Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LALA
Hari yang mulanya ku takutkan akhirnya tiba. Hari pertama ku magang dan berbeda tempat dengan Vania tentunya. Hal itu jelas saja menambah rasa gugupku.
"Baik pak" aku mengangguk mengerti penjelasan pembina ku.
Dia pergi setelah memperkenalkan ku kepada para senior. Kebetulan sekali ada anak magang lain dia bernama Tasya. Membuat rasa gugupku sedikit berkurang.
"Lala, gue seneng banget ketemu lo, gue ga bisa bayangin kalo gue jadi anak magang satu satunya" Tasya berkata dengan penuh semangat.
"Sama gue juga" Aku mulai menempati meja kerjaku yang bersebelahan dengan Tasya.
Setelahnya kami sedikit berbincang lalu mulai mengerjekan pekerjaan yang para senior berikan.
"Besuk sore keluar yuk" Tasya mengandeng tanganku saat kami berjalan di lobi.
Aku bisa tebak, Tasya orangnya sangat supel. Dia mudah sekali berbaur dengan orang baru. Bahkan dia sudah akrab dengan Pak Bima, kepala bagian hanya dalam hitungan jam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TASYA
Aku salut dengannya, perawakan tubuhnya tinggi, rambut hitamnya panjang menutupi punggungnya, serta wajahnya yang terpoles make up sempurna. Berbeda denganku, tinggi badanku saja hanya 150cm. Aku hanya setinggi bahunya saja.
"Sayang sekali kita berbeda kost" Tasya masih terus menggandeng lenganku.
Aku mengangguk, setuju sekali. Kalau saja kita satu kost mugkin nanti aku tidak perlu takut sendirian di sana.
"Gue udah pesen ojol lo?" Tasya bertanya padaku.
"Sama" aku tertawa. Ojol benar benar penolong untuk orang orang sepertiku dan Tasya. Mama melarangku membawa motor. Papa pun sama, padahal mobil miliknya yang lain menganggur di rumah.
