Dilain tempat, Mama dan Tante Tina memcecarku dengan beberapa pertanyaan. Mungkin jika hal ini terjadi padaku dan pacarku, semua tidak akan sekacau ini.Tapi, hal ini terjadi padaku dan kedua sepupu ku. Bagaimana tidak menghebohkan seluruh keluarga. Untung saja mama hanya dua bersaudara dengan Tante Tina sehingga tak perlu banyak orang yang tau.
"Betul Bion yang melakukannya?" Tanya Tante Tina padaku.
Aku mengangguk pelan, tak ada gunanya menutupi lagi. Tangis mama semakin pecah melihat pengakuan dariku.
"Kapan dan dimana?"
"Lala tinggal bareng Mas Bion selama magang" aku menatap karpet ruang tamu. Baim mengamatiku, dia pasti kecewa padaku. Vania tersenyum kecil disana, sedikit menenangkan.
"Ya Tuhan Lala" mama semakin histeris. Tante Tina juga mengusap wajahnya kasar.
"Mas Bion ancam kamu atau bagaimana?" Tante Tina masih saja mencecarku .
Aku menggeleng pelan, kami melakukannya karena memang sama sama menginginkan. Hal tersebut tentu saja aneh. Kami bertiga tumbuh bersama meski selisih usia yang lumayan jauh. Aku sendiri juga tak menyangka hal ini akan terjadi padaku.
Setelah melewati perdebatan yang panjang akhirnya semuanya mendapat titik terang dan keputusan yang pastinya mendapat persetujuan semua pihak.
***
LALA POV
Mas Bion mengantarku ke Apartemen Mas Dito tempat aku menginap beberapa bulan terakhir ini.
Kami berencana memindahkan barangku dari sana.
"Lala" Panggil Mas Dito saat aku mengemasi perlengkapan skincare ku.
Aku menaikkan alisku, seolah bertanya padanya.
"Thanks udah pernah ada di hidup gue meskipun cuma sebentar, dan lo tetep berakhir jadi adek sepupu serta kakak ipar gue. Sorry kalo selama ini gue keterlaluan sama lo" Mas Dito mendekati ku.
"Meskipun gue sebenernya juga ga pernah bisa rela kalo lo berakhir sama Bion. Tapi its okay, barangkali jalan hidup kita memang harus seperti ini. Sekali lagi thanks ya laa" Ujar Mas Bion tulus.
Aku hanya memasang senyum pada Mas Dito. Tanpa di duga Mas Dito meraup bibir mungil ku. Jelas aku berontak, namun kedua tangannya kuat menahan kepalaku agar tak melepas ciumannya. Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan Mas Dito.
Dia melumat perlahan bibir mungilku. Melumat bibir atas dan bawah secara bergantian. Mas Bion masih diparkiran meletakkan pakaianku ke dalam mobilnya.
"Yang terakhir laa" Ujar Mas Dito di sela sela ciuman. Ia kembali menerjang bibirku. Aku terlena, membalas ciumannya. Aku mengalungkan tanganku ke atas pundaknya. Membuat sensasi ciuman jadi lebih dalam.
Setelah beberapa lama saling berpautan, aku melepas ciuman sepihak. Menatap sedu wajah Mas Dito.
"Semoga lo bahagia ya sayang" Mas Dito menciumku sekilas kemudian merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.
Tepat pada saat itu, Mas Bion membuka pintu. Aku membelakanginya, jadi tak dapat ku pastikan bagaimana ekspresinya. Namun dengan sigap Mas Dito menahan tubuhku agar tak melepaskan diri.
Aku mendengar langkah mas Bion mendekat, namun Mas Dito masih enggan melepaskan pelukan. Langkah kaki mas Bion berhenti tepat di belakangku.
"La, kalau terjadi sesuatu sama lo karena dia, lo udah tau kan siapa yang pertama kali harus lo hubungi" Mas Dito menatapku lekat. Ia melirik mas Bion sekilas.
Aku menangguk semangat "Terimakasih mas"
Mas Dito tersenyum kemudian melepaskan tangannya dari bahu ku. Aku sontak memundurkan tubuhku, Mas Bion berdiri tepat di belakangku.
"Thanks" Mas Bion menyalami Mas Dito. Hubungan keduanya terlihat semakin memburuk karenaku.
Mas Dito mengangguk samar kemudian dengan cepat Mas Bion membereskan semua barangku disana, dan segera meninggalkan tempat tersebut.
Mas Dito tersenyum menatap kepergianku. Begitu pula aku, senyumku merekah lebar. Nyatanya Mas Dito hanya persinggahkanku sementara yang menghubungkanku pada takdirku sebenarnya.
Goodbye Mas Dito, Hello Mas Bion!
Guyss gimana ending nya menurut kalian 😭🤣