Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pencipta @Benitobonita
"Ka-kamu kenal ambo?" Mata pria sipit itu melebar akibat terkejut. "A-apa kamu juga tahu kalau ambo kehilangan emas?"
Aidan mengembuskan napas panjang. Dari legenda-legenda yang pernah dia baca, kisah Tan Bun An adalah salah satu kisah terngenes yang pernah dia tahu.
Sepasang calon pengantin itu tewas tenggelam bukan karena cinta terlarang ....
Bukan karena kutukan seseorang ....
Bukan juga karena karma buruk.
Pasangan yang kini menatapnya dengan sorot penasaran itu, terlebih calon pengantin laki-lakinya, adalah pria paling ceroboh yang pernah Aidan temui dalam kisah-kisah rakyat.
"Ya, saya tahu," balas Aidan pada akhirnya. "Bapak kesal karena Bapak pikir orang tua Bapak mengirimkan sayuran untuk mas kawin dan baru sadar kalau di bawah sayuran itu tersimpan banyak emas setelah Bapak membuang semua guci ke dalam sungai."
Raungan tangis Sita Fatimah pun sontak berkumandang, membuat jantung Aidan hampir melompat keluar. Remaja itu segera melihat ke kanan kiri, khawatir ditangkap oleh petugas keamanan karena telah membuat calon istri orang menangis.
"B-Bu, j-jangan keras-keras nangisnya," ucap Aidan tergagap sambil melirik cemas ke arah beberapa pengunjung yang melintas di kejauhan. "Bi-bisik-bisik aja nangisnya, Bu."
Sayang, saran tidak berbobot dari Aidan malah membuat raungan Siti Fatimah semakin menggelegar. Wanita itu mengembuskan ingus pada lengan bajunya, menyebabkan Aidan melangkah mundur beberapa kaki dengan ekspresi jijik.
Kenapa jorok sekali perempuan ini?
Aura yang sedari menonton sama sekali tidak membantu. Gadis yang tidak sensitif itu malah meniup permen karet hingga membentuk gelembung dan pecah beberapa sentimeter di dekat telinga kiri Aidan.
"Tu-tunggu! Kalau kamu tahu guci itu isinya emas, apa kamu ambil emasnya?!" Wajah Tan Bun An kini mengerut curiga. Pria itu menyipitkan mata hingga hampir tidak terlihat. Dia berjalan mendekati Aidan dengan gerakan mengancam. "Jujur! Apa kamu ambil emasnya?!"
"Loh, Pak! Jangan asal nuduh!" balas Aidan tidak terima. Tubuhnya lelah dan bau keringat. Dia lapar dan teman seperjalanannya sangat menyebalkan. Kini, remaja itu pun terancam mendapat julukan si Pencuri Emas. "Saya saja baru sampai! Memang kalau saya ambil emasnya saya simpan di mana?!"
Sayang, Tan Bun An tidak langsung percaya. Dia secara perlahan berjalan membentuk lingkaran, memutari tubuh Aidan untuk mengamati remaja itu dari berbagai sudut.
Tidak berapa lama, Tan Bun An pun mengembuskan napas panjang, seakan menyerah. "Kamu kurus kerempeng, tidak mungkin bisa mengangkat guci-guci itu."
Pria itu pun meninggalkan Aidan untuk kembali berdiri di sebelah calon istrinya yang masih sibuk menangis.
Makhluk-makhluk menyebalkan yang tidak sopan! Aidan menatap sebal pria yang tidak memiliki tata krama itu. Sayang Tan Bun An sama sekali tidak terlihat peduli. Dia malah kembali memasang ekspresi merana dan mungkin hendak ikut menangis bersama calon istrinya, membentuk koor ratapan, yang bisa membuat orang mengira tempat itu berhantu.
"Hei! Apa kalian tahu di mana Kristal Kembar?"
Pertanyaan Aura membuat pasangan itu kembali menoleh ke arah mereka. Aura memiringkan kepala untuk membalas tatapan kebingungan Tan Bun An sebelum kembali berkata sambil menunjuk ke arah Aidan. "Dia akan menyelam untuk mengambil tujuh guci kalau kalian tahu lokasi Kristal Kembar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aidan dan Legenda Batu Kembar
FantasyMemiliki kemampuan istimewa bukanlah keinginan Aidan. Remaja itu tidak mensyukuri berkahnya yang dapat mendengar ataupun mencium aroma makhluk halus di sekitar dirinya. Namun, siswa kelas IX itu tetap berusaha menjalani hidupnya dengan normal, sampa...