Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pencipta @Benitobonita
Pesawat yang akan membawa Aidan dan Aura ke Padang akan lepas landas. Namun, remaja itu menyempatkan diri untuk mengirim pesan WA kepada saudarinya terlebih dahulu, yang tentu saja tidak terkirim akibat lagi-lagi tidak adanya sinyal.Aidan : Kalau Mama ada WhatsApp kamu, kamu bilang kalau kaki kamu terkilir, jatuh ke got karena dikejar anjing gila, oke? dan jauh-jauh dari arca ataupun hal-hal yang berbau batu.
"Hoa! Benda ini bergerak!" seru Aura kampungan ketika pesawat mulai lepas landas.
"Stt, bisa tenang sedikit, nggak, sih?!" tegur Aidan pelan sambil melihat sekeliling dengan rasa malu yang membuncah.
Mereka duduk dekat jendela dengan Aura yang berada di posisi dalam sehingga Aidanlah yang harus menerima tatapan penuh kritik dari para penumpang lainnya. Namun, gadis itu seakan tidak peduli. Dia malah sibuk memainkan kursi pesawat dari posisi duduk tegak ke tiduran dan menyebabkan protes keras dari penumpang di belakangnya.
"Ma-maafkan adikku, Bu," ucap Aidan terbata. Dia melotot ke arah Aura yang kini sibuk memainkan minuman soda yang baru saja diberikan oleh pramugari dengan cara mengembuskannya pelan sehingga menimbulkan gelembung-gelembung kecil.
"Bisakah kamu berhenti membuat ulah?!" omel Aidan sambil mengambil gelas itu dari meja lipat Aura untuk dipindahkan ke mejanya sendiri.
"Aku bosan …," keluh Aura. Gadis itu tiba-tiba mengamati wajah Aidan dengan sangat tertarik sebelum menyeringai.
"Apa? Kamu mau apa?" Aidan menyipitkan mata dengan penuh kecurigaan.
Aura menggeleng kecil. Dia memangku kepalanya dengan tangan kanan dan tatapannya tetap fokus ke arah Aidan yang entah kenapa menjadi merasa salah tingkah.
"Kamu dekat banget, ya, sama saudarimu?"
Pertanyaan Aura membuat Aidan mengerjapkan mata seketika. "Memang kenapa?"
Aura mengedikkan bahu. "Aku hanya penasaran mengapa kalian yang terpilih …, maksudku …, banyak anak indigo lain, tapi kalian yang mendapatkan tugas ini."
"Aku juga penasaran …," gumam Aidan. "Maksudku kenapa kamu enggak bisa mencari sendiri kristalmu itu?"
"Yang pertama, itu bukan kristalku." Aura menggoyang-goyangkan jari telunjuk kirinya dengan gaya menggurui. "Dan yang kedua, aku tidak dapat mendeteksi keganjilan yang ada di sekitarku."
"Tapi kamu, kan, bukan manusia …," protes Aidan. Dia segera memelankan suaranya saat salah satu penumpang melirik ke arah mereka. "Maksudku, kamu …."
"Aku adalah roh alam yang memiliki kekuatan mengubah wujud menjadi manusia, tetapi bukan berarti aku memiliki kemampuan mencium perbedaan bau badan seseorang."
Wajah Aidan sontak berubah masam. Kemampuan dia sangat tidak keren. "Terus menurutmu kenapa kami yang terpilih?"
Mata Aura meredup seketika. Gadis itu mengulurkan jarinya untuk menyentuh dagu Aidan, lalu berbisik, "Mungkin karena hubungan kalian seerat kedua kristal yang kini terpisah. Mereka pun saling mengkhawatirkan satu dengan yang lainnya dan menyebabkan ketidakseimbangan alam."
Jantung Aidan berdebum. Wajah Aura terlihat sangat manis. Namun, sebelum dia bereaksi suara kapten kapal yang mengatakan pesawat akan segera mendarat sukses menghilangkan semua perasaan aneh yang sempat muncul.
Dia sangat mengasihi Nadia dan apabila kedua kristal yang kini berpisah memiliki kedekatan seperti mereka, dia akan berusaha untuk mempertemukan keduanya.
Pesawat mendarat di Padang. Aidan dan Aura memutuskan untuk turun bersama penumpang lainnya.
*****
Tujuan pertama mereka adalah Menara Jam di Kota Bukit Tinggi. Aidan berdiri di depan salah satu tempat wisata yang paling terkenal di tempat itu dengan terpesona.
Keren!
Itu satu-satunya kata yang terpikir oleh Aidan.
Namun, berbeda dengan Aura. Dia mengerutkan salah satu alis, menatap kebingungan ke arah angka romawi yang tertera pada jam itu.
"Kenapa ada dua angka tiga di jam itu?" tanya Aura dengan terheran-heran.
Aidan menoleh ke arah Aura yang kini telah berganti pakaian, kemeja dengan kancing terbuka, tank top hitam, dan celana jins tujuh sebetis.
"Kenapa kamu terus-menerus berganti pakaian?" Kini giliran Aidan yang bertanya dengan raut sama herannya.
"Bukan urusanmu," balas Aura dengan gaya agak lebih centil dari biasanya. Gadis itu bahkan mengedipkan salah satu mata ke arah Aidan yang seketika merinding.
"Jam itu memang sejak awal dibuatnya seperti itu," jawab Aidan mengganti topik pembicaraan.
"Itu adalah penjelasan yang paling enggak jelas yang pernah aku dengar." Dengkusan meremehkan dari Aura membuat Aidan jengkel setengah mati.
Namun, sebelum remaja itu sempat berdebat, dia mencium aroma rumput basah, persis seperti ketika kehadiran si Pahit Lidah.
Aidan segera memutar tubuh untuk mengawasi sekitar. Para wisatawan terlihat berkeliling sambil berfoto ria, tidak ada yang aneh.
"Pochi, apa kamu mencium sesuatu?"
"Berhenti memanggilku Pochi!" bentak Aidan kesal. "Aku mencium bau aneh …, mungkin karena kamu belum mandi."
Sebuah pukulan diarahkan Aura tepat ke kepala Aidan hingga remaja itu mengaduh dan mengelus kepalanya. "Kuadukan tingkah begalmu ke Nadia! Biar dia menghajarmu dengan jurus karatenya!"
"Itu kalau Nadia belum berubah menjadi batu ...," ucap Aura sambil mencibir.
Aidan membuka mulutnya untuk balas menjawab. Namun, tiba-tiba Aura berteriak sambil mendorong tubuh remaja itu hingga terjatuh.
Sebuah benda yang terbuat dari besi terlihat meluncur turun dari Menara Jam dengan kecepatan tinggi dan menghantam aspal yang berada dua sentimeter di depan mereka.
"A-apa itu?" tanya Aidan dengan nada terkejut. Debuman keras yang terdengar juga membuat kupingnya berdenging seketika.
Aura berdecak. Gadis itu langsung berlari ke arah Menara Jam dan meninggalkan Aidan yang masih terduduk.
Aidan melihat sekeliling dan mendapati para manusia yang sebelumnya sibuk dengan aktivitas masing-masing juga kini membeku, menatap ke arah Menara Jam dengan ekspresi penasaran.
Dua orang petugas jaga yang sebelumnya berada di dekat gerbang yang melindungi Menara Jam telah masuk ke dalam gedung. Aura menggunakan kesempatan itu untuk membuka jeruji besi yang tidak terkunci, lalu ikut masuk ke dalamnya.
"Hei! Tunggu!" seru Aidan. Remaja itu akhirnya memutuskan untuk menyusul setelah potongan besi lain kembali meluncur dari Menara Jam.
Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Aidan dan Legenda Batu Kembar
FantasyMemiliki kemampuan istimewa bukanlah keinginan Aidan. Remaja itu tidak mensyukuri berkahnya yang dapat mendengar ataupun mencium aroma makhluk halus di sekitar dirinya. Namun, siswa kelas IX itu tetap berusaha menjalani hidupnya dengan normal, sampa...