Ted menunggu Sasha di sofa lobby hotel. Wanita itu mengirim pesan dan mengatakan sedang dalam perjalanan. Cukup banyak tamu yang lalu lalang di hadapannya, namun tatapannya tertuju pada seorang wanita yang sedang melangkah masuk melalui pintu hotel yang terbuka otomatis.
Sasha terlihat cantik dan memesona dalam balutan skinny jeans biru dongker, kemeja putih lengan panjang berbahan ringan, serta sepatu heels yang senada dengan kemeja. Kecantikan Sasha membuat beberapa mata pria menoleh saat wanita itu berjalan sembari melemparkan pandangan, mencari keberadaannya. Ted beranjak dari sofa dan menghampiri Sasha yang mulai mengetik sesuatu di ponsel.
"Halo, Princess," sapa Ted yang membuat Sasha terkejut dan mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
"Kamu selalu mengagetkanku," keluh Sasha sedikit ketus.
"Bagaimana urusanmu? Sudah selesai?" tanya Ted santai sambil merangkul pundak Sasha, mengiring wanita itu berjalan menuju pintu Hotel dan menunggu mobil pesanan Ted.
"Sudah," jawab Sasha singkat.
"Jadi, sudah bebas sekarang, ya?" goda Ted santai.
"Maksudmu?" tanya Sasha ketus.
"Maksudku, kamu sudah tidak ada kerjaan lagi, kan?" jawab Ted, memperjelas ucapannya.
"Iya," jawab Sasha singkat.
"Baiklah. Kalau begitu, sekarang saatnya aku menyenangkan tuan putri," ucap Ted sambil menyeringai lebar. Sasha memutar bola mata menanggapi ucapannya.
Senyum kecil di sudut bibir Sasha menggoda Ted untuk mengecup bibir indah itu. Ia tidak memungkiri betapa kuat pesona Sasha pada dirinya. Cukup lama mereka menunggu mobil sewaan Ted. Ia segera mengeluarkan ponsel dari saku celana untuk menghubungi sopir yang membawa mobilnya.
"Ted, Sasha!" panggil Rico dari kejauhan.
"Hai, Rico," sambut Sasha yang berbalik dan memberikan senyum ramah. Ted, yang sedang menghubungi sopir, segera menoleh dan memerhatikan raut wajah Na yang berjalan tepat di samping Rico. Pria itu menggenggam mesra tangan Na. Ted segera memutuskan panggilan itu dan menyambut kedatangan mereka. Rico memeluk Sasha singkat, lalu menjabat tangan Ted dengan hangat.
Sikap hangat Sasha dan senyum lebar yang wanita itu tujukan pada Rico membuat Ted segera melingkarkan tangan di pinggang Sasha. Ia tidak suka jika Sasha memberikan senyum hangat pada pria lain selain dirinya. Ted melihat Na yang memasang wajah palsu dan tersenyum terpaksa ke arah Sasha, lalu melemparkan tatapan sinis padanya. Ia tidak peduli. Selama Na tidak mengusik Sasha, maka semua akan baik-baik saja.
"Kalian mau ke mana?" tanya Rico ringan.
"Tidak tahu," jawab Sasha santai, "Ted mau mengajakku ke suatu tempat."
"Kami mau candle light dinner di Jimbaran," jelas Ted tenang seraya mempererat pelukannya di pinggang Sasha.
"Benarkah? Itu ide yang bagus. Bagaimana kalau kita ikut mereka, Na?" tanya Rico pada Na. Senyum palsu tersungging di wajah Na, tampak ingin menolak namun tidak bisa.
"Kami boleh ikut?" tanya Rico, "tenang saja. Kami tidak akan mengganggu dinner kalian."
"Aku sih tidak masalah," jawab Sasha santai, lalu menengadahkan wajah dan menatap Ted, seakan-akan meminta persetujuannya.
"Aku juga," sahut Ted ringan seraya tersenyum hangat pada Sasha. Ted memerhatikan ekspresi terkejut Na. Ia tahu betapa tidak sukanya Na akan kebersamaan mereka, tetapi sebisa mungkin Ted akan menjauhkan Sasha dari Na. Ia tidak mau Na menyakiti Sasha.
"Apa yang kalian tunggu?" tanya Rico ingin tahu.
"Mobil sewaanku. Sepertinya dia salah melihat jadwal pesanan hari ini, jadi mobilnya masih dalam perjalanan," jawab Ted sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Stolen Heart (21+) - The 'A' Series No. 3
RomantizmWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca.) ***** Sasha tak pernah ingin menjalin hubungan dengan pria. Ia tegar dan mandi...