Bab 11 - Penghianatan

6 3 0
                                    

Hesti dan Kinan tengah berada di Cafe Fatamorgana, kini keadaan Kinan tampak tak baik-baik saja.

Arrgggghhhh.

“Sabar, Kinan sayang.”

“Sampe kapan gue harus sabar Hes, kurang sabar apalagi coba gue! Lo bayangin gue udah lama suka sama Bagas, tapi kenapa tuh cewek yang Bagas suka.”

Kinan mengacak rambutnya, yang panjangnya sepundak, Hesti pun tengah merapihkan rambutnya.

“Gue pikir, dengan gue berteman sama Lya, gue bakal dapet hatinya Bagas. Tapi nyatanya nggak,” sambungnya kembali.

"Hati gue malah sakit ngeliat mereka bermesraan terus.”

“Jadi lo maunya gimana Kinan?”

“Setelah apa yang gue ceritain ke lo, lo malah nanya gue maunya apa! Gue mau hatinya Bagas!"

Hesti menghela nafas. “Oke oke sabar ya cantik ku, asal lo tahu Bagas itu nggak sebaik apa yang lo lihat.”

Kinan mengernyit. “Maksud lo?”

Hesti mengendikkan bahu. “Gue nggak yakin lo bakal tetep suka sama dia.”

Kinan mencondongkan wajahnya ke arah Hesti. “Apapun itu gue tetap cinta sama dia.”

Hesti menghela nafas, lalu meraih ponsel di sakunya.

“Lo mau hubungin siapa?”

“Si sayang gue.”

Beberapa saat kemudian, Kinan dikejuti dengan seseorang di sebrang sana yang tak lain adalah Kevin. Kinan pun terkejut hingga beranjak dari kursinya. “Lo ngapain panggil Kevin kesini?”

“Lo sibuk aja si sama Lya, sampe lo gatau kalo gue udah jadian sama Kevin.” Hesti melirik sinis.

“Sorry ya sayang, gue lama datangnya,” ucap Kevin bersungkam dengan Hesti lalu duduk.

Hesti menggeleng. “Ahk nggak kok sayang.”

“Duduk Kinan.” Kinan pun duduk kembali.
Kinan terheran, melihat Hesti dan Kevin jadian, memang terlihat pasangan serasi, namun Kinan tahu betul, Kevin bukan tipe cowok idaman Hesti. Jika dibandingkan dengan Fadh, Fadh jauh lebih tampan dari Kevin.

Kevin mengernyit. “Kinan lo kenapa sih natap kita begitu?”

Kinan menggeleng. “Ahh gapapa.” Kinan mendekat bibirnya ke telinga Hesti dan berbisik.

“Sampein apa yang lo mau sampein soal Bagas.”

“Iya-iya nggak sabar amat lo, Kevin juga baru sampai.”

“Ada apa emangnya sayang?” tanya Kevin penasaran.

“Lo mau nggak bantuin gue?” Hesti tersenyum sembari mengangkat sedikit alisnya.

“Apapun pasti gue lakuin buat lo Hes.” Hesti pun menginterupsi untuk Kevin mendekat,
seketika Hesti pun berbisik

Di sisi lain Bagas yang tengah berdiam diri dibagian sisi Gymnasium kota Jakarta, telah
beberapa jam ia berada di sana. Melihat suasana sore di Gymnasium, membuatnya ingin meluapkan sesak di dadanya.

"Lyaaaaaa!” teriak Bagas lalu ia mengacak rambutnya yang rapih. Arrrggghhhh.

Sore itu tak banyak yang berkunjung, namun ada beberapa pasang mata tengah
memperhatikan Bagas. Dirinya tampak lusuh dan berantakan.

“Lo kenapa si, jarang banget kasih kabar ke gue. Kalo gue nggak ngehubungi duluan, lo
nggak bakal ngehubungi gue.” Bagas menghela nafas kasar.

Seketika Bagas pun tenggelam dalam lamunannya, lalu sudut bibirnya angkat suara. “Lo harus jadi milik gue Lya,” gumamnya.

Benci Raka Cakrawala || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang