"Siapa itu?" Aku mendengar suara aneh dari toko tua. Terdengar seperti suara bisikan, aku mendekati rumah itu dan mengintip dari jendela. Aku dapat melihat seseorang yang terlihat misterius yang menghadapi perempuan yang tergeletak di lantai. Tubuhnya terlihat tak berdaya.Aku dapat melihat orang misterius itu menyalakan api dari korek api, korek api itu didekatkan dengan kayu. Kayu itu pun dilempar ke sembarang arah. Api itu berkobar sampai aku tak dapat melihat orang itu. Aku melangkah jauh dari toko tua itu, api itu semakin membesar. Dan api itu mulai menyebar ke beberapa toko. Semua orang berteriak dan berlari entah ke mana. Aku hanya bisa terdiam, aku tidak berpikiran untuk lari dari lokasi itu. Perempuan itu, sepertinya dia dalam bahaya. Ia bisa aja mati karena kehabisan napas. Namun aku tanpa sengaja melihat bayangan seorang perempuan yang berdiri di tengah api yang membara. Aku melihat bayangan itu, melambaikan tangannya padaku.
Mataku berbinar, perlahan berjalan ingin meraih bayangan itu. Sebelum aku dapat meraihnya, seseorang menarik tanganku dengan kuat. Membawaku keluar dari toko itu. Mataku masih terfokus pada toko tua itu, aku dapat merasakannya bahwa perempuan itu masih hidup. Aku harus menyelamatkannya, tapi mengapa?
"Tadi ada orang di toko itu!" Aku berteriak. Supaya orang itu membiarkanku pergi menyelamatkannya.
"Di sana akan sangat berbahaya! Serahkan semuanya pada pemadam kebakaran!" Orang itu mengelak. Di saat itu, aku tak bisa melakukan apapun. Aku melihat lelaki misterius itu membawa seorang tubuh perempuan keluar dari toko itu. Bagaimana cara ia bisa keluar dari itu, ia berjalan ke suatu jalan yang akan mengarah ke pantai.
Tunggu, apakah dia akan membuangnya ke pantai? Tidak. Ini tidak benar.
"Lepasin! Aku pengen ke sana! Lepasin!" Meskipun begitu, orang itu tetap saja tidak melepaskanku. Perlahan itu membuatku kelelahan, aku ingin pulang.
***Setelah kejadian itu, aku memutuskan diri untuk pulang ke rumah. Di rumah, aku berbaring sejenak di kasur. Aku tak menyangka bahwa aku akan mengalami hal seperti ini. Ini benar-benar melelahkan.
Aku bangkit dari kasur, membersihkan diri dan mengganti bajuku sebelum pergi tidur. Aku mematikan lampu kamar, dan melangkah pergi menaiki kasur. Sebelum aku berbaring, aku melihat sesuatu dari luar jendela. Aku berbaring di kasur. Aku masih mengingat hal itu, itu benar-benar hal yang tak terduga. Sebelum aku dapat tertidur, aku merenungkan sesuatu yang aku inginkan. Teman, dan pujian dari publik.
"Hmm, aku ingin terkenal di kota. Aku ingin tahu rasanya mempunyai penggemar. Dan pastinya aku juga akan punya teman yang menyenangkan. Aku penasaran. Jika aku punya penggemar, siapa yang akan jadi penggemarku? Aku ingin tahu bagaimana rasanya punya penggemar." Aku menutup kedua mataku, membayangkan apa yang akan terjadi jika aku mempunyai penggemar. Dan perlahan, itu membuatku mengantuk dan .
***
Pada jam tujuh pagi, aku terbangun dari tidurku. Kepalaku pusing, dan badanku masih terasa pegal. Dengan rasa terpaksa, aku membuka tirai dan kaca jendela. Sepertinya kota sudah kembali normal. Aku bangkit dari kasur dan membuka pintu kamar. Turun ke lantai bawah dengan tangga, aku pergi ke kamar mandi, menggosok gigiku dan membasuh wajahku dengan air.
Aku menatap ke arah cermin, melihat wajahku yang kini basah karena air. "Cantiknya, pasti aku akan dapat penggemar." ucapku dengan percaya diri.
Di saat aku sedang berada di kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah.
"Serafine! Ada tamu! Kamu buka pintunya ya, ibu lagi masak!" Ibuku bersorak padaku."Iya bu! Sebentar" Tanpa berpikir panjang, aku keluar dari kamar mandi. Tidak mempedulikan rambutku yang berantakan. Aku membuka pintu, ternyata tamu itu adalah perempuan dengan rambut ikal. Aroma tubuhnya harum seperti vanilla.
"Halo! Aku penduduk baru di sini! Salam kenal ya!" Ia menundukkan kepalanya padaku.
"H-halo... S-salam kenal ya!" Suaraku tergagap, merasa canggung karena penampilanku masih berantakan di hadapan orang yang berpenampilan rapih. Itu memalukan sekali rasanya.
"Nama aku Na-" Ia menghentikan pembicaraannya. Ia menelan ludahnya, lalu kembali berbicara. "Halo, nama aku Rafaela. Kamu siapa?" ucapnya, mengulurkan tangannya padaku.
"Aku? Aku Serafine." jawabku menyebut namaku untuknya.
"Apa boleh aku mengetahui nama panjang kamu?" Rafaela bertanya kepadaku, memintaku untuk menyebutkan nama panjangku.
"Serafine Zita, boleh panggil Sera atau Zita juga ga masalah." jawabku, memegang tangan Rafaela. Tangannya yang dingin menyentuh tanganku.
"Nama yang cantik. Hari ini kita tetangga, atau teman!" Rafaela terkekeh.
Aku memalingkan pandangan, merapihkan rambutku dengan jari jemariku. "Boleh kok" Aku terkekeh. Ini adalah hari pertamaku memiliki teman. Jadi ini rasanya? Aku merasa bahagia kali ini. Mempunyai teman sepertinya.
"Ayo masuk, Rafaela." ucapku, mempersilahkan Rafaela untuk memasuki rumahku. Tetapi Rafaela menggelengkan kepalanya, dan memberikanku sesuatu seperti coklat.
"Aku pergi dulu, senang bertemu denganmu di kehidupan baru ini." Rafaela melambaikan tangannya dan berjalan pergi mengelilingi lingkungan barunya. Aku menutup pintu rumah, memotong sebatang coklat itu dan menyicipinya.
"Enak." Aku menyantap coklat itu, rasa manis dan pahit dari biji kakau tercampur dalam sebatang coklat.
"Sera! Sarapan sudah siap! Ayo kita makan!" Terdengar suara ibuku dari ruang makan.
"Iya, sebentar!" sorakku. Berjalan menghampiri meja makan.
"Sera, itu coklat dari siapa? Dari tamu yang tadi ya? Kenapa tadi ga kamu ajak masuk, Sayang?" Ibuku bertanya kepadaku.
"Dia bilang dia harus pergi. Dan dia juga kasih aku coklat, enak banget rasanya." Jawabanku membuat ibuku mencubit telingaku dengan keras.
"Sera, jangan makan coklat di pagi hari!"
"Sakit!"
---
Halo semuanya! Apa kabar?
Semoga kalian baik² aja ya hehe
Btw buku ini niatnya mau aku pake buat tembak penerbit mayor hehe. Semoga ke kabul ya Amin.Aku pengen baca dong review kalian hehe. Semoga tertarik ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa itu Rafaela?
Short Story"Kamu siapa?" menceritakan tentang perempuan bernama Zita yang bertemu dengan orang baru, orang baru itu terkenal pula di kota itu pula. Tetapi orang itu mengingatkan Zita tentang orang yang pernah Ia temui. Sebenarnya apa yang sedang terjadi. Kita...