MTB 02

472 23 0
                                    

MTB 02

Gua Dava, gua seorang mahasiswa jurusan Teknik mesin, gua ambil jurusan teknik karena keinginan gua, selama ini gua nyaman, enjoy dan tenang dengan apa yang gua jalani sekarang, tetapi ketenangan gua berakhir pagi ini, kehidupan gua benar benar jadi tidak tenang karena kedatangan sosok manusia yang tidak jelas, sangat aktif, cerewet, tidak mau diam, bahkan selalu menganggu dan mengikuti gua kemanapun gua pergi, tetapi dengan adanya dia gua jadi sadar, kalau ketenangan itu bisa diusik kapan saja dan kesabaran itu harus kuat.
...

Disisi lain kini Dava baru saja selesai mandi karena dia baru selesai memperbaiki mobil ayahnya. Dava mendudukan badannya diatas kursi belajarnya kemudian dia membuka ponselnya, Dava mengerutkan keningnya ketika melihat pesan masuk dari nomor yang tidak dikenali, karena penasaran Dava membuka dan juga membalasnya, namun detik berikutnya Dava menyesal telah membuka dan membalas pesan tersebut, tetapi entah mengapa seperti ada dorongan didalam dirinya untuk menyimpan nomor tersebut.

"Lah ngapain gua simpan?." Tanya Dava kepada dirinya sendiri.

"Bodoamat lah, mending tidur." Ucap Dava yang tidak mau ambil pusing kemudian dia berjalan kearah ranjangnya dan mencoba untuk tidur.

Namun didetik berikutnya Dava kembali membuka matanya, dia menyamankan posisi tidurnya dengan menjadikan tangannya sebagai bantalan kepalanya.

"Tapi dilihat lihat dia memang benar si, dia manis." Gumam Dava seraya menatap langit langit kamarnya.

"Anjing, gua mikir apaan sih." Ucap Dava yang tersadar akan ucapannya barusan.

Dava kembali menyamankan posisi tidurnya kemudian mencoba tidur, karena besok pagi dia ada kelas pagi.

Bulan telah berganti menjadi matahari, Dava kini tengah bersiap siap untuk berangkat ke kampus, Dava berjalan ke dapur untuk membuat sarapan untuk dirinya. Ya, Dava tinggal sendirian di apartemen, kedua orang tua Dava adalah pebisnis yang sangat maju dan bisa dibilang keluarga Dava adalah keluarga konglomerat, tetapi kurangnya adalah Dava menjadi tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Setelah selesai sarapan Dava langsung bergegas berangkat ke kampus. Sekitar tidak hampir dua puluh menit Dava tiba di parkiran kampus, Dava turun dari dalam mobilnya dan dia berjalan menghampiri Dudung yang dia lihat tengah berada di parkiran juga tetapi di barisan motor karena Dudung memang memakai motor.

"Bangsat lu ya!." Kesal Dava seraya menepak kepala Dudung dari arah belakang.

"AW!." Teriak Dudung seraya memegang kepalanya kemudian dia membalikkan badannya.

"Apa apaan sih Dav, lu kira kepala gua samsak apa." Kesal Dudung.

"Maksud lu ngasih nomor gua ke orang apaan monyet!." Kesal Dava seraya kembali menepak kepala Dudung.

"Bisa gak sih, gak usah nepak kepala gua terus. Gini gini juga udah di Fitrah in sama bapak gua." Ucap Dudung seraya mengelus kepalanya.

"Ya lu ngasih nomor gua gak bilang dulu bangke."

"Lumayan bego, cakep banget gua lihat lihat tu anak."

"Cakep dari mananya kali, namanya aja gembel." Ketus Dava.

"Gabriel bego, gembel gembel, lu tuh yang gembel." Ucap Dudung membenarkan.

"Namanya kebagusan, sifatnya gak bagus sama sekali."

"DAVA GANTENG!." Teriak seseorang dari arah belakang mereka berdua.

"Bangsat, beneran nyamperin Dav!." Bisik Dudung.

Dava membalikkan badannya dan benar saja dia melihat Gabriel tengah melambaikan tangannya seraya berjalan mendekat kearah mereka berdua.

"Halo guys!." Sapa Gabriel semangat ketika telah sampai di hadapan Dava dan Dudung.

MY TECHNIC BOYFRIEND [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang