Kejutan Hidup

392 50 0
                                    

Sudah hampir delapan jam semenjak Zalwa keluar dari ruang operasi, Arun duduk menemani adik semata wayangnya.

Dokter bilang, Zalwa sudah melewati masa kritisnya, namun kekhawatiran masih tampak di wajah pengeran keenam itu. Arun tak lepas menatap wajah pucat Zalwa, tangannya terus menggenggam erat jemari sang adik sambil membagi energi kuningnya pada Zalwa. Dengan begitu Arun berharap Zalwa cepat sadarkan diri.

Aku tersenyum melihatnya.

Langkahku yang sempat tertahan di ambang pintu terpaksa kulanjutkan saat Al mendorongku pelan dari belakang.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Al menggenggam sebelah tangan Zalwa yang satunya dia membagi energi merahnya percis seperti yang di lakukan Arun. Dan aku hanya memegang keningnya. Tepat di mana luka jahitan itu berada.

Tidak, aku tidak menghilangkan luka yang ada di keningny seperti yang kulakukan kepada Kak Altan dan Al dahulu. Yang kulakukan hanya membagi energi merah mudaku sama seperti mereka. Namun, lebihnya dari luka jahitan itu aku mendapatkan satu fakta dari bayangan yang tersirat beberapa detik di benakku.

Miris!

Jika aku ceritakan pada kalian. Aku tak menjamin jika kalian akan mengukir senyum bila mengetahuinya.

Lebih baik kujaga. Demi melindunginya, sampai waktunya tiba.

"Kau melihat sesuatu, El?" Al menepuk pundakku.

Aku menoleh dan mengangguk.

"Apa? Apa yang kau lihat?" Tanya Arun.

"Luka! Sekujur tubuh Zalwa dipenuhi luka,"

"Ah?" Mata Arun melebar.

"Moera mungkin mengincar kita, tapi Zalwa adalah prioritas yang harus kita lindungi,"

"Maksudmu, mereka mengincar Zalwa?"

Bukan Arun atau Al, tapi Kak Altan yang baru saja datang bersama Ishan dan Ravendra.

"Entahlah, entah siapa yang Moera incar, tapi dari kejadian ini kemungkinan mereka akan mengejar Zalwa, karena dia adalah orang yang pertama kali menyadari kehadiran mereka di sini,"

"Kenapa kalian sudah kembali? Aku pikir kalian bertiga akan bermalam di istana," kata Al.

Ishan menggeleng. "Kami rasa pulang adalah pilihan terbaik untuk saat ini,"

"Kenapa begitu? Apa sesuatu sedang terjadi di kerajaan?" Aku menatap satu per satu ketiga kakakku itu.

"Ah... rumit El, aku lebih memilih menangani seratus pasien sehari di rumah sakit dari pada harus pulang ke kerajaan,"

"Maksudnya?" Aku dan Al mengerenyitkan dahi.

"Apa kerajaan sedang tidak baik-baik saja?" Tanya Al.

"Ada sedikit kekacauwan, kerajaan Cerano menyerang kawasan Barat kerajaan beberapa waktu lalu. Banyak pemukiman penduduk yang hancur dan mengharuskan mereka mengungsi ke daerah lain. Dan-" ucapan Ravendra tertahan.

"Dan apa?" Tanya Arun.

"Baginda Raja Aryo terluka akibat peperangan itu. Dia diserang oleh kekuatan petir dari salah satu panglima perang Cerano,"

"Ah?" Aku, Al dan Arun terbelalak.

"Lalu bagaimana kondisinya saat ini?"

"Kondisinya kritis, tabib istana bilang serangan petir itu berhasil melumpuhkan sistem tubuh Baginda. Jikalau pun selamat, Baginda Raja tidak akan bisa bergerak. Tubuhnya akan lumpuh total," jelas Ravendra lebih jauh.

MYSTERY OF THE ACAPALATI [PANGERAN KELIMA 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang