Bab 2

818 175 10
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta @Benitobonita

"Hah?" tanya Aidan dengan ekspresi tidak mengerti.

Aura mendengkus dan terlihat kesal. Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan percakapan, terdengar  langkah seseorang. Gadis itu terlihat seperti ketakutan. Dia langsung memutar tubuh dan berlari menuju dinding terdekat sebelum tiba-tiba menghilang.

Mata Aidan terbelalak seketika. Dia baru saja melihat hantu!

Tidak berapa lama, terlihat Bu Remita, wali kelas Aidan, berjalan mendekat. Mata wanita itu berbinar terkejut sebelum bertanya, "Aidan? Kok, kamu belum ganti baju?"

"A-apa, Bu?" tanya Aidan tergagap. Jantung remaja itu berdebar cepat akibat kejadian yang baru saja dia alami. "Ta-tadi ada anak cewek yang ngajak aku bicara."

"Anak cewek?"

"I-iya, dia nabrak tembok dan hilang."

Wajah khas Batak Bu Remita tiba-tiba berkerut menunjukkan ekspresi khawatir. "Aidan, apa kamu sakit?"

"Sa-sakit? Enggak, Bu. Tadi ada--"

Namun, Bu Remita langsung memotong perkataan Aidan. "Tingkahmu aneh dan mukamu pucat, lebih baik kamu pulang saja. Kita juga sudah tidak ada pelajaran."

Aidan menempelkan punggung tangan kanan ke kening untuk memeriksa suhu tubuhnya sendiri. "Sa-saya baik-baik saja, Bu."

Bu Remita menghela napas sambil menggeleng. "Aidan …, Aidan, pulang dan istirahat. Ini perintah!"

Aidan menurunkan tangan dan menunduk. Dia harus segera berkonsultasi dengan Nadia mengenai kejadian mistis yang baru saja dia alami.

"Pulang sekarang. Ibu akan membuatkan surat izin agar kamu bisa keluar gerbang sekolah."

"Baik, Bu," jawab Aidan lesu. Remaja itu berjalan lunglai menuju kelas dan mengambil barang-barangnya.

*****

Aidan berjalan keluar gerbang sekolah sambil menghela napas panjang. Remaja itu menoleh sejenak ke arah bangunan sekolah tiga lantainya yang berwarna abu-abu dengan murung. Sekarang dia harus pulang ke rumahnya yang kosong dan menghabiskan waktu sendirian di sana.

Namun, sebelum dia sempat memesan taksi untuk pulang, matanya menangkap sosok gadis yang sebelumnya menyapa dirinya. Kini, perempuan itu tidak lagi memakai seragam sekolah, tetapi celana jins biru dengan blus merah muda.

"Oh, hallo," sapa Aidan gugup. "Maaf, tadi aku …."

Tiba-tiba semilir udara berembus dari arah depan. Mata Aidan melebar seketika saat dia mencium wangi melati dari sosok gadis yang sedang menatapnya dengan wajah jutek.

Aidan menelan ludah. Cewek cantik itu bukanlah manusia. Kakinya melangkah mundur beberapa langkah sebelum suara Aura menghentikannya.

"Jangan coba-coba kabur …."

"A-apa maumu?" tanya Aidan gugup. Ini pertama kalinya dia dapat melihat sosok jadi-jadian seperti Nadia. Saudarinya sering sekali berinteraksi dengan sosok tidak terlihat sehingga orang tua mereka mempertimbangkan membawa gadis itu ke psikiater.

"Bukankah sudah kuberitahu sebelumnya? Bantu aku mendapatkan kristal …."

"Kris- kristal?" Wajah Aidan memucat seketika sebelum dia berteriak, "Kamu yang sedari tadi menggangguku, ya?!"

Aura mendengkus dan helaan napasnya membuat rambut Aidan terbang seketika. Kaki remaja itu gemetar. Namun, dia berusaha mengokohkan tubuhnya.

Enggak keren banget kalau takut karena cewek! batin Aidan dalam hati.

"Aku utusan dari Dewa Bayu," ucap Aura dengan nada malas. "Ada sepasang kristal milik Bawana Prabu yang terpisah akibat ulah manusia. Mereka saling memanggil dan manusia itu sepertinya memakai kekuatan salah satu kristal sehingga membuat tokoh-tokoh dongeng menjadi hidup."

"Hah?" Wajah Aidan menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh gadis jadi-jadian itu.

Namun, Aura terlihat tidak berminat mengulang kembali kata-katanya. Dia hanya memutar mata sebelum berkata, "Kamu punya kembaran yang bernama Nadia, kan?"

Napas Aidan tertahan seketika. Remaja itu merasakan firasat yang tidak enak.

Aura menyeringai. Gadis jadi-jadian itu sedikit merunduk hingga wajahnya hampir mengenai pipi Aidan, sebelum berbisik, "Saat ini dia sedang bersama seseorang yang akan membawanya ke dalam bahaya dan satu-satunya cara agar dia dapat selamat adalah dengan menemukan kristal itu tepat pada waktunya."

Wajah Aidan seketika pucat pasi. Wangi melati yang tercium dari tubuh Aura sama sekali tidak membantunya menjadi lebih baik. Remaja itu refleks menarik ponsel dari saku celananya dan mencoba menghubungi Nadia. Namun, dia sama sekali tidak mendapatkan sinyal.

"Percuma," ucap Aura sambil berjalan mundur. "Gelombang yang dipancarkan kristal membuat frekwensi sinyal telepon tidak stabil.

"Kamu bisa saja bohong!" seru Aidan sebelum dia mencoba menelepon lagi, tetapi lagi-lagi gagal.

"Terserah …." Aura mengedikkan bahu kirinya dengan tatapan tidak peduli. "Aku akan memberikan kamu waktu sehari untuk berpikir. Apabila kamu tidak ingin saudarimu itu berubah menjadi batu, temui aku besok pagi di sini. Ingat! Aku tidak akan menunggu lama!"

Aura berbalik dan melangkah pergi dengan santai. Aidan menatap punggung gadis jadi-jadian itu hingga menghilang sebelum dia segera mencari taksi untuk pulang. Nanti malam dia akan meminjam telepon ibunya untuk menghubungi Nadia.

*****

Taksi yang membawa Aidan melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Remaja itu segera membayar ongkosnya sebelum melangkah keluar dan membiarkan kendaraan berlalu.

Waktu masih siang. Telepon tidak ada sinyal. Pesan untuk Nadia sama sekali tidak terkirim.

Aidan mendecakkan lidahnya dengan kesal. Dia tidak bisa melakukan apa pun selain menunggu ibunya pulang.

Tiba-tiba matanya menangkap kejanggalan yang ada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Aidan menoleh ke arah pohon jambu terdekat dan dia melihat sebuah patung anjing yang sebelumnya belum pernah ada di tempat itu.

Remaja itu berjalan mendekat dengan kening berkerut. Napas Aidan tertahan seketika. Arca itu persis seperti Bruno, anjing herder milik Bu Ratna yang gemar menggejar para tetangga yang melintas.

"Ini pasti hanya kebetulan," gumam Aidan dengan jantung berdebar. Ucapan gadis jadi-jadian yang mengatakan Nadia pun akan menjadi batu, membuat hatinya cemas.

Aidan berjalan untuk memeriksa lebih jauh. Wajah remaja itu memucat saat dia juga menemukan patung kucing, kadal, bahkan burung berserak di sekitar dia.

Remaja itu segera berbalik dan berlari cepat untuk bersembunyi di dalam rumah.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Aidan dan Legenda Batu KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang