21. Sebagaimana Mestinya

309 46 15
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

*****

Mentari memperhatikan ruangan yang jauh lebih luas dari apartemennya itu. Meski Raigan seorang cowok dan termasuk sibuk, apartemennya ini tetap rapih dan bersih. Juga wangi.

"Welcome to our home, Mentari."

Mentari tersenyum tipis mendengar itu, "Jangan terlalu mendalami peran, Rai. Nanti kalau kita selesai, lo yang bakal susah lupain gue."

"Ck. Omongan lo barusan ngerusak suasana tau? Bisa gak jangan dulu bahas itu?"

"Mama datang jam berapa?" Anehnya, Mama nya itu malah menghubungi Raigan. Tidak ada satupun pesan yang dikirimkan ke Mentari. Padahal Mentari kan anaknya?

"Sekitar satu jam lagi. Bentar lagi gue jemput ke bandara."

"Mama naik pesawat? Sejak kapan dia mau?"

"Gue yang minta, biar cepet." Giliran ke anaknya dia marah-marah, tapi ke Raigan malah menurut? Aneh!

"Ya udah, gue jalan dulu. Lo istirahat aja. Gue belum sempet belanja, jadi maklum cuma seadanya camilan di kulkas."

"Iya, lo hati-hati. Biar gimana juga dia Mama gue. Jangan sampai kenapa-napa."

"Mama gue juga, kalau lo lupa. Satu lagi, Tar,"

"Apa?"

"Biasain ngomong aku-kamu sama gue. Lo gak mau Mama lo curiga kan?"

Benar. Bisa gawat kalau Mama nya curiga. Yang ada nanti beliau koar-koar kemana-mana soal pernikahan mereka.

"Iya, gue usahain."

"Nah kan. Baru juga dibilang."

"Susah, Raigan!"

"Bisa, Tari."

Ck! "Iya, iya. Kamu hati-hati berangkatnya."

Mentari melihat Raigan tersenyum, pasti dia kesenangan mendengar Mentari bicara selembut itu. "Ya udah, aku berangkat ya," tangan Raigan terulur mengelus kepala Mentari.

"Eh, Rai, ada yang lupa!"

"Apa?"

Mentari meraih tangan kanan Raigan, mencium punggung tangan yang kembali tersematkan cincin pernikahan mereka itu. Setelahnya dia melihat Raigan yang terpaku di tempat.

"Udah. Kamu boleh pergi."

"I-iya."

Begitukan harusnya? Tidak salahkan?

***

Aditya bingung dengan keadaan di hadapannya saat ini. Padahal tadi saat Aditya akan berangkat menjemput mertuanya, Mentari terlihat begitu perhatian. Sekarang, saat sang Mama sudah di hadapan, istrinya itu malah bersikap dingin dan menunjukkan kalau dia sedang marah. Dia bisa begitu juga ya pada Ibunya sendiri?

Sekarang bahkan Mentari memilih berdiam diri di kamar. Meninggalkan Aditya dan Mama nya berdua.

"Maaf ya, Ma. Mungkin Tari lagi sensitif hari ini." Ucap Aditya, mewakili Mentari. Biar bagaimana pun dia merasa bertanggung jawab atas apapun yang dilakukan Mentari.

"Gak apa-apa, Raigan. Mama maklum. Tari pasti masih marah sama perlakuan Mama waktu itu." Iya juga sih. "Mama juga udah sadar, dan sangat ngerasa bersalah. Makanya Mama dateng ke sini buat minta maaf secara langsung."

"Nanti biar aku bantu jelasin ke Tari ya, Ma. Dia sebenernya sayang banget kok sama Mama."

Sesuai perkataannya, Aditya menyusul Mentari ke kamar. Sementara Mama mertuanya sudah beristirahat di kamar satunya.

Adlytari: Kisah Aditya, Lyony dan Mentari [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang