Rangkai Penyesalan

314 54 10
                                    

Hai Temarania, sebelumnya aku ingatkan ya, jika kalian menemukan bab ini, lebih baik kalian baca bab 'Hari Ke 365' lebih dulu, karena ini double up yaaa... 🤗

⬆️⬆️⬆️

Selamat berpetualang kembali...

~~~~~~~~~~~~~~~💚💚💚~~~~~~~~~~~~~~

PLAKK!!

Wajah Zalwa tertoleh ke samping.

Napasku terdengar menggebu, mendadak ruangan ini hening ketika aku menampar Zalwa cukup keras.

"BRENGSEK! KAU TAHU SEMUANYA ZALWA, TAPI KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA PADAKU?!"

PRAKK!!!

PRAKK!!!

PRAKK!!!

Bentakan kerasku menggema di seluruh rumah ini. Saking marahnya, aku memecahkan seluruh kaca jendela dan cermin di kamar Zalwa hanya dengan pikiranku saja.

Zalwa hanya menunduk terisak tak bernyali menatapku yang sudah dikuasai amarah. 

Ravendra, Ishan, Arun dan Al datang dengan keterkejutannya, ini pertama kalinya mereka melihat aku semarah itu.
Sementara Kak Altan hanya bisa diam berdiri di belakang keempat saudaranya. Dia pun tak kalah terkejutnya, hanya saja dia tampak merasa kebingungan saat aku menyebut namanya dalam perdebatan ini.

"Kenapa kau membiarkan orang itu memasukan energinya ke dalam tubuh Altan?"

Yang ditanya tak menjawab sama sekali. Sungguh aku dibuat naik pitam malam ini.

Bayangan masa lalu yang kulihat dari Zalwa benar-benar buatku terpukul. Aku tidak pernah mendengar cerita kejadian ini dari siapapun. Iya, aku kecewa karena harus mengetahuinya dengan cara seperti ini.

"Kenapa kau diam? Jawab aku Zalwa! JAWAB!!!" Aku mendorong kuat-kuat tubuh anak itu hingga dia mundur beberapa langkah.

"KAU TAHU ALTAN TERSIKSA, TAPI KAU MALAH MEMBIARKANNYA! KAU INGIN DIA MATI, IYA?!"

Zalwa hanya menggeleng. Dia sama sakali tidak bersuara dan memberi alasan apa pun untuk menjawab pertanyaanku.

"Kau tahu, diamnya kau akan mencelakai  saudaramu?! DIMANA OTAKMU ZALWA!"

"ELLIO!!!" Ravendra menahan sebelah tanganku yang hendak menamparnya lagi.

Aku menoleh padanya dengan marah.

"Aku juga mengetahuinya, jadi jika kau menamparnya, tampar aku juga!"

"Aku juga tahu kalau kondisi Altan tidak sebaik itu, El," ucap Ishan.

"Zalwa juga menceritakan semua yang terjadi pada Altan kepadaku," cicit Arun takut-takut.

Kemudian aku menoleh pada Al. Laki-laki itu pun mengangguk. Rupanya dia pun tahu dan menutupi itu semua dariku.

Aku mengangguk-angguk pelan.

Jujur saja aku marah, kecewa! Aku merasa mereka tidak menganggapku penting, sampai-sampai mereka semua kompak menyembunyikan kondisi Altan padaku.

Aku melepaskan genggaman tangan Ravendra kasar dan pergi membawa marah yang masih bergejolak.

Kuabaikan suara Kak Altan yang terus memanggilku, aku terus menjauh dari mereka, hingga langkahku terhenti ketika Kak Altan jalan menyusul dan berdiri diam menghalangi.

"Duduk! Dan dengarkan penjelasan mereka!"

***

Ishan segera meninggalkan ruang kerjanya setelah seorang suster memberi tahu jika Altan dan seorang adiknya menjadi korban kecelakaan lalu lintas dan dilarikan ke UGD rumah sakit tempatnya bekerja.

MYSTERY OF THE ACAPALATI [PANGERAN KELIMA 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang