Aneh

1 0 0
                                    


    "Zita." Julia memanggil namaku. Karena itu, aku berhenti berjalan dan menoleh padanya. Aku melangkahkan kaki untuk menuju rumahnya.

    "Ya? Ada apa?" Aku bertanya kepadanya.

    "Aku pengen kamu selidiki rumah kayu yang ada di pantai. Kalo kamu berhasil aku bakal bantu kamu cari Arunika," ucap Julia yang membuat mataku terbuka lebar, ingin menuruti perintah itu. Aku langsung mengangguk. Mataku berbinar terang.

    "Beneran?!"

    Julia mengangguk. Dan memberikanku kameranya, mungkin itu milik Nonarie. Aku mengambil kamera itu dan memastikan bahwa kamera itu masih berfungsi. Aku mengangguk, dan melangkah ke belakang untuk pergi. "Aku pergi dulu ya!"

    "Jangan lama-lama ya! Soalnya Arie bakal nyari kamera itu! Jangan lama-lama ya dan hati-hati ya di jalan!" Julia melambaikan tangannya. Di saat itu juga, aku pergi dari rumahnya untuk kembali ke rumahku untuk mengambil sepeda.

    Aku menaikinya, dan mulai mengayuh sepeda itu pergi ke pantai. Sebelum aku pergi, aku melihat dua orang itu lagi. Sepertinya mereka sedang berkencan. "Halo!" sapaku pada mereka berdua.

    "Halo zita!" sapa Nonarie.

    "Brengsek tidak di perbolehkan untuk berbicara," ucap Apir dengan suara kecil.

    Aku mendengar suara kecilnya itu, aku heran mengapa Ia masih membenciku hari ini? Apakah aku membuat kesalahan? Aku berusaha untuk melupakan hal itu dan mengalihkan pandanganku pada Nonarie. "Hai, apa boleh aku pinjam kamera punya kamu?" Aku bertanya kepadanya, berharap Ia akan mengizinkannya.

    "Boleh kok, nanti balikin lagi ya! Aku tunggu kamu di pantai nanti sore!" jawab Nonarie dengan senyuman ceria miliknya. Lalu pandanganku teralihkan pada Apir dengan wajah suramnya itu.

    "Zita, kamu mirip dengan Sandra. Aku benci Sandra, wajah, mata dan sifat kamu sangat mirip dengannya. Aku benci kamu. Jangan dekati orang yang aku sayang, jangan dekati keluargaku, jangan." ucapnya dengan suara kecil. Sepertinya Ia benar-benar membenciku.

    "Ah. Kalo begitu, aku pergi dulu ya." Aku melambaikan tangan kepada mereka. Dan kembali mengayuh sepeda.
Setelah sampai, aku meletakkan sepeda itu di tepi pantai, aku mulai mencari rumah kayu itu. Namun tidak menemukan apa-apa.

    "... Mungkin aku harus berjalan lebih jauh dari sini." Aku mulai melangkah dari arah kiri. setelahnya, aku menemukan rumah itu. Aku melangkah semakin jauh dan jauh. Sampai akhirnya, aku menemukan rumah itu. Rumah yang Julia bilang padaku. Tetapi rumah itu, rumah itu membuatku teringat dengan suatu hal. Apa aku pernah melihatnya, mungkin ini saatnya. Aku menghampiri rumah itu, dan mengambil beberapa gambar.

    Dan tanpa sengaja, aku melihat bahwa pintunya terbuka. Perlahan, aku membuka pintu itu. Isi rumah itu terlihat gelap. Aku mengambil beberapa gambar lagi, sampai aku melihat pintu yang tertutup. Aku melihat ke bawah pintu dan terdapat kunci, aku mengambil kunci itu. Di saat aku ingin membuka pintu itu dengan kunci, ada seseorang yang menyentuh pundakku dari belakang.

    "Ngapain kamu di sini?"

    Aku langsung menoleh karena terkejut. Sandra ternyata sudah ada di belakangku. Ia berseringai padaku. Seringainya membuat bulu kuduk naik ke atas.

    "Wah, ternyata kamu udah tau rumah ini ya? Ngomong-ngomong. Ini rumah aku, maaf kalau berdebu." ucap Sandra, tangannya menarik tanganku dan menarik keluar dari rumahnya. Di saat keluar dari rumahnya dan melihat pantai. Aku melihat sesuatu yang di tutupin oleh kain putih, tetapi aku melihat noda seperti darah. Apakah itu darah dari kambing? Apakah Ia baru saja membunuh kambing. Sandra duduk di sampingnya, aku pula duduk di samping sandra. Melihat pemandangan pantai hari ini.

Siapa itu Rafaela? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang