Athalla takut dengan respon Jessly nanti, tetapi Athalla juga sangat ingin tahu kejelasan atas hubungan lelaki itu dan Jessly. Athalla bahkan ingat dengan jelas, tepat di acara pernikahan keduanya, seluruh keluarga besar hadir dan tidak ada satupun sosok lelaki yang mirip dengan lelaki dalam pigura itu. Namun entah mengapa, Athalla seolah merasa familiar dengan sosoknya.
Lama dalam keheningan, Jessly memberi Athalla perintah agar mengikuti dirinya. Dengan rasa penasaran Athalla melangkah mengikuti Jessly. Dan kemudian, keduanya pun pergi menggunakan mobil, meninggalkan sepeda motor Athalla di parkiran perusahaan.
5 menit berlalu sejak keduanya pergi, Athalla bahkan tidak tahu ke mana Jessly akan membawanya. Dari arah jalan yang begitu familiar, apakah istrinya ini akan membawa dirinya pergi ke mansion mertuanya? Ah, Athalla tidak peduli karena ada hal lain yang sedang ia pedulikan.
"Kenapa Tante tidak menjawab Athalla?" Rasanya, mulut Athalla gatal sekali untuk tidak bertanya demikian. Namun ingin bagaimana lagi? Jessly bahkan belum menjawab pertanyaan singkat darinya itu.
Jessly mengembuskan napas pelan, tetap memasang wajah tanpa ekspresi. Meskipun hatinya, berusaha memantapkan keputusan yang baru saja ia ambil dengan cepat. "Dan, sebuah jawaban apa yang kau inginkan, Athalla?" Jessly bertanya balik.
Benar, jawaban seperti apa yang ia inginkan dari istrinya?
Tidak munafik jika sebenarnya Athalla ingin Jessly menjelaskan, bahwa Jessly tidak memiliki hubungan apa-apa dengan lelaki itu. Berkata, jika lelaki itu hanya temannya saja. Namun sialnya, teman wanita mana yang menyimpan potret teman lelakinya di meja kerja?
Setelah perjalanan yang cukup lama, kini keduanya telah sampai di sebuah tempat pemakaman. Jessly pun turun dari mobil setelah memakirkannya. "Turunlah, kita telah sampai," titah Jessly.
Dengan perlahan Athalla turun dari mobil, kedua manik-matanya menatap sekitar dengan perasaan aneh.
Mengapa Jessly membawa Athalla ke sebuah tempat pemakaman?
"Ayo," ajaknya, membawa Athalla ke sebuah batu nisan dengan goresan kata, Rip. Akalanka Harsa Buanna.
Athalla terdiam menatap ke depan dengan pandangan kosongnya. Keduanya masih larut dalam keheningan. Hingga kemudian, Jessly mulai membuka suara. "Dia adalah lelaki dalam pigura itu," ucap Jessly memberi tahu.
Athalla masih terdiam, mendengarkan penjelasan dari istrinya. Mulutnya masih rapat untuk sekadar bersuara. Ia tetap diam dan menatap gundukan itu, dalam.
"Bocah, ini adalah rumah mendiang kekasih sekaligus cinta pertamaku." Benar seperti yang Athalla duga, namun dengan akhir yang membuat dirinya tertegun.
Jessly harap, Athalla mengerti kenapa ia memutuskan membawa pemuda itu ke peristirahatan terakhir mendiang kekasihnya. Jessly juga berharap Athalla mengerti dengan maksud hatinya. Mengerti, bahwa Jessly mulai mencoba untuk membuka hati untuknya.
Setelah Jessly terus menerima saran dari sahabatnya, mempertimbangkan lagi tentang keluarga, dan memikirkan kembali ucapan Asa di dalam mimpinya. Sebuah pertanyaan muncul di benaknya, apakah dirinya menikah dengan tujuan berpisah di kemudian hari? Tidak, Jessly tidak pernah ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Namun, apakah Jessly benar-benar boleh membuka hatinya?
Apakah Jessly boleh jatuh cinta dengan sungguh-sungguh?
Setelah berperang dengan segala pikiran rumitnya, Jessly kembali bercerita. "Beberapa tahun silam, sebuah kecelakaan meregut nyawanya. Saat itu kami masih seusia dirimu." Bisa Athalla lihat ekspesi berbeda yang Jessly tunjukan. Dari situ, Athalla sadar bahwa istrinya masih tenggelam dalam masalalunya. Dan saingannya bukan pria yang pernah ia temui, melainkan lelaki yang namanya kini mendapat tambahan kata, Mendiang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLA; My Little Husband
Romance"Aku Bersedia." Dengan dua kata itu, kini kehidupan Seorang Jessly dan Athalla berubah dengan drastis. Pernikahan karena perjodohan kini terjadi kepada kedua sejoli dengan umur yang terpaut cukup jauh itu. Ayolah, tipe ideal Jessly adalah pria de...