~¢•€~
Bab 11 Imelda 2
{~~~~•~~~~}
Muhammad Astra Nurcahyo2015
Dua tahun yang lalu, kita pernah berjanji untuk bertemu dan mengenang kembali masa-masa yang indah ini di kala kita bertemu. Apakah semua itu hanya akan menjadi janji manis palsu, yang di ucapkan dan di lupakan, janji yang kita ucapkan akan menjadi pemberitahuan yang suatu akan kita lakukan.
Dunia ternyata juga menyimpan banyak janji dari orang-orang yang pernah hidup di sini. Terkadang ada janji yang hanya bisa di ucapkan namun tak bisa di kabulkan, mengabulkan permohonan bukanlah hal yang mudah bagi semua orang.
Permohonan di ucapkan dengan sebuah harapan, harapan agar semua yang di mohonkan bisa di kabulkan di saat yang sudah di janjikan. Janji bisa menjadi ilusi yang tak kunjung terjadi, di kala semua kata-kata pada janji itu tak pernah di lakukan hingga di hari ini. Janji juga bisa menjadi sebuah petaka, di kala pemohonan terhadap sebuah janji di paksakan untuk terjadi dalam waktu yang mustahil.
Mustahil membangun sebuah jembatan kokoh yang mampu di lewati banyak truk dalam waktu Tiga Hari Tiga Malam, Mustahil untuk sebuah kue muncul kembali setelah di makan. Contoh yang tadi baru di sebutkan juga terlalu mustahil untuk menjadi sebuah kejadian. Sebuah kejadian bisa menjadi pembelajaran yang dapat di kenang oleh banyak orang, agar kita semua tidak mengulangi apa yang sudah terjadi di kemarin hari. Untuk begitu kita perlu menyadari bahwa kita harus lebih baik dari kemarin hari.
Perkataan indah itu di sampaikan oleh Imelda padaku dahulu, dengan suara yang lembut dan halus serasa tidak ada rasa kebencian di setiap perkataannya. Begitulah dirinya, selalu berusaha menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, seseorang yang tidak memiliki kebencian di dalam hatinya.
Ingatanku kembali pada masa-masa indah kami saat tinggal di panti asuhan, kami bermain sebuah permainan bersama anak-anak lain yang sepantaran dengan kami.
Di hari itu cuaca cerah sekali tidak ada rasa panas di hari ini, senyumanku sudah tak bisa ku pertahankan lagi ketika melihat teman-teman yang bermain riang gembira pagi ini.Walaupun aku hanya duduk seorang diri, mengisi energiku yang sudah habis setelah acara panti kemarin hari. Bukan hal yang salahkan kalau aku menyendiri, aku hanya merasa lelah bicara hari ini. Di kala itu Imelda datang menghampiriku menanyakan kenapa aku duduk di pojokan begitu? tanyanya ingin tau.
Aku memalingkan pandangan sebentar lalu menatapnya lagi mencari tau pada siapa gadis ini bicara, barulah aku menyadari bahwa dia sedang bicara dengan diriku yang sedang tak ingin bersuara.
Aku lalu menatapnya dan berkata "Cuma pengen sendiri aja," jawabku terbata-bata. Gadis itu lalu duduk di sampingku, aku juga terheran-heran kenapa dia begitu.
Mulailah dia membuka suara
"Kita semua di sini-sini sama kok, sama-sama nggak punya orang tua," ucapnya dengan polos kepadaku.Tak perlu di beritahu pun aku sudah tau itu, untuk apa di berkata seperti itu. Orang aneh, nggak jelas apaan sih, batin ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUS NOMOR SATU
Mystery / ThrillerMengisahkan Seorang remaja pria bernama Muhammad Astra Nurcahyo, seringkali di panggil ASTRA yang Murka Karena dirinya tidak pernah mendapatkan apa yang sangat ia inginkan yaitu "Peringkat satu" hingga akhirnya ia mulai berfikir untuk melakukan berb...