BAB 7 - Tanggapan Mama

16 9 0
                                    

Sepulang Malya di rumah pukul 16.45. Setiba di rumah Malya terheran, tak biasanya mendapati pintu rumah yang terbuka. Malya menghela nafas berusaha berpikir positif, mungkin Mama sehabis di teras.

Assalamualaikum Mah, Lya pulang.

Mama beranjak dari kursi. Waalaikumsalam, tumben baru pulang? Abis main lagi sama Bagas?

Malya menggeleng. Nggak kok Mah, cuman Lya disuruh liat Bagas tanding basket.

Ohh gimana? Bagas menang nggak? tanya Mama penasaran.

Malya mengendikkan bahu sembari menggeleng. Lya gatau, soalnya Lya nggak nonton sampai selesai Mah.

Ohh ya sudah, kamu salin gih.

Nomor Mama nggak aktif ya? tanya Malya terheran.

Batre Mama lowbat Nak, ucap Mama tersenyum simpul.

Malya mengangguk kecil. Hmm pantes aja, yaudah Lya ke atas dulu ya Mah, ucap Malya yang diberi anggukan dan senyum oleh Mama.

Seketika Malya berbalik badan ke arah Mama. Mah boleh nggak, Lya ke Mama abis Isya?

Iya gapapa Nak, kamu pasti lelah.

Sedikit si Mah, ucap Malya dibarengi cengiran.

Malya pun beranjak menuju ke kamarnya, lalu ia bersih-bersih. Setelah semuanya selesai, tiba pukul 18.00, ia bergegas mengambil wudhu, hendak menunaikan ibadah solat Maghrib dilanjut dengan tadarus sembari menunggu waktu Isya.

Tiba diwaktu Isya, ia menunaikan ibadah solat Isya, setelah selesai sekitar pukul 19.17. Malya pun beranjak ke bawah menemui Mamanya.

Mommmm.

Ayuk Nak, kita makan dulu, ucap Mama sembari menata makanan di meja.

Wahh, iya Lya laper banget nih, ucap Malya sumringah.

Mama udah masakin sayur bayam dan telur balado, ucap Mama antusias.

Alhamdulillah, Lya suka, makasih ya Mah. Malya tersenyum bahagia.

Mama mengangguk. Iya sayang.

Mama dan Malya pun tengah makan dengan lahapnya, seketika Malya teringat sesuatu yang hendak diceritakan ke Mamanya. Mama tau nggak, di kelas Lya ada anak baru lho.

Mama menatap serius Malya. Kok bisa Nak? Kan udah mau lulus.

Malya menggeleng. Gatau tuh asal usulnya, ditanya sama Pak Yoga kenapa dia pindah, katanya sih penasaran sama isi sekolahnya.

Terus-terus dia orangnya gimana Nak? ucap Mama sembari menikmati makanannya.

Dia nakal Mah, masa dia mau merokok di dalam kelas, celetuk Malya.

Mama mengernyit. Ya ampun, terus gimana Nak?

Lya tegur, kebetulan di situ ada Lya Mah.

Bagus, semoga didengar nasihat kamu ya Nak, untuk dia nggak merokok di dalam kelas lagi.

Malya mengangguk. Iya Mah, aamiin.

Diam sejenak, seketika Malya kembali bersuara. Dia juga baru dua hari masuk sekolah, masa datangnya udah telat.

Ya ampuun, ucap Mama sembari menggeleng kecil.

Mah masa dia-- ucap Malya yang dijeda dalam batinnya kalo aku cerita dia mukulin Bobi, ntar Mama pasti cemas.

Apa Nak? tanya Mama yang seketika berhenti dalam aktifitas makannya.

Masa, dia kurang sopan sama guru. Pas jam pelajaran selesai, Pak Yoga kan bilang, sekian dari saya kurangnya mohon maaf, dia malah nyahut, iya dimaafin Pak.

Ya Allah, ada-ada aja, Mama terkekeh.

Malya mengernyit. Mama kok malah ketawa si?

Lucu aja ceritanya, gimana orangnya cakep nggak? tanya Mama antusias.

Malya mengerucutkan bibir. Mama kok malah nanya itu si.

Mama menyengir. Bercanda, siapa namanya?

Raka Cakrawala.

Setelah mendengar namanya, membuat Mama refleks mengukir senyum tipis, Mama tengah menatap Malya, dalam batinnya pasti dia cakep, iya kan Lya.

Mah, ayuk lanjut makan lagi.

Mama mengangguk. Eh iya sayang, Mama sampe melamun dengar cerita kamu.

~~~~~

Di sisi lain Raka yang berada di sofa tengah membaca buku, ntah apa yang dibacanya, nampak tak terlalu begitu serius. Seketika ia mendapati Fadh yang baru saja pulang ke rumah.

Dari mana aja lo? tanya Raka santai.

Ehh Akar, sorry ya gue abis main sama t-temen, ucap Fadh sedikit gugup dan perlahan menghampiri Raka.

Di mana? tanya Raka yang masih membaca.

Di Bar, gumam Fadh.

Sejenak terdiam, lalu bersuara. Lo nggak dengerin apa kata gue, ketus Raka lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri Fadh. Gue minta-- belum sempat menyelesaikan perkataannya tiba-tiba saja Bugghhh. Fadh pun tersungkur, Tambahan pukulan setelah kekalahan barusan.

Ampuun, ampun Kar, gue kan basic doank sama basket, sahut Fadh yang tengah menutuh tangannya pada wajahnya dan tangan Raka hendak melayang kembali ke arahnya namun Fadh kembali bicara. Inget, gue adik kandung lo Kar.

Raka mendecih. Cuhhhh.

Fadh mengerutkan alis dalam batinnya gitu amat si lo sama gue.

Ikuti perintah gue kalo lo mau diaku! tegas Raka.

Fadh beranjak dari tersungkurnya sembari menatap Raka penuh. Dari dulu gue juga selalu ikuti apa kata lo, lo nya aja yang-- belum sempat Fadh melanjutkan perkataannya, Raka lebih dulu menyahut. Diem, jangan banyak komentar, ketus Raka lalu beranjak pergi.

Akar tungguu, gue cemburu kalo Kevin deket-deket sama Hesti, ucap Fadh sedikit teriak.

Raka melirik. Terus?

Fadh mengendikkan bahu. Ya dengan cara gue maen di Bar seenggaknya bisa ilangin stress gue.

Gue nggak perduli, fix seminggu sekali, atau mau sebulan sekali. Raka pun beranjak menaiki tangga yang dibuntuti oleh Fadh di belakang. Ehh jangan-jangan Kar, ucap Fadh ketakutan.

Kar, gue punya permintaan, rengek Fadh.

Raka menoleh, Apa?

Habisin Kevin, celetuk Fadh.

Mendengar perkataan Fadh yang konyol membuat Raka geram, lalu Raka menghampiri Fadh dan mencengkram kerah kemeja Fadh. Sebelum habisin Kevin, lo mau lebih dulu gue habisin? Hmm.

Fadh terdiam.

Udah nggak waras lo! Cuman karena cinta lo jadi bego gini! tegas Raka dengan tatapan sangarnya.

Fadh mengerjap dan meneguk ludah. Lo gatau apa yang gue rasain, lagipula lo nggak pernah jatuh cinta Kar, ucap Fadh gugup.

Raka semakin menguatkan cengkramannya, lalu menghampas kasar cengkraman tersebut pada kerah kemeja Fadh, hingga ia terdorong dan hampir tersungkur, jika saja Fadh tidak memegang gagang tangga.

Benci Raka Cakrawala || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang