Bab 2 Di Temukannya Jasad

157 22 64
                                    

~¢•€~Bab 2 Di Temukannya Jasad {~~~~•~~~~}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~¢•€~
Bab 2 Di Temukannya Jasad
{~~~~•~~~~}

Setelah cukup lama berjalan Astra berhenti di sebuah Gazebo dan duduk di sana. Rasa kesal dan amarah di hatinya perlahan mulai berkurang dan perlahan-lahan ia mulai bisa menenangkan pikirannya, akan tetapi suara mobil yang berlalu lalang dari arah parkiran mesjid dengan cepat membuat perasaannya kembali berkecamuk dan tiba-tiba saja muncul sebuah pengumuman dari masjid.

"Pengumuman innalilahi wa innailaihi raji'un telah meninggal dunia nama Marzuki bin Salam umur dua belas tahun di temukan meninggal di danau dalam hutan belakang mesjid dimohonkan untuk semua Santi untuk segera berkumpul di masjid sekarang untuk melakukan shalat jenazah!"

Astra terkejut mendengar pengumuman dari masjid "Huhhh ... huhhh ..." Nafasnya mulai memburu dan badannya lemas ketakutan.

"Sekali lagi kami beritahukan innalilahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia nama Marzuki bin Salam umur dua belas tahun di temukan meninggal di danau dalam hutan belakang mesjid dimohonkan pada semua Santri untuk segera berkumpul di masjid sekarang!"

Tidak Astra ... jangan lemah ingat satu hal Marzuki mati bukan karena di bunuh olehmu ... Marzuki bunuh diri ... Iya dia bunuh diri itu yang akan kamu sampaikan saat di tanyakan oleh ustadz dan kating bahwa kamu tidak bertemu dengan Marzuki tadi malam, batin Astra dengan penuh rasa ketakutan yang menyelimuti pikirannya.

Di depan mesjid para santri terlihat berlari bergerombolan sedangkan Astra berjalan lambat di tengah - tengah seringkali orang - orang yang berlari itu mendorongkan bahunya hingga membuat Astra hampir terjatuh rasa sedih dan ketakutan bercampur aduk di dalam kepalanya membuatnya merasa gemetar ketakutan sekaligus bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.

Tak jarang pikirkan - pikirkan buruk muncul di kepalanya meminta apakah lebih baik ia mati menyusul temannya Marzuki. "Astra!" Suara teriakan seseorang pria muncul dari samping memanggil namanya membuat ia menoleh ke arah suara itu.

Melihat Hafiz sudah ada di sampingnya menggenggam tangan Astra tatapan hangat dari Hafiz seolah meminta Astra untuk kuat menerima kenyataan bahwa sahabatnya Marzuki telah tiada,
Astra hanya diam tak berkata sepatah katapun dan mereka berdua berjalan perlahan menuju mesjid.

Sesampainya di dalam masjid kebisingan sudah tak tertahankan lagi
orang - orang sibuk membicarakan Jenazah seorang siswa yang sedang terlentang dengan kain kafan di depan mereka.

Astra perlahan berjalan mendekat ke depan untuk melihat Jenazah itu perlahan-lahan ia mulai melihat kedua orang tua Marzuki yang menangis terisak-isak di depan Jenazah, Astra mulai mendekat lagi menyingkirkan orang-orang di depannya perlahan-lahan.

Dan Astra pun melihat jenazah seorang pria yang sangat pucat dengan sebuah goresan pisau di pipinya memperlihatkan betapa kejamnya sang pembunuh yang sudah membunuhnya dengan sangat sadis dan tidak berperasaan Astra terdiam melihat semua itu ia sudah tidak bisa berkata-kata tubuhnya seolah mengeras bagaikan patung yang tak bisa bergerak namun hatinya sangat gelisah dan takut melihat jenazah itu.

HARUS NOMOR SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang