada kecelakaan beruntun di Tol Wiyoto arah Cawang di Jakarta Timur," ucap Mama sembari menunjuk ke arah TV.
Malya terkejut. "Innalillahi, apa memakan korban Mah?"
"Syukurnya si nggak, cuman 2 orang dilarikan ke rumah sakit UKI."
Malya menghela nafas legah. "Alhamdulillah kalo gitu."
"Kamu harus hati-hati ya, Oya Bagas kalo bawa motor ngebut-ngebut nggak?"
"Bagas bawa motor si biasa, cuman tadi pagi kita hampir mau ditabrak Mah."
"Ya Allah Nak, tapi kamu nggak papa kan, ada yang luka nggak?" ucap Mama cemas.
"Nggak papa kok Mah, cuman Lya takut aja pas Bagas marah-marah sama yang mau nabrak kita, disitu fobia Lya hampir kumat."
Mama menghela napas. "Bagas harus dikasi tau, untuk dia nggak marah-marah di depan kamu."
Malya menggeleng. "Nggak perlu Mah, itu bukan salah Bagas kok."
"Emang bukan salah dia, tapi-- belum selesai Mama menyelesaikan perkataannya namun telah didahului oleh Malya. Bagas bilang dia nggak bermaksud marah-marah di depan Lya, dia cuman khawatir dan nggak mau Lya terjadi apa-apa Mah."
Mendengar ucapan Malya, seketika Mama langsung mendekapnya. "Semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja Nak."
Dalam dekapan Mama, Malya merasakan kehangatan, ia tenggelam dalam dekapannya. Seketika ia tersadar oleh sesuatu, lalu melepaskan dekapannya. "Mah, Lya siram tanaman dulu ya." Malya pun bergegas menuju ke teras dan disahut oleh Mama. "Ntar kalo udah selesai kita makan ya."
Malya yang telah berada di teras pun menjawab. "Iyaa Mah."
Di sana ia mengambil selang dibagian sisi kirinya lalu menyiram tanaman yang berada didekatnya. Hingga sampai ke ujung pojok kanannya, tanaman hias favoritnya yaitu gelombang cinta. "Haloo gelombang cinta, kamu mau dengarin cerita hari ini aku nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Raka Cakrawala || TERBIT
غموض / إثارة🗣️ attention! Bijak dalam membaca, dikarenakan karya ini sudah terbit✨ SPOILER "Bangun Lya." Malya menoleh. "Raka?" "Ada yang mau gue omongin." Malya mengernyit "Kamu mau jawab semua pertanyaan aku?" "Lo harus nikah sama gue," ucap Raka datar. Mal...