2.Pingsan

87 11 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

...Happy Reading...

Suara ayam membangunkan seorang pemuda yang kini tengah berbaring di atas kasur. Ya, pemuda itu adalah Arkha. Ia pelan pelan membuka matanya, mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tak ada seorang pun di ruangan itu kecuali dirinya. Ia kemudian berusaha bangkit, namun tak bisa. Ia memegang kepalanya yang kembali terasa pusing. Tak lama datang seorang pemuda menghampiri Arkha dengan membawa sebuah nampan berisi bubur dan air putih. Arkha menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat siapa yang datang.

"Akhirnya kamu bangun Ar. "Ya, siapa lagi kalau bukan Ilham. Pemuda itu mengambil bubur dari mangkok itu dengan sendok. " ayo makan dulu Ar. "

Arkha yang melihat betapa perhatiannya Ilham pada dirinya,membuatnya sedikit terharu. Arkha kemudian berusaha untuk duduk dengan sedikit menyandarkan kepalanya ke bantal. Karena kesusahan, Arkha meminta bantuan Ilham. "Sebenarnya tadi kamu kenapa sih Ar? Perasaan tidak ada angin tidak ada hujan, kok bisa pingsan? "

Arkha terkekeh kecil mendengar perkataan Ilham yang sering diiringi candaan. Kemudian raut wajahnya dengan cepat berubah saat mengingat kembali kejadian saat ia pingsan tadi. Ilham yang melihat perubahan ekspresi Arkha yang sangat cepat itu kemudian bertanya. "Kenapa Ar? Ar? Kalau ada apa apa cerita aja ya? Kami ini keluarga kamu. Kamu bebas cerita apa saja ke kami. Kamu boleh curhat tentang seluruh isi hati kamu ke kami. Kami siap mendengarkannya Ar. "

Mendengar kata 'keluarga', Arkha kembali berusaha mengingat sesuatu. Namun tak berhasil. Ia lalu menoleh ke arah Ilham kembali. "Keluarga? "

Ilham semakin merasa ada keanehan pada diri Arkha. Ia bertanya tanya dalam hati. Kenapa dia? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?. "Iya Ar. "

Arkha hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya dalam. Tiba-tiba terdengar suara dari perut Arkha. Hal itu langsung membuat Ilham terkekeh dan Arkha yang tersenyum malu.

"Hehe.. Saya lapar. Apakah itu untuk saya? "Arkha bertanya sembari memegangi perutnya dan melihat kearah nampan yang sudah dia bawa oleh Ilham. Ilham terkekeh dan menganggukkan kepalanya.

" iya Ar, ini buat kamu, masa buat kucing sih. Kucing mah udah makan dari tadi subuh. "Setelah itu terdengar tawa dari 2 pemuda itu yang memperlihatkan sebuah keharmonisan dalam keluarga. Hal itu sangat membuat Arkha bersyukur, karena ia telah diangkat menjadi anak kyai Habib, memang ia tak tahu siapa dirinya sebenarnya sebelum diangkat menjadi anak kyai Habib.

🌷🌷🌷

" kak, gimana keadaan kak Arkha? Udah sadar belum? Udah makan belum? Badannya masih panas? Udah mendingan belum? Sebenarnya kak Arkha kenapa kak? "Seorang perempuan meluncurkan banyak pertanyaan kepada Ilham. Ya, perempuan itu adalah Husna. Sejak tadi ia terus mencemaskan keadaan Arkha. Ilham yang melihat betapa khawatir nya Husna kepada Arkha pun terkekeh kecil.

" iya Na, Arkha baik baik saja. Dia sudah makan. Tadi kakak liat dia juga udah mendingan. Hm.. Tumben kamu sangat cerewet dan banyak bicara seperti ini? "Ilham bertanya dengan tersenyum curiga ke arah Husna.

" ya.. Ya iyalah kak. Kan kak Arkha itu lagi sakit. Pasti lah Na jadi khawatir. Kak Arkha udah Husna anggap sebagai kakak sendiri. Kok kak Ilham tanya gitu sih?"Husna menjawab lalu bertanya dengan raut wajah cemas.

" yakin cuma karena udah anggap kakak kandung ? Atau.. Jangan jangan ada rasa nih. "Bukan Ilham melainkan Putri. Ia ikut mendengarkan percakapan saudaranya itu. Ya... Alias menguping. Husna yang merasa dirinya sedang dipojokkan seperti itu pun langsung menunjukkan raut wajah kesal.

" ih apaan sih kalian ini! Kenapa tiba-tiba mengarah ke topik itu. "Husna kemudian langsung berlari sekencang kilat menuju kamarnya. Ilham dan Putri terkekeh bersamaan karena berhasil mengerjai saudaranya itu yang terkenal sangat cuek dan dingin terhadap semua orang.

Dia Arkhanza (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang