Sasha terbangun dari tidurnya. Ia tidak bisa tidur nyenyak. Suasana kamar begitu sunyi dan senyap, bahkan ia bisa mendengar dengkuran lembut Ted yang mengalun di telinganya bagai musik pengantar tidur.
Seharusnya, keberadaan Ted bisa membuatnya tenang, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Jantungnya berdebar cepat, bahkan terlalu cepat. Pikirannya juga tak mau berhenti berputar. Entah apa yang terjadi di antara mereka saat ini, tetapi setelah mengenal Ted, Sasha merasa dirinya berubah total.
Dulu, ia selalu mencoba untuk tidak menjalin hubungan spesial dengan pria. Tetapi sekarang, dengan mudahnya ia menerima kehadiran Ted. Sasha tidak tahu apa yang melandanya saat ini.
Perasaannya pada Ted tidak bisa diterjemahkan dalam kata-kata, bahkan kata cinta sekali pun. Sasha menyadari, Ted berhasil menyentuh perasaan terdalam dan mencuri hatinya. Ted begitu baik, bahkan terlalu sempurna untuknya. Inilah yang membuat Sasha bingung mengapa Elena menolak Ted.
Ia tahu, Ted pernah melamar Elena dan wanita itu memilih Rico. Namun yang terjadi tadi di restoran seakan-akan menunjukkan kalau Elena memiliki perasaan lebih terhadap Ted. Sasha benar-benar tidak mengerti apa yang diinginkan Elena.
Begitu sulitkah memilih siapa yang sebenarnya kita cintai? Serumit itukah? Bukannya cinta itu sederhana dan mudah? Setahuku, cinta datang dengan sendirinya, tanpa paksaan ataupun siksaan. Lalu, mengapa Elena terlihat seperti baru menyadari perasaan itu dan menyesal melepas Ted?
Pertanyaan-pertanyaan itu seperti mencecar pikirannya. Membuat Sasha semakin tidak mengerti dengan gejolak asmara yang terjadi di antara Elena, Ted, dan Rico. Ia terus menatap Ted tidur tanpa mengenakan selimut. Ia menopang kepala dengan tangan, memerhatikan setiap jengkal wajah Ted.
Sejenak, ia mencoba mengesampingkan kemelut yang melanda mereka saat ini dan berusaha menikmati pemandangan indah yang mungkin tidak akan pernah ia nikmati lagi. Entah apa yang merasuki Sasha sehingga meminta pria itu menemaninya tidur. Ia tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria, kecuali Jack, pria yang telah menyakitinya.
Ya, mungkin karena itu. Karena ia yakin kalau Ted tidak akan menyakitinya. Tidak akan memperlakukannya seperti yang sudah Jack lakukan. Ted adalah pria yang lembut dan penyayang. Ted tahu akan masa lalunya, tetapi pria itu tetap memperlakukannya dengan lembut. Suatu anugerah kalau ia bisa bertemu dengan Ted.
Mata Sasha terus memerhatikan wajah itu hingga perlahan-lahan pandangannya menjalar turun ke dada bidang yang terbuka bebas. Sasha berinisiatif menarik selimut lalu menyelimuti tubuh Ted yang terbuka. Tanpa sengaja, ia menyentuh kulit Ted dan seketika itu pula jantungnya berdebar cepat. Darahnya berdesir cepat, membuat tubuhnya terasa panas dan bergelora.
Sasha melirik ke arah mata Ted dan menyadari kalau pria itu tidak merasakan sentuhannya. Ted masih tertidur pulas. Ia menarik napas beberapa kali, mencoba menenangkan dirinya.
"Apa yang kau tatap, Sasha?" celetuk sisi gelap Sasha yang mulai mencoba mengambil alih tubuh dan pikirannya.
"Hentikan, Sashi! Not this one!" tegur Sasha berusaha menjernihkan pikirannya dari Sashi yang terasa semakin kuat.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga jarak, tapi kau terpesona kepadanya. Kau membuatku muak!" geram Sashi mengancam ketenangan Sasha.
"Aku tidak terpesona. Aku hanya bersikap baik," sanggah Sasha cepat.
"Baik?" ulang Sashi tertawa geli mendengar sanggahannya, "kita adalah satu. Aku tahu semua yang kau rasakan dan aku muak!"
"Hentikan, Sashi! Aku tidak mau kau merusaknya," mohon Sasha berusaha dan terus berusaha untuk menenggelamkan Sashi di bawah alam sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Stolen Heart (21+) - The 'A' Series No. 3
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca.) ***** Sasha tak pernah ingin menjalin hubungan dengan pria. Ia tegar dan mandi...