~¢•€~
Bab 3 Berhenti Dari Pondok
{~~~~•~~~~}"Dan yang paling mengejutkan adalah Marzuki meninggal di malam setelah dia di umumkan sebagai peringkat pertama di angkatan kalian tentu kami semua berfikir orang yang membunuh Marzuki adalah orang yang sangat membenci kemenangan Marzuki. Layaknya seorang pengecut yang ingin sesuatu tapi tidak mau berusaha dan setelah saya cari tau tentang kamu, yang saya lihat adalah prestasi kamu yang selama satu semester ini memenangkan lomba debat bahasa Inggris, pidato bahasa inggris dan lomba kaligrafi."
"Kemarin juga kamu menjadi peringkat kedua setelah Marzuki dan selisih nilai kalian juga terbilang kecil kalau kamu berusaha sedikit lagi di semester depan mungkin kamu bisa menjadi peringkat pertama selanjutnya setelah Marzuki ditambah lagi kalian selalu belajar bersama bukan."
"Mengerikan sekali kalau ada dua orang sahabat yang selalu belajar bersama, dan salah satu dari mereka malah membunuh sahabatnya sendiri karena tau sahabatnya baru saja mendapatkan peringkat pertama saya sendiri tidak akan pernah mau berteman dengan orang seperti itu."
"Akan lebih masuk akal kalau orang seperti Farhat yang membunuh Marzuki tapi saya tidak mau cepat mengambil kesimpulan ataupun menuduh sembarangan, semua hal bisa saja terjadi tanpa di duga-duga." Tutur Pak Kepala kepengasuhan dengan tegas membuat Astra hanya terdiam dengan penuh rasa ketakutan.
"Pertanyaan saya apakah kamu bersama Marzuki kemarin malam?" Tanya pak kepala kepengasuhan mantap tajam wajah Astra yang menunduk di hadapannya.
"Ti-tidak ustadz," jawab Astra gelagapan.
"Jawaban kamu buat saya curiga Astra, saya tanya kembali apakah kamu bersama Marzuki tadi malam?" Tanya Pak Kepala kembali dengan tegas.
"Tidak ustadz saya tidak bersama Marzuki tadi malam," jelas Astra.
"Hmm Kalau begitu ngapain aja kamu kemarin malam?" Lanjut pak kepala penuh rasa curiga.
"Saya kemarin malam setelah selesai shalat isya belajar di gazebo ustadz sendirian lalu setelah jam belajar malam selesai saya kembali ke kamar seperti biasa ustadz," Sahut Astra dengan gugup.
"Baiklah kalau begitu jawaban kamu saya harap kamu tidak berbohong tentang apa yang terjadi kemarin malam. Dan besok kami para ustadz akan melakukan pemeriksaan besar-besaran di pesantren kita," ucapan kepala kepengasuhan tentang pemeriksaan membuat Astra menatap fokus wajah sang kepala kepengasuhan.
"Kami juga akan mencari setiap bukti yang terkait kasus kematian Marzuki ini ditambah lagi pihak kepolisian juga ingin turut andil dalam pemeriksaan ini dan wartawan kota juga ingin masuk ke pondok kita untuk meliput dan tentunya kami para ustadz harus mendiskusikan hal ini secepatnya kami tidak mau nama pondok yang sudah kami jaga selama berpuluh-puluh tahun rusak begitu saja karena kematian seorang santri."
"Bukan karena kami serakah atau kami ingin di kenal kami hanya ingin memaksimalkan apa yang sudah kami bangun hingga saat ini di tambah lagi ada banyak sekali lulusan pondok kamu yang bersekolah hingga ke luar negeri jadi kami harap kamu dan semua santri di pondok pesantren ini memahami setiap keputusan yang kami berikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUS NOMOR SATU
Mystery / ThrillerMengisahkan Seorang remaja pria bernama Muhammad Astra Nurcahyo, seringkali di panggil ASTRA yang Murka Karena dirinya tidak pernah mendapatkan apa yang sangat ia inginkan yaitu "Peringkat satu" hingga akhirnya ia mulai berfikir untuk melakukan berb...