"Ehem," deham Athalla seraya menyingkap selimut dan berbaring di samping sang istri. Pemuda tersebut tidak bergerak dan menjaga jarak dari Jessly. Jantung yang semula bukan miliknya berdebar lebih cepat, merasakan kegugupan tiada tara yang kini ia derita. Sesekali pemuda tersebut melirik Jessly melalui ekor matanya.
Tampak Jessly kembali pokus kepada macbook. Dirasa kantuk tak kunjung dirasakannya, Athalla pun turun dari ranjang. Jessly yang melihat itu mengalihkan pandangan sejenak dari layar macbooknya. "Mau ke mana?" tanya wanita tersebut.
"Hanya mengambil sesuatu," jawab Athalla seraya melangkah pergi. Beberapa menit kemudian, Athalla kembali dengan kertas di tangannya.
"Apa?" Jessly mengernyitkan alis bingung tatkala Athalla menyerahkan sebuah kertas usai kembali duduk di ranjang, dan dengan bahasa isyarat ia mengarahkan Jessly agar membacanya.
Setelah membaca, Jessly menatap Athalla seolah mengonfirmasi. "Universitas negara D?"
Dengan anggukan Athalla menjawab membuat Jessly tersenyum lebar seakan turut berbahagia. "Kau hebat, bocah!" serunya penuh rasa bangga. Memang tidak diragukan lagi, melihat semua karya pemuda tersebut di setiap dinding mansion saja sudah membuktikan, betapa berbakat suami kecilnya tersebut.
Athalla senang begitu mendapati respon istrinya yang seolah bangga atas pencapaiannya, tetapi di sisi lain ia juga merasa sedih jika ia harus berpisah meskipun hanya sementara. "Sebelummya Athalla ragu, bagaimanapun akan pergi dua sampai lima tahun. Akankah Tante merindukan Athalla selama itu?"
"Kenapa ragu? Jika itu keinginanmu, kenapa tidak? Pergilah, aku percaya kau akan berhasil."
"Athalla ulangi, akankah Tante merindukan Athalla?" tanya Athalla lagi, ia tidak puas atas jawaban Jessly yang seolah mengalihkan pembicaraan.
"Apakah itu penting?"
"Penting. Tiga hari waktu yang kita lewati sebelumnya, cukup membuat Athalla hampir gila. Secinta itulah Athalla." Pemuda itu menangkup kedua pipi Jessly kemudian mengelusnya dengan perlahan. "Tante tahu? Wajah ini adalah candu bagi Athalla." Dengan intens nan terasa menggebu Athalla menatap Jessly.
Tak teralihkan, Jessly setia menatap wajah Athalla. "Aku sudah terbiasa dengan keberadaanmu. Menurutmu, apakah aku tidak akan merindukanmu selama waktu yang kau sebutkan tadi?" Jessly menghela napas seraya melanjutkan ucapannya. "Aku tahu kau menginginkan ini, matamu tidak bisa berbohong, Athalla."
Athalla menyandarkan diri di bahu istrinya. "Tetapi Athalla tidak ingin meninggalkan Tante. Baru beberapa bulan pernikahan ini berlangsung, namun Athalla akan pergi selama bertahun-tahun? Sungguh konyol."
Jessly menyentil dahi Athalla, tidak terlalu kuat tetapi membuat pemuda tersebut meringis seraya mengusap dahinya. "Bodoh, jangan jadikan aku sebagai orang yang membuatmu merelakan impian. Karena sebelum aku mengambil keputusan untuk menikah dengan dirimu, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan pernah mengganggu semua mimpimu."
"Pergilah, Athalla. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, raih impianmu sebagai seorang seniman dan kembalilah kepadaku dengan bangga."
Athalla menundukan kepala. "Baru saja Tante membuka hati untuk Athalla. Athalla tidak rela," gumamnya yang masih dapat didengar oleh Jessly.
Jessly mengelus pucuk kepala Athalla dengan penuh kelembutan. "Pernikahan adalah suatu hal yang sakral, bocah. Aku menikah bukan untuk berpisah dikemudian hari," ucap Jessly seraya menangkup kedua pipi Athalla agar menatap kedua manik matanya. "Aku akan menunggu, dan kau hanya perlu ingat janjiku. Kesempatan untuk membuat diriku jatuh cinta akan terus terbuka, tetapi tidak dengan hal ini. Aku mendukungmu karena aku tidak ingin kau menyesal di beberapa tahun yang akan datang," lanjut Jessly, berusaha meyakinkan Athalla.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLA; My Little Husband
Romance"Aku Bersedia." Dengan dua kata itu, kini kehidupan Seorang Jessly dan Athalla berubah dengan drastis. Pernikahan karena perjodohan kini terjadi kepada kedua sejoli dengan umur yang terpaut cukup jauh itu. Ayolah, tipe ideal Jessly adalah pria de...