Enjoy ❤️❤️❤️
*****
Mentari cukup kesusahan membawa dua buket di tangan nya. Sebenarnya tidak sesusah itu, seandainya buket yang satunya tidak sebesar gaban. Dia bahkan kesulitan untuk memperhatikan langkah kakinya sendiri sekarang.
Untung Mentari sudah sangat hafal jalan menuju ke unit apartemen nya. Tinggal menunggu lift ini naik ke lantai 8, berjalan sedikit ke kanan, Mentari akan sampai.
"Mau gue bantu bawa?" sebuah suara menginterupsi kesendirian Mentari.
Mentari menurunkan buket di tangannya, melirik siapa gerangan orang itu.
"Raigan,"
Ternyata dia. Tentu dengan atribut masker juga topi yang cukup menutupi.
"Mau gue bantu?"
Mentari mengangguk, kemudian menyerahkan buket yang besar tadi pada Raigan.
Jangan tanya siapa pengirimnya. Dia sendiri masih belum tahu. Niatnya sih, Mentari akan menanyakan itu pada Alvin nanti.
"Buket dari siapa?" tanya Raigan.
"Gak tau. Gak ada nama pengirimnya. Gue kira dari Tira, ternyata bukan. Mana gede banget."
"Bukan yang ini. Tapi yang lo pegang."
Heh? Maksudnya Raigan menanyakan buket dari Alvin?
"Ada, dari temen."
"Temen?"
"Jangan terlalu mendalami peran, Rai. Sekali lagi gue ingetin, di sini gak ada ortu gue."
Lebih baik begitu bukan?
Jangan sampai Mentari terbiasa dengan segala pertanyaan Raigan, tentang Raigan yang berusaha masuk lagi ke kehidupan Mentari. Jangan.
Sampai detik ini, Mentari lebih menikmati semua perasaannya sendirian. Agar jika mereka berpisah nanti, Mentari tidak perlu lagi merasakan soal kehilangan.
Lift terbuka, segera Mentari menuju unit nya. Menekan pin untuk membuka kunci pintu itu.
"0906? Bukannya itu tanggal ultah gue?"
Mampus. Kenapa Raigan harus lihat sih!?
"Gak usah terlalu percaya diri. Di dunia ini, bukan cuma lo yang punya hari spesial di tanggal itu."
Pintu terbuka, Mentari mempersilahkan Raigan masuk.
"Di dunia emang banyak, Mentari. Tapi orang yang lo kenal, ya cuma gue."
Mentari memilih untuk tidak merespon. "Mau kopi?"
"Boleh."
Berhubung semuanya serba instan, tidak butuh waktu lama bagi Mentari untuk kembali ke ruang tengah dan menyajikan kopi. Kali ini dia membuat dua gelas. Satu untuk Raigan, dan satu untuknya.
Sebenarnya, Mentari sama sekali tidak berniat lancang. Tapi retinanya itu secara tidak sengaja menangkap sebuah foto yang tidak asing di ponsel yang sedang Raigan mainkan.
Dan itu adalah foto Mentari yang sedang memasuki taksi di depan kantor tadi.
"Jadi bunganya dari lo, Rai?"
Seolah terkejut dengan ucapan Mentari, buru-buru Raigan menutup ponselnya.
"Jawab, Raigan!"
"Iya. Dari gue."
Ya ampun. Bisa-bisanya Mentari mengira itu hadiah dari Tira!?
"Kenapa, Rai?"
"Ya karena lo lagi ulang tahun. Apalagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adlytari: Kisah Aditya, Lyony dan Mentari [END]
Novela JuvenilKisah antara dua matahari. Aditya dan Mentari. Dan seorang Lyony. Sequel Mentari dan Semestanya. Noted. Dilarang menyebarkan cerita ini di akun sosial media manapun. Ini karya fiksi biasa yang nama tokoh/tempat/waktu cuma karangan belaka. Tidak bers...