Bab 7 Curiga

83 17 79
                                    

~¢•€~Bab 7 Curiga {~~~~•~~~~}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~¢•€~
Bab 7 Curiga
{~~~~•~~~~}

Tiga puluh menit sebelum makan malam tampak Nayla telah duduk di meja makan sembari bercermin menatap setiap sudut wajahnya "Udahlah hari ini gua yang paling cantik di sini nggak ada lawan pokoknya yakan Ferguso hahaha," gumam Nayla.

Drtttt

Nayla mengangkat ponsel memeriksa siapa yang mengiriminya pesan. Tak berselang lama jantungnya berdebar kencang setelah membaca pesan yang berbunyi.

Imelda|
Kak Nayla ini Marzuki tolong kak ungkapkan kebenaran kalau Astra yang sudah membunuh saya tolong kak tolong!

"Ma-Marzuki siapa ini dan dari mana dia tau nomor gua menarik."

Nayla merasa ketakutan, mengambil secangkir sirup berwarna merah meminumnya hingga habis.

"Huh. Gawat sekarang Astra udah keluar dari pondok aneh juga kok bisa-bisanya dia keluar pondok  dan sekarang ada orang tak dikenal minta tolong ke gua, pertanyaannya dari mana dia dapat nomor telepon gua?"

"Apa jangan-jangan Astra diam-diam merencanakan sesuatu setelah keluar dari pondok, saingan berat sih tu anak. Padahal gua sudah berhasil mengalahkan Jhonatan dengan memenangkan Lima perlombaan juara pertama. Eh sekarang di Astra datang dasar pengganggu!" Nayla pun kembali meminum sirup untuk merendamkan amarahnya.

"Sebentar Astra itu baru berumur 12 tahun lo bagaimana caranya anak umur segitu membunuh orang, kebanyakan anak-anak umur segitu kan isi otaknya main doang. Apa jangan-jangan Astra reinkarnasi? Entahlah tapi ini menarik patut di curigai. Tapi mana mungkin Astra reinkarnasi hahaha," batin Nayla.

Makan malam tiba, bersama keributan luar biasa yang tidak ada duanya, setelah kedatangan Astra seolah membawa petaka bagi mereka semua.

Nayla memilih diam memandangi semua itu seolah sedang menonton pertunjukan teater gratis di depan mata sembari menyantap hidangan di meja.

"Ayah! Nayla cepat bantu Mama bawa ayah ke kamar!" Perintah ibu panik.

"Baik ma." Nayla bergegas memopong ayahnya ke kamar bersama ibunya.

Setibanya, mereka lalu membaringkan Ayah di kasur.

Ibu Miranda kemudian meminta Nayla untuk mengambil obat di dalam laci juga meminta Bibi mengambil segelas air putih, setelah obat di minum barulah mereka semua merasa lega.

"Ma kenapa sih harus marah-marah sama Astra kasihan Lo dia ma, dia baru pulang dari pondok," Lirih sang Ayah.

"Ayah udah, Ayah istirahat dulu kita sudahi perdebatan kita sampai di sini ya, Ayah istirahat dulu nanti kita lanjutkan," Pinta sang Ibu. 

"Nayla Bibi silahkan kalian berdua keluar dari kamar ya." Nayla dan Bibi keluar dari kamar beriringan.

Nayla pergi ke kamarnya sedangkan Bibi pergi ke dapur menemui Astra yang sedang makan.

HARUS NOMOR SATU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang