BAB 10

48 3 0
                                    

Mereka turun di lobi hotel sekitar pukul 21.30. Pertengkaran Na dan Sasha membuat perasaannya tidak karuan. Di satu sisi, ia merasa bersalah karena membentak Na di depan umum. Namun di sisi lain, sifat protektifnya pada Sasha muncul seketika. Bahkan, ia rela mengerahkan seluruh tenaga demi menjaga keselamatan Sasha.

Melihat Sasha berdiri berhadapan dengan Na adalah mimpi terburuk yang pernah ia alami. Ia bisa merasakan kembali aura negatif Sasha. Entah mengapa ia tahu bahwa wanita itu, yang berdiri dengan tatapan tajam mengancam, bukanlah Sasha yang ia kenal. Tetapi sosok lain yang dingin dan kejam. Sosok yang bengis dengan seringai tipis yang membuat bulu kuduk meremang seketika.

Mengingat bahwa kejadian buruk yang menimpa Sasha di masa lalu menghasilkan kematian seseorang, saat itu juga Ted berusaha mencegah agar tidak terjadi hal yang buruk menimpa Na. Ia juga tidak ingin Sasha menyesal karena sudah melukai Na. Ia menyadari Na dan Sasha bukan sekedar wanita biasa yang hadir sesekali dalam kehidupannya. Kedua wanita itu sangat penting baginya.

Meskipun ia baru mengenal Sasha dalam waktu singkat, entah mengapa ia yakin bahwa Sasha adalah wanita yang tepat untuknya. Ia juga tidak mengerti mengapa saat pertama kali menatap Sasha, ruang kosong dalam hatinya langsung menerima kehadiran wanita itu dengan mudah. Ted tidak pernah main-main dengan perasaannya, apalagi jika menyangkut tentang pendamping hidup.

Ia memang berniat untuk menikahi Sasha, tidak peduli apakah wanita itu akan menerimanya atau tidak. Ted bahkan bertekad dan berusaha sekuat tenaga untuk memiliki Sasha. Ia tidak ingin kehilangan seorang wanita yang sangat penting dalam hidupnya lagi, seperti ia kehilangan Na.

Sementara Na, wanita itu adalah cinta pertamanya. Ia tahu sifat jelek Na. Wanita itu tidak akan melepaskan Sasha begitu saja. Ia tahu bagaimana kekanak-kanakannya Na jika menginginkan sesuatu. Dan satu hal yang pasti, Na akan mengusahakan segala cara demi mencapai keinginannya. Itulah yang Ted takutkan saat ini. Ia tidak ingin perasaan Sasha terluka karena sikap Na. Ia harus menjauhkan Sasha dari Na. Harus!

Pintu lift terbuka di hadapan mereka. Ted segera menarik Sasha masuk lift. Tangannya terus menggenggam tangan Sasha sejak turun dari mobil. Rasa takut karena membiarkan Sasha sendirian, membuat Ted enggan membiarkan wanita itu berada jauh darinya.

"Ted," panggil Sasha tenang. Ia menoleh dan menatap wajah Sasha yang selalu mampu menyejukkan hatinya. Mata Ted tertuju pada cincin pemberiannya yang tergantung di kalung Sasha.

"Ted," panggil Sasha lagi, membangunkan Ted dari lamunannya.

"Ya," jawab Ted singkat.

"Tanganku sakit," keluh Sasha meringis kecil. Ia tidak menyadari sekuat apa tenaganya sampai tangan itu hampir memucat dalam genggamannya.

"Oh, maafkan aku," ucap Ted seraya melonggarkan genggamannya, tetapi tidak melepaskan tangan itu sama sekali.

"Kamu sudah bisa melepaskan tanganku, Ted," jelas Sasha sambil tersenyum kecil, seakan-akan menertawakan keposesifannya.

"Aku tidak akan melepaskanmu," balas Ted tegas, lalu mengalihkan pandangan dari Sasha.

"Tapi, Ted—"

Ia mengencangkan genggamannya lagi, membuat Sasha terdiam seketika. Ted tidak akan melepaskan tangan Sasha. Ia tidak akan melakukan kecerobohan lagi. Tidak akan!

Pintu lift terbuka, Ted segera melangkah keluar diikuti Sasha yang berjalan di belakangnya. Mereka berjalan menuju pintu kamar Sasha dan setibanya di depan pintu itu barulah Ted melepaskan genggamannya. Ia menoleh ke kanan-kiri, berjaga-jaga seandainya Na tiba-tiba muncul dan berniat membuat onar. Sasha menempelkan kunci ke arah gagang pintu, kemudian membuka pintu dan melangkah masuk.

A Stolen Heart (21+) - The 'A' Series No. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang