Sinar matahari pagi menusuk matanya yang sedang terpejam. Ia terbangun dan menyadari bahwa pintu kaca balkon terbuka lebar. Sasha bangun dari posisi tidur dan mengusap matanya yang masih mengantuk.
"Good morning, My princess."
Sasha terkejut mendengar suara Ted. Ia menoleh cepat ke arah suara itu berasal. Ted bersandar di daun pintu kaca itu sambil tersenyum ke arahnya. Pria itu tidak mengenakan baju, hanya celana boxer hitam dengan secangkir kopi di tangan kanan.
"Apa kita ... apakah ... maksudku ...."
Sasha gugup dan bingung. Ia tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi semalam. Ia menyadari kalau semalam ia cukup banyak minum, tetapi ia tidak ingat bagaimana ceritanya mereka bisa ada di kamar dan ... melihat tubuh Ted bertelanjang dada, begitu menggoda matanya di pagi hari.
"Tenang, Sasha. Kita tidak melakukan apa-apa," jawab Ted sambil berjalan ke arahnya. Wajah Sasha merona malu, lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang masih mengenakan pakaian tidur tipis.
"Kamu yakin?" tanya Sasha, memastikan semuanya.
"Aku bukan pria yang suka tidur dengan sembarang wanita," tegas Ted datar saat duduk di pinggir tempat tidur, tepat di hadapannya. Sasha mengembuskan napas lega.
"Syukurlah, karena aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam," ucap Sasha sambil menyisir rambut dengan jemari, "yang aku ingat hanyalah aku minum beberapa gelas wine."
"Sudahlah. Kamu tenang saja. Kita tidak melakukan apa-apa," jelas Ted santai sebelum menyeruput kopinya.
"Kamu terlalu lelah, bahkan tidak bisa melangkah dengan benar. Aku menggendongmu ke kamar. Dan, aku bisa memastikan bahwa kamu sendiri yang melepas pakaianmu sebelum aku menemukanmu tertidur di lantai kamar mandi," lanjut Ted mencoba menenangkan Sasha. Ted membelai lembut wajah Sasha lalu bergerak mendekat. Dengan cepat, ia menjauhkan wajahnya.
"Aku hanya ingin memberikan ciuman selamat pagi, Princess," ucap Ted yang tawa kecil melihat reaksinya.
"Aku belum sikat gigi," jawab Sasha sambil menutup mulut dengan telapak tangan. Sasha beranjak dari tempat tidur dan melesat cepat masuk ke kamar mandi. Ia langsung melepaskan pakaiannya dan mandi dengan cepat.
Setelah mandi, Sasha mengeringkan tubuh dan melilitkan handuk besar menutupi tubuhnya. Ia membuka pintu kamar mandi perlahan-lahan, lalu mengintip ke arah tempat tidur. Ia tidak menemukan Ted di sana. Sasha melangkah keluar, berusaha mencari keberadaan Ted yang ternyata sedang berdiri di balkon sambil menatap ke arah laut.
Ia segera mengambil pakaian, lalu masuk kembali ke kamar mandi. Setelah mengenakan pakaian dan mengeringkan rambut, Sasha berdiri menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya merona, jantungnya berdebar cepat. Ia belum pernah seintim ini dengan seorang pria setelah Jack.
Sasha menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Ia harus bisa mengontrol dirinya agar tidak bersikap bodoh. Ia adalah seorang wanita dewasa sekarang, bukan seorang gadis berusia 17 tahun yang polos. Beberapa saat kemudian, ia memutuskan untuk keluar. Sasha membuka pintu dan terkejut menemukan Ted yang berdiri tepat di hadapannya.
"Boleh aku pinjam kamar mandimu?" tanya Ted tenang.
"Oh, silakan,"jawab Sasha singkat, menekan rasa gugupnya.
Ia bergerak ke samping, memberikan ruang bagi Ted. Pintu itu tertutup di belakangnya dan tanpa berlama-lama, Sasha segera berjalan menuju balkon. Ia membutuhkan sentuhan angin segar untuk menenangkan gelora panas dalam tubuhnya yang tiba-tiba bangkit melihat tubuh Ted yang bertelanjang dada tepat di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Stolen Heart (21+) - The 'A' Series No. 3
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca.) ***** Sasha tak pernah ingin menjalin hubungan dengan pria. Ia tegar dan mandi...