20. Sick.

5.4K 339 437
                                    

"Bocah, bangunlah." Jessly menatap lama wajah Athalla. Pemuda itu tertidur sangat pulas dengan guling yang berada di dalam pelukannya. Athalla bahkan tidak menghiraukan Jessly yang sudah berkali-kali mencoba untuk membangunkannya.

"Aku bahkan sudah selesai dengan rutinitas pagiku, dan kau masih belum bangun?" Jessly menggelengkan kepala tidak percaya. "Apa kau sedang hibernasi?"

Jessly mengelus rambut Athalla pelan. Kemudian mengambil pena dan secarik kertas, meninggalkan catatan untuk Athalla. Sebelum berlalu pergi dari sana.

"Bi, tolong bangunkan Tuan muda sepuluh menit lagi. Dan juga, tolong siapkan makanan untuknya," titah Jessly seraya melangkah keluar.

Paruh baya itu melangkah mengikuti Jessly. "Nona muda, apa Anda tidak sarapan terlebih dahulu?" tanya asisten rumah tangga yang sebelumnya ia beri perintah.

Jessly menggelengkan kepala pelan. "Tidak. Mommy akan menitipkan bekal kepada Zenit."

•••

Janetta dan Denada tersenyum puas, keduanya saling memeluk seolah merayakan hari yang sangat membahagiakan. Sebab dibandingkan laporan sebelumnya, laporan yang diberikan Asisten yang menjadi mata-mata anaknya kali ini, menjadi laporan yang paling membahagiakan yang pernah keduanya dengar.

Asistennya berkata. Bahwa akhir-akhir ini kedua majikannya lebih dekat dan kerap menghabiskan waktu bersama, Nyonya mudanya juga lebih sering tersenyum, tidak membatasi diri seperti yang mereka lihat biasanya.

Bagi Janetta itu adalah suatu kemajuan yang lumayan besar. Janetta tahu betul bagaimana kepribadian putri semata-wayangnya. Anaknya itu, sangat sulit membuka diri kepada orang baru, sulit mempercayai orang lain, dan susah untuk meng-ekspresikan diri.

Mengetahui kondisi itu, tentu membuat Janetta selaku ibu menjadi hawatir. Namun sekarang, Janetta bahagia atas perubahan kecil anaknya. Wanita paruh baya itu harap, dengan perlahan Jessly menerima semuanya. Juga menerima Athalla

Bercerita sedikit tentang masalalu anaknya. Kisah Jessly dan Asa bukan lagi rahasia di keluarganya. Karena sebelum menjalin kasih, Jessly dan Asa merupakan teman masa kecil yang kerap kali menghabiskan waktu bersama. Tadinya, Janetta berpikir kisah keduanya akan usai seiring berjalannya waktu, maka dari itu ia membiarkan cinta dua remaja labil yang menurutnya hanya omong kosong belaka itu.

Namun siapa sangka? Hal itu bertahan hingga bertahun lamanya, hingga kecelakan yang meregut nyawa Asa terjadi dan sejak hari itu, berangsur-angsur anaknya cendrung lebih tertutup mengenai dirinya sendiri. Manik matanya berubah menjadi kosong. Banyak hal yang harus Jessly lalui hingga ia menjadi seperti saat ini.

"Akhirnya, ini lah yang kita tunggu!" seru Janetta begitu bersemangat. Pun dengan Denada yang mengangguk cepat. 

"Ternyata benar, kita hanya perlu berpikir positif dan percaya kepada mereka." Denada berucap dengan lega.

"Lalu, sudah direncanakan untuk kedepannya?" Janetta bertanya.

Denada menatap Janetta, dalam. "Harus kita diskusikan bersama-sama lagi," jawabnya, Janetta pun mengangguk sebagai tanggapan.

"Haruskah kita diskusikan sekarang?" Gabriel meminta pendapat. 

Arzheo meneguk minumannya, kemudian mengangguk setuju dengan usulan Gabriel.

Janetta menatap serius ketiga orang yang tengah duduk mengitari meja. "Benar, tidak terlalu masalah untuk Jessly. Namun untuk Athalla, Aku khawatir bocah itu akan merasa bersalah jika mengetahui ini."

•••

Saat itu, tepat 7 tahun lalu. Di sebrang jalan, Asa melambaikan sebelah tangan dengan tangan lain yang menggenggam erat sebuah buket bunga. Begitu pemuda itu tersenyum, kedua matanya pun menyipit seakan ikut tersenyum. Lesung pipi yang Asa punya membuat senyum itu terlihat lebih manis di hari itu.

ATHALLA; My Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang