III

525 31 3
                                    

***

Pagi datang dengan begitu cepatnya,keluarga kecil berisi tiga orang itu tengah bersiap untuk memulai sarapan mereka. Sakura yang baru bangun tidur hanya mencuci wajahnya saja kemudian langsung duduk dikursi meja makan di bantu ibunya,rambutnya terlihat sangat acak-acakan. Kizashi ikut bergabung ia mencium pucuk kepala putrinya dan mulai memakan sarapannya setelah Mebuki membantu mengambilkan.

“Ibu aku ingin makan roti dengan selai coklat saja” ujar Sakura.

“Baiklah-baiklah sebentar ibu ambilkan” ujar Mebuki kembali bangkit berdiri dan berjalan cepat menuju dapur. Ia segera menuju putrinya kemudian mengoleskan selai coklat pada beberapa lembar roti dan menyerahkannya pada Sakura kemudian kembali duduk ditempatnya dan melanjutkan sarapannya. Sakura mulai mengunyah roti coklat miliknya,emerladnya memindai penampilan ayahnya pagi ini. Begitu rapi membuat Sakura tidak tahan untuk mengatakan sesuatu.

“Ayah akan pergi ke suatu tempat? Ayah berpakaian sangat rapi” ucap Sakura

“Uh? Ayah akan pergi ke kantor” Sakura sontak menaikkan sebelah alisnya dan tampak mengerutkan keningnya,ia tidak senang mendengar perkataan ayahnya.

“Bukankah ayah bilang hari ini akan libur,kita akan pergi ke taman hiburan sebelum merayakan ulang tahunku” ujar Sakura dengan suara yang semakin pelan tampak menahan tangis. Kizashi tersentak ia menatap putrinya yang cemberut,matanya mulai memerah dan air mata tergenang disana hingga lambat laun bulir air mata itu menetes,Sakura menangis pagi ini.

“Oh Sayang...tentu saja kita akan pergi seperti janji ayah. Tapi ayah harus ke kantor pagi ini,kita akan ke taman bermain sore nanti. Kamu akan bermain sepuasnya disana lalu kita akan membeli kue yang besar untuk merayakan ulang tahunmu” ucap Kizashi bangkit dan mengulurkan tangannya menghapus jejak air mata putrinya.

“Ayah tidak akan bohong?” ucap Sakura memastikan.

“Tentu saja,akan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan segera pulang”

“Baiklah” ujar Sakura kemudian memberikan jari kelingkingnya pada Kizashi mengajak ia untuk berjanji. Kizashi terkekeh kemudian menaut kelingking kecil milik putrinya. Sakura mengusap matanya yang basah kemudian lanjut menghabiskan sarapannya lengkap dengan segelas susu hangat yang diberikan ibunya. Setelah Kizashi berangkat untuk bekerja Sakura kembali ke kamarnya karena Mebuki menyuruhnya untuk mandi pagi.

Seorang pria berdiri memandang mobil yang baru saja keluar dari halaman rumah kediaman Haruno tersebut. Ia mengeluarkan ponselnya tampak menghubungi seseorang setelah sambungan telpon itu terjadi ia mulai berucap

“Aku akan melaksanakan rencananya malam ini” kemudian segera memutus sambungan telponnya kembali. Pria berperawakan tinggi dengan rambut bewarna abu-abu gelap lengkap dengan iris mata gelapnya yang memandang tajam. Ia kembali masuk ke dalam tempat persembunyiannya ketika pintu rumah kelurga Haruno itu terbuka lebar. Tampak seorang gadis kecil berambut merah muda panjang berlarian dengan tawa yang kencang dari bibirnya ia berlari sambil memeluk sebuah boneka kelinci besar bersamanya. Pria itu memperhatikan sebentar kemudian berlalu pergi meninggalkan kawasan tersebut.

Hari telah berganti menjadi sore,Sakura menatap bosan televisi didepannya walaupun tv tersebut tengah menayangkan kartun favoritnya. Sakura menatap malas pada ibunya yang duduk sambil bermain ponsel disebelahnya. Ia merasa risih karena ayahnya tak kunjung datang padahal sudah berjanji akan pulang cepat hari ini.

“Ibu kapan ayah akan datang?” tanya Sakura

“Sabar sayang,mungkin sebentar lagi” ujar Mebuki mengelus pucuk kepala putrinya. Sakura sudah tampil cantik sejak beberapa saat yang lalu,sebuah dress yang panjangnya lebih di bawah lutut sedikit bewarna biru muda lengkap dengan pita kecil senada yang melekat di rambutnya yang diikat samping.

Pesona SepupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang