"Tangan lo udah menjawab Lala" Mas Dito tiba tiba menepikan mobilnya di ruko bekas tak terpakai. Sontak aku melepaskan tanganku dari sana. Sialan tanganku teralu jujur.Aku bingung saat Mas Dito meraih payung dikursi belakang, kemudian keluar dari mobilnya. Masuk kembali di kursi penumpang. Ia menyerahkan payung itu padaku. Tapi karena tubuhku terbilang cukup mungiel aku berpindah ke belakang lewat dalam mobil.
"Here" Mas Dito menyambutku, dengan senang hati aku duduk ke pangkuannya. Rok span ku tersingkap ke atas. Aku tak peduli.
"Gue kangen banget sama lo" Mas Dito memelukku posesif. Aku mengangguk, entah kenapa Mas Dito dengan pakaian seperti ini mampu membuatku bertekuk lutut padanya.
Mas Dito meraup bibirku rakus tanpa aba aba. Aku sempat terkejut, namun detik berikutnya aku segera membuka mulutku memberinya akses penuh terhadap bibirku.
Tanganku terulur meremas rambut ikalnya. Sedangkan dia terus memelukku posesif.
"On point aja ya, karena kita bukan di kamar hotel" Mas Dito membuka kemeja serta bra ku, memperlihatkan putingku yang berdiri tegak, akibat terpaan AC.
"Semakin besar" Mas Dito meraup kedua payudaraku, sambil memainkan di sebelahnya.
Aku mengerang menikmati setiap sentuhan Mas Dito. Gila memang, tapi mini cooper yang Mas Bion janjikan belum datang. Aku masih berhak atas diriku sendiri. Bersenang senang dengan mereka berdua. Lagipula aku sedang tidak memiliki hubungan dengan siapapun.
Mas Dito menarik cd ku, rok span ku ia biarkan melingkap ke atas menjadi satu dengan kemejaku. Tangannya mulai meremas bokongku. Sedangkan ciumannya tak berhenti sejak tadi.
Mas Dito melusupkan dua jarinya ke dalam miliku. Memberi kocokan ringan, agar rileks saat batang sesungguhnya yang masuk. Tapi, sebelum itu terjadi aku mendorong tubuh mas Dito hingga bersandar di kursi kemudi. Dia terlihat tak terima. Namun saat aku duduk bersimpuh di hadapannya, ia mengerti.
Dengan tergesa aku membuka resleting Mas Dito hingga tampak juniornya yang sudah menegang sempurna. Punggungku terasa dingin, karena terpaan AC.
Aku mulai mengulum batang Mas Dito yang mengacung sempurna. Sangat pas di tanganku. Sesekali aku menjilat sambil memberi remasan kecil menggunakan tanganku.
Hujan diluar sangat deras, beruntungnya Mas Dito memarkirkan mobilnya di teras ruko yang sangat sepi.
"Enggh shittt, siapa yang ngajarin liar gini?!!" Mas Dito menjambak rambutku, membuatku mendongak.
"Mas Ditoohhh" ucapanku tersengggal.
Dengan cepat Mas Dito menyumpal kembali mulutku dengan batangnya.
Aku kembali mengulumnya dengan cepat, menggerakan kepalaku naik turun. Mulutku benar benar penuh dengan miliknya hingga ke tenggorokan.
"Shittt" Mas Dito menggerang menikmati hisapanku.