~¢•€~
Bab 5 Mempertanyakan Diri
{~~~~•~~~~}Astra memakan satu persatu makanan di meja dengan lahap dan menghabiskan hampir semua makanan seperti kue sayur buah gorengan dan masih banyak lagi. Di rasa sudah kenyang Astra berdiri berjalan menuju tempat cuci piring untuk mencuci tangan lalu memanggil Bibi pembantu rumah.
Sang Bibi berjalan cepat mendekati Astra dan dengan senyuman sang Bibi terpukau melihat Astra sudah kembali ke rumah lalu berkata
"Wahh dek Astra sekarang udah besar ya kelas berapa sekarang dek?"
"Baru masuk SMP Bi dan sekarang Astra juga pengen sekolah di sini karena nggak tahan di pondok," keluh Astra santai dengan sedikit berbohong.
"Oh iya Bibi paham pondokkan memang keras ya tapi nyonya jugakan nggak kalah galak Bibi malah nyaranin dek Astra buat tetap di pondok dari pada di rumah ini. Tapi keputusan lagi-lagi yang memilih adek bibi sebagai pembantu cuma menyarankan jangan tersinggung Dek," jelas Bibi bercanda.
Dengan senyum manis Astra membalas "Nggak papa Bi Astra juga paham maksud Bibi."
"Wah dek Astra udah lumayan dewasa pemikirannya ya biasanya kalo di becandain sedikit aja adek langsung ngambek sering nggak mau di becandain, cara ngomong dek Astra juga lebih sopan apa karena ini efek dari pondok dek Astra jauh lebih berkharisma hehehe," puji Sang Bibi.
"Ah biasa aja lah Bi mungkin karena aku sering lomba juga jadi aku lebih bisa membuka diri dan nggak ragu buat ngomong dan ngambil keputusan yang baik," jawab Astra dengan tenang.
"Tuhkan kelihatan banget apa kata Bibi anak tetangga Bibi di sebelah rumah yang baru dua belas tahun aja masih belibet ngomongnya masih diem dulu buat milih kata-kata yang sesuai sebelum di ucapkan sedangkan dek Astra wah udah jago banget ini. Kayaknya anak SMA juga bakal kalah kalau lomba debat sama dek Astra mah soalnya udah beda levelnya hehehe," Goda sang Bibi membuat Astra merasa sedikit malu dengan pujian yang di lontarkannya.
"Udahlah Bi beresin meja aja udah nanti di marahin Mama Lo," Balas Astra dengan malu.
Sang Bibi berjalan menuju meja makan meninggalkan Astra. Sesampainya di meja makan sang Bibi terhenti sejenak teringat akan sesuatu hal lalu membalikkan badannya menghadap Astra dan kembali berkata
"Dek bibi mau nanya boleh?" tanya Bibi dengan pelan.
"Nanya apa Bi kok jadi pelan gini suaranya ada apa?" Ujar Astra terheran.
Bibi lalu meanggkat tangannya meminta Astra untuk mendekat mengisyaratkan seberapa sensitif pembicaraan mereka berdua kali ini sang Bibi sesekali menengok belakang dan sekitar agar mengetahui bahwa tak ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua
"Bibi cuma mau nanya dek Astra ada ngerasa aneh nggak dengan Nona Nayla sekarang?" tanya Bibi berbisik.
"Nggak Bi emangnya kenapa?" Tanya Astra penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUS NOMOR SATU
Mystery / ThrillerMengisahkan Seorang remaja pria bernama Muhammad Astra Nurcahyo, seringkali di panggil ASTRA yang Murka Karena dirinya tidak pernah mendapatkan apa yang sangat ia inginkan yaitu "Peringkat satu" hingga akhirnya ia mulai berfikir untuk melakukan berb...